Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah
memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi,
meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika
lamanya. – 1 Petrus 5:10
Dalam renungan
kita sebelumnya, kita melihat bahwa “Allah sumber
segala kasih karunia” ingin membangun kehidupan rohani kita. Ia
ingin menggunakan kelimpahan kasih karunia-Nya untuk “melengkapi,
meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan” kita. Sekarang, kita akan
melihat sisi penderitaan yang walaupun tidak disukai, tetapi berguna agar kita
dapat menerima karya kasih karunia-Nya.
Penderitaan
seringkali menjadi penghubung antara karya yang Allah ingin kerjakan di dalam
kita, dan kelimpahan kasih karunia yang Ia gunakan untuk mengerjakan karya
tersebut: “sesudah kamu menderita seketika
lamanya.” Sebagai Anak Allah yang sempurna dan tidak berdosa, Yesus
belajar melalui penderitaan. “Dan sekalipun
Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya”
(Ibr 5:8). Ia mengalami penderitaan yang terjadi karena taat
kepada Tuhan ditengah-tengah dunia yang sudah jatuh dan berdosa. Ia adalah
teladan yang baik dari kesalehan dan kita diciptakan untuk mengikuti Dia. “Sebab untuk itulah
kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah
meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (1 Pet 2:21). Jika kita
mau berjalan dalam kesalehan, kita akan mengalami penderitaan. “Memang setiap orang
yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2 Tim
3:12). Ujian dan penderitaan tersebut adalah hal yang wajar dan ada
tujuannya. “Saudara-saudara
yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu
sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu” (1 Pet
4:12). Ujian yang menyakitkan sepertinya sesuatu yang mengherankan, tetapi
akan datang untuk menguji dan melatih iman kita.
Tuhan mengasihi
orang yang rendah hati. Ujian dan penderitaan akan membuat kita rendah hati dan
mendorong kita untuk berseru kepada Tuhan agar melimpahkan kasih karunia-Nya.
Hubungan langsung antara penderitaan dan kasih karunia dapat kita lihat dalam
ujian yang dialami oleh Rasul Paulus. “Dan supaya aku
jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka
aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk
menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah
tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku” (2
Kor 12:7-8). Penderitaan yang Paulus alami membuat ia dengan segenap
hati berseru kepada Tuhan agar turun tangan. Tuhan menjawab dengan kasih
karunia-Nya. “Tetapi jawab Tuhan kepadaku:
"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah
kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas
kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku” (2 Kor 12:9). Paulus
tidak menerima kesembuhan yang ia minta. Tetapi, Ia mendapatkan kasih karunia Tuhan
yang memelihara dia dalam masa penderitaan-Nya. Melalui kasih karunia-Nya,
Tuhan mengubah hati Paulus, bukan mengubah kondisinya.
Tuhan sumber segala kasih karunia, jadikan aku rela untuk
mengalami penderitaan yang diperlukan untuk mempersiapkan hatiku bagi karya
transformasi kasih karunia-Mu. Pada saat aku mengalami ujian dan penderitaan,
ingatkan aku akan karya yang sedang Engkau kerjakan di dalam aku, Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 27 November - Surat Roma (4)
No comments:
Post a Comment