Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu
Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan
pelayanan ini kepadaku-- aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang
penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya
itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih karunia
Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan
kasih dalam Kristus Yesus. – 1 Timotius 1:12-14
Oleh karena
kasih karunia-Nya yang berlimpah, Tuhan Yesus mengubah Saulus dari Tarsus
menjadi Rasul Paulus. Tuhan melakukan ini dengan menguatkan Paulus, membuat dia
menjadi seseorang yang berdiri atas iman, dan mempercayakan Paulus dalam
pelayanan. Saat kita melihat siapa Paulus sebelum ia diubahkan oleh Tuhan, kita
akan melihat lebih banyak lagi kelimphanan kasih karunia yang tersedia untuk sebuah
transformasi.
Sebelum ia
menjadi pengikut Kristus, Paulus melakukan tindakan-tindakan yang menghujat Allah.
“Aku yang tadinya seorang penghujat.”
Dalam ketidak tahuannya Paulus adalah seorang agamawi yang fanatik, ia
mengucapkan dan melakukan banyak hal yang menghina dan melawan Tuhan. “Bagaimanapun juga, aku sendiri pernah menyangka,
bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret” (Kis 26:9).
Salah satu dosa penghujatannya terjadi ketika ia mencoba untuk memaksa orang-orang
Kristen untuk mengucapkan hal-hal yang jahat tentang Allah. “Aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk
menyangkal imannya” (Kis 26:11).
Oleh karena
itulah Paulus dengan keji menyiksa orang-orang yang percaya kepada Yesus Kritus.
“Aku yang tadinya… seorang penganiaya.”
Dengan agresif Paulus mencari dan mengejar mereka yang mengikut Yesus, dan
memenjarakan mereka. “Tetapi Saulus
berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret
laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke
dalam penjara” (Kis 8:3). Ia begitu membenci pengikut Yesus bahkan
ia memiliki kuasa untuk mengejar orang Kristen yang tinggal di kota-kota di
luar Israel. “Sementara itu berkobar-kobar hati
Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar,
dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi
di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti
Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem” (Kis 9:1-2).
Melihat
tindakannya yang berani itu, tidak heran jika Paulus mengaku bahwa ia adalah
orang yang angkuh sebelum ia menjadi orang percaya. “Aku
yang tadinya… dan seorang ganas.” Keberhasilan agamawinya membawa
Paulus menjadi orang yang sangat percaya diri akan kerohaniannya. “Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh
percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan,
dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian
terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat,
tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat” (Flp 3:4-6).
Walaupun
demikian, semua ibadah agamawi ini dapat diubah oleh kasih karunia Allah yang
melimpah. “Malah kasih karunia Tuhan kita itu
telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku.”
Tuhan Yesus, betapa luar biasa kasih karunia-Mu. Firman-Mu
menguatkan aku. Aku juga menyadari kegagalan-kegagalanku di masa lalu yang
sudah Engkau ubah dengan kasih karunia-Mu yang melimpah. Biarlah Engkau
senantiasa mengubah aku, Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 23 November - Surat Roma (1)
No comments:
Post a Comment