31 July 2014

31 Juli – Janji-Janji Allah dan Hukum Taurat Allah (1)

Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus. Maksudku ialah: Janji yang sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat, yang baru terbit empat ratus tiga puluh tahun kemudian, sehingga janji itu hilang kekuatannya. Sebab, jikalau apa yang ditentukan Allah berasal dari hukum Taurat, ia tidak berasal dari janji; tetapi justru oleh janjilah Allah telah menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada Abraham.  – Galatia 3:16-18

Pada awal renungan-renungan kita, kita melihat salah satu dari topik yang luar biasa dalam Alkitab: hubungan antara kasih karunia dan hukum Taurat Allah. Ayat-ayat renungan pada hari ini membahas topik yang serupa: hubungan antara janji-janji Allah dan hukum Taurat Allah.

Sekali lagi kita diingatkan kepada fungsi dasar dari janji-janji Allah untuk melaksanakan kehendak-Nya diantara manusia. “Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya.” Tuhan membuat suatu janji yang menjangkau jauh ke masa depan, kepada Abraham dan keturunannya, suatu janji yang meliputi hal kedatangan Mesias, Raja yang diurapi, Juru Selamat umat manusia. Walaupun janji kepada Abraham mencakup lahirnya keturunan Abraham yang tak terbilang banyaknya, pernyataan pada ayat ini sedang menunjuk kepada satu keturunan yang khusus. “Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus.” Yang dimaksud adalah Tuhan Yesus Kristus. Janji ini adalah akar dari perjanjian baru kasih karunia yang dibuat oleh Allah Bapa kepada Abraham dan kepada Allah Anak. “Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya.” Sebuah jaminan keyakinan dinyatakan di sini, yaitu bahwa janji Allah Bapa adalah kepada Anak-Nya!

Jadi, bagaimana dengan hukum Taurat Allah yang baru diberikan ratusan tahun kemudian? Dapatkah hukum Taurat menggantikan janji kepada Abraham dan Anak Allah? “Maksudku ialah: Janji yang sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat, yang baru terbit empat ratus tiga puluh tahun kemudian, sehingga janji itu hilang kekuatannya.” Janji Allah kepada Abraham dan Anak-Nya tidak menjadi hilang kuasanya karena datangnya hukum Taurat. Manusia, melalui usaha untuk melakukan hukum Taurat, tidak akan dapat menjadi ahli waris dari janji-janji Allah. Jika dapat, maka berkat-berkat Allah tidak lagi tergantung kepada apakah Allah menepati janji-Nya. “Sebab, jikalau apa yang ditentukan Allah berasal dari hukum Taurat, ia tidak berasal dari janji.” Hal ini tidak mungkin terjadi, karena “justru oleh janjilah Allah telah menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada Abraham.” Pekerjaan Allah diantara umat manusia tergantung kepada kemampuan-Nya untuk menepati janji-janji-Nya. Tidak tergantung kepada kemampuan kita untuk hidup menurut kesempurnaan hukum Taurat Allah.

Allah Bapa, hatiku diteguhkan oleh janji-janji yang Engkau buat dengan Anak-Mu, Yesus Kristus. Aku bersukacita karena pekerjaan-Mu di dalam hidupku tergantung kepada janji-Mu dan bukan berdasarkan usahaku. Amin.
___

30 July 2014

30 Juli – Orang-Orang Bukan Yahudi Termasuk Dalam Anak-Anak Perjanjian

Orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus. – Efesus 3:6

Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu. – Galatia 3:14

Akibat dari menjadi anak-anak perjanjian melalui iman kepada janji-janji Allah sangatlah luar biasa. Salah satu manfaat tersebut dinyatakan dalam ayat-ayat renungan kita hari ini, yang berkaitan dengan orang-orang bukan Yahudi.

Dalam Perjanjian Lama, sangat jelas bahwa Allah memiliki rencana yang agung bagi orang-orang Yahudi, yaitu Israel, umat pilihan-Nya. “Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel” (Kel 19:6). Rencana Tuhan pada puncaknya mencakup bangsa-bangsa bukan Yahudi di seluruh dunia. “Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!” (Mzm 117:1). “Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu” (Yes 60:3). Namun demikian, orang Yahudi tetapi memiliki tempat khusus dalam rencana Tuhan. “Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu, dan engkau dipilih TUHAN untuk menjadi umat kesayangan-Nya dari antara segala bangsa yang di atas muka bumi” (Ul 14:2).

Dalam sudut pandang kebenaran Perjanjian Lama mengenai Israel ini, adalah sebuah pewahyuan yang luar biasa jika Roh Kudus melalui Rasul Paulus menyatakan bahwa orang-orang bukan Yahudi juga akan menikmati janji-janji Allah: “Orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris.” Dengan percaya kepada janji-janji Allah, orang bukan Yahudi juga menerima hak penuh bersama-sama dengan orang Yahudi dalam hal warisan Allah bagi umat-Nya. Orang bukan Yahudi juga “anggota-anggota tubuh,” yaitu tubuh Kristus. “Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat” (Kol 1:18). Orang Yahudi dan bukan Yahudi akan menjadi satu kesatuan yaitu gereja. Tidak akan ada lagi perbedaan. Orang-orang bukan Yahudi juga “peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus.” Melalui janji injil kasih karunia, orang bukan Yahudi juga akan menikmati hidup yang kekal, berkat-berkat sehari-hari dan jalan masuk ke dalam keintiman dalam hadirat Allah. Melalui iman kepada Allahnya Abraham, orang bukan Yahudi juga akan menikmati janji mengenai Roh Kudus: “Di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.” Ya, sekarang Roh Kudus akan tinggal di dalam hidup semua orang percaya – tidak saja orang Yahudi, tetapi juga orang bukan Yahudi!

Ya Tuhan Allah Israel, aku memuji Engkau karena Engkau adalah Allah dari semua orang percaya baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi. Betapa agung kasih karunia-Mu – betapa dahsyat janji-janji-Mu! Orang Yahudi dan bukan Yahudi sekarang turut menikmati kebenaran yang sama dari Allah yang diberikan dengan cuma-cuma kepada semua yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus! Amin.
___
Ayo Baca Alkitab: 30 Juli -Pelayanan nabi Yeremia: Israel & Yehuda diajak kembali kepada TUHAN

29 July 2014

29 Juli – Anak-Anak Allah Berdasarkan Janji Allah (2)

Bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar. Sebab firman ini mengandung janji: "Pada waktu seperti inilah Aku akan datang dan Sara akan mempunyai seorang anak laki-laki." – Roma 9:8-9

Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak janji. – Galatia 4:28

Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. – Kolose 2:6

Sekali lagi, ayat-ayat renungan hari ini memperlihatkan karakter Allah sebagai Tuhan atas segala janji, yang melahirkan anak-anak rohani perjanjian. Kebenaran dalam ayat-ayat ini tidak saja menyebutkan bagaimana cara kita masuk ke dalam keluarga Allah, tetapi juga menentukan bagaimana cara kita hidup sebagai anak-anak Allah.

Ismael tidak dapat dihitung sebagai keturunan Abraham yang sejati, karena ia adalah hasil dari pemikiran kedagingan manusia. “Bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah.” Hanya Ishak yang dapat disebut sebagai keturunan yang benar. “Tetapi anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar.” Hal ini juga berlaku bagi kita. Kita menjadi anak-anak Allah melalui iman kepada janji injil. “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” (Yoh 1:12). Kita tidak dapat diselamatkan melalui usaha kedagingan manusia sendiri: “Orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah” (Yoh 1:13). Ishak lahir melalui iman kepada janji Allah. “Sebab firman ini mengandung janji: "Pada waktu seperti inilah Aku akan datang dan Sara akan mempunyai seorang anak laki-laki."” Kita juga dilahirkan kembali melalui iman kepada janji Allah. “Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak janji.”

Anak-anak perjanjian dilahirkan secara rohani oleh perjanjian dan bertumbuh secara rohani oleh perjanjian. Sekarang kita sudah dilahirkan kembali ke dalam keluarga Allah melalui iman kepada janji-janji-Nya, kita juga harus hidup dari hari ke hari dengan cara yang sama. “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.” Persamaan ini sangat sederhana. Seperti bagaimana kita diselamatkan, demikian pula bagaimana kita berjalan dalam hidup ini. Kita mulai hidup yang baru bersama Allah dengan iman kepada janji injil akan kehidupan kekal. “Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal” (1 Yoh 2:25). Demikian pula kita hidup dari hari ke hari dengan iman kepada janji injil untuk hidup yang bertumbuh. “Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup” (Yoh 7:38).

Allah Bapa di Sorga, aku berterima kasih karena Engkau sudah menjadikan aku anak-anak perjanjian – dilahirkan kembali melalui iman kepada janji-Mu akan hidup yang kekal. Ajar aku untuk hidup setiap hari dengan cara yang sama – dipelihara dan diubahkan melalui iman kepada janji-Mu akan hidup yang bertumbuh. Amin.
___

28 July 2014

28 Juli – Anak-Anak Allah Berdasarkan Janji Allah (1)

Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka? Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji. – Galatia 4:22-23

Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak janji. – Galatia 4:28

Tuhan kita adalah Tuhan atas segala janji. Karakteristik karya Tuhan adalah dengan membuat dan menggenapi janji. Kita adalah anak-anak-Nya. Kita adalah anak-anak perjanjian. Kita dilahirkan ke dalam keluarga Allah melalui iman kepada janji-janji-Nya. Dua anak Abraham, Ismael dan Ishak, memperlihatkan kepada kita perbedaan antara anak perjanjian dan yang bukan.

Tuhan sudah berjanji untuk membuat Abraham menjadi suatu bangsa yang besar, melalui dia akan datang benih Mesias yang akan memberkati semua bangsa di bumi. “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar… dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat"” (Kej 12:2-3). Namun setelah bertahun-tahun berlalu, Abraham masih belum memiliki keturunan. Abraham berpikir mungkin hambanya adalah sumber dari benih yang dijanjikan Tuhan. “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku” (Kej 15:3). Namun, Tuhan kembali menegaskan bahwa janji keturunan Abraham akan datang melalui tubuhnya sendiri. “Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu” (Kej 15:4). Waktu kembali berlalu, Abraham dan istrinya semakin tua, mereka kemudian memutuskan bahwa mereka harus mencari jalan lain. “Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya. Berkatalah Sarai kepada Abram: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai… Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu” (Kej 16:1-2, 4). Lalu lahirlah Ismael, sebagai hasil dari pemikiran Abraham dan Sara. “Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging.”

Setelah itu, Tuhan kembali menegaskan janji-Nya kepada Abraham. “Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga” (Kej 17:21). Sesuai dengan janji-Nya, dibuat-Nya demikian. “TUHAN memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan TUHAN melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya” (Kej 21:1). Jadi, Ishak lahir sebagai hasil dari janji Tuhan. Ini adalah gambaran dari satu-satunya jalan bagi kita untuk dapat menjadi anak-anak Allah, yaitu dengan Allah sendiri menggenapi janji-Nya. “Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak janji.”

Allah Bapa, Allah atas segala janji, aku memuji Engkau untuk janji keselamatan bagi semua orang yang percaya. Aku bersukacita karena aku sudah menjadi anak perjanjian-Mu. Tidak ada usaha ataupun pemikiranku sendiri yang dapat membuat aku masuk ke dalam keluarga-Mu. Ajar aku untuk hidup senantiasa di dalam janji-janji-Mu. Amin.
___
Ayo Baca Alkitab: 28 Juli -Pelayanan nabi Yesaya: Peringatan bagi Israel, Kematian raja Hizkia 

27 July 2014

27 Juli – Bagaimana Kita Menanggapi Janji-Janji Tuhan

Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman." – Rom 1:16-17

Bagaimana cara kita menanggapi janji-janji Allah? Janji-janji-Nya tidak secara langsung bekerja di dalam hidup setiap orang yang mendengarnya. Ada orang yang menanggapi dengan benar, ada yang menganggi dengan tidak benar. Ada yang menikmati penggenapan dari janji-janji itu, ada yang tidak mengalaminya. Dalam dua ayat perenungan di atas, kita diberikan dasar dari cara kita menanggapi semua yang termasuk dalam injil kasih karunia. Tanggapan tersebut adalah iman, termasuk di dalamnya untuk dapat mengalami janji-janji Allah dalam hidup ini.

Paulus memiliki keyakinan yang kokoh terhadap Injil karena karakteristiknya yang kuat. “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan.” Kabar baik mengenai Yesus Kristus pada intinya adalah kasih karunia Allah yang diberitakan kepada manusia: “Pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kis 20:24). Kasih karunia ini adalah kuasa Allah yang dicurahkan untuk menyelamatkan manusia. Kuasa ini dialami oleh mereka yang menaruh iman mereka kepada Injil, baik itu orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi. “Injil adalah kekuatan Allah menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” Injil ini bekerja karena memperhitungkan kebenaran Allah kepada orang berdosa, jika orang tersebut bersedia percaya kepada Allah. “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman.”

Injil disebut dalam Alkitab sebagai sebuah janji. “Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal” (1 Yoh 2:25). Injil juga sering dinyatakan dalam bentuk janji: “Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan” (Kis 15:11). “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan” (Rom 10:13). Janji-janji Injil ini dapat dialami melalui iman. Orang benar akan hidup oleh iman.”

Sebagai tambahan dari keselamatan awal, kabar baik dari kasih karunia Allah juga mencakup banyak janji-janji Allah yang lainnya. Aku akan mendirikan jemaat-Ku” (Mat 16:18), “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh 8:32), “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (Yoh 16:13). Semua janji-janji ini juga dapat kita nikmati melalui iman, karena orang benar akan hidup oleh iman” -- baik pada awalnya maupun seterusnya.

Ya Tuhan, aku ingin menanggapi janji-janji-Mu dengan benar. Betapa baiknya Engkau sehingga Engkau hanya meminta agar aku percaya kepada apa yang Engkau sudah janjikan. Aku tidak mau mengabaikan janji-janji-Mu atau meragukannya. Aku ingin hidup dengan mengandalkan setiap janji yang pernah Engkau buat. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

26 July 2014

26 Juli – Kesetiaan Tuhan Dan Janji-Janji-Nya (4)

Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya. – 1 Tesalonika 5:23-24

Doa yang dicatat dalam ayat renungan kita hari ini ditutup dengan pernyataan lainnya mengenai kesetiaan Allah, diiringi dengan sebuah janji yang penting. “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.” Apakah yang Allah inginkan dari kita, dan apa yang Ia janjikan kepada kita?

Tuhan menginginkan kita mengalami penyucian, yaitu hidup di dalam kebenaran. “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan” (1 Tes 4:3-4). Adalah kehendak Tuhan bahwa kita bertumbuh dalam proses pengudusan hidup.

Isitilah lain untuk tujuan ilhahi ini adalah tak bercacat. “Semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus.” Saat kita hidup bagi Tuhan tiap-tiap hari sambil menunggu kedatangan-Nya kembali, Ia ingin kita bertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus. Ia ingin agar hidup kita semakin lama semakin bersih dari kesalahan. “Supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Flp 2:15).

Bagaimana keinginan Tuhan ini dapat terjadi? Hanya oleh karya Tuhan kita yang setia, dan yang sudah berjanji untuk setia. “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.” Bagaimanakah cara Tuhan melakukan proses ini? Jawabannya adalah melalui Firman Tuhan. Tuhan Yesus menyatakan kebenaran ini di dalam doa-Nya bagi murid-murid-Nya sebelum Ia disalibkan. “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran” (Yoh 17:17). Tuhan ingin melepaskan kuasa firman-Nya ke dalam kehidupan kita, mengubah cara kita berpikir atau bertindak. Tuhan ingin agar firman-Nya membuat kita mau menguduskan hidup kita bagi Dia. Rasul Paulus mencatat bagaimana proses rohani ini sejalan dengan kehendak Yesus untuk gereja-Nya: “Untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela” (Yoh 17:17).

Ya Allah maha kudus, aku rindu untuk semakin hari semakin dipersiapkan demi kemuliaan, kehormatan dan pekerjaan pelayanan-Mu. Dengan rendah hati aku memohon agar Engkau mengubah hati dan pikiranku oleh kuasa Firman-Mu yang kudus. Engkau adalah Allah yang setia dan yang berjanji untuk menggenapinya. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___



25 July 2014

25 Juli – Kesetiaan Tuhan Dan Janji-Janji-Nya (3)

Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat. – 2 Tesalonika 3:3

Sebelum kita masuk dalam ayat renungan hari ini, mari kita mengingat tema kita. Dalam pelajaran kita setiap hari untuk bertumbuh di dalam kasih karunia Allah, kita sedang melihat mengenai janji-janji Allah. Hidup di dalam janji-janji Allah adalah serupa dengan hidup di dalam kasih karunia Allah. Dalam kedua aspek tersebut, hal yang paling penting adalah bagiman Allah berkarya di dalam hidup kita, mengerjakan apa yang hanya Dia bisa kerjakan, melakukan apa yang kita sebenarnya kita tidak akan pernah layak untuk menerimanya dan tidak mungkin bisa kita kerjakan sendiri. Jika kita merengungkan janji-janji Allah, kita harus mempersilahkan Tuhan untuk meningkatkan keyakinan kita kepada janji-janji-Nya dengan memusatkan perhatian kita kepada kemampuan-Nya dan kesetiaan-Nya. Ayat renungan kita hari ini menyatakan kesetiaan Allah dan menambahkan dua janji mengenai hal-hal yang penting dalam kehidupan kekristenan kita.

Kesetiaan Tuhan adalah salah satu dari tema-tema agung Alkitab “Tuhan adalah setia.” Tuhan kita dapat diandalkan, jadi kita dapat mengandalkan dia dan limpahan janji-janji-Nya. “Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia” (1 Kor 1:9). Tuhan yang benar dan yang kekal, yang sudah mengundang kita ke dalam persekutuan yang intim dengan Anak-Nya, adalah Tuhan yang dapat diandalkan, jadi kita dapat percaya kepada Dia dan kepada janji-janji-Nya.

Sebagai contoh, kita dapat mengandalkan janji-Nya untuk memberikan kehidupan rohani yang mapan. “Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu.” Ini adalah salah satu kebutuhan utama dari hidup manusia. Jika kita mengandalkan diri sendiri, kita mudah goyah dan berubah-ubah. Tuhan ingin membuat kita menjadi hamba-hamba-Nya yang bertanggungjawab dan setia. Tuhan adalah setia dan Ia akan melakukan hal ini, jika kita dengan rendah hati membuka hati kita kepada karya firman dan Roh Kudus-Nya.

Contoh yang lain dari kesetiaan Allah adalah dalam menjaga kita terhadap si jahat. “Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan… memelihara kamu terhadap yang jahat.” Kita adalah domba-domba Allah. “Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya” (Mzm 100:3). Musuh kita adalah seperti singa yang hendak menelan kita. “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Pet 5:8). Domba tidak dapat bertahan melawan singa. Tetapi kita memiliki gembala yang agung, yang tidak akan lari ketika ada ancaman. “Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku” (Yoh 10:13-14). Ia ingin kita mengetahui bahwa kita dapat mengandalkan Dia untuk setia terhadap janji-Nya untuk menjaga kita.

Ya Tuhan, Gembala-ku yang baik, dengan diriku sendiri, aku mudah goyah dan tidak berdaya seperti seekor domba. Tetapi karena kesetiaan-Mu, aku dapat mengandalkan janji-janji-Mu untuk menguatkan rohku dan menjaga aku dari musuh. Terima kasih untuk kesetiaan-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

24 July 2014

24 Juli – Kesetiaan Tuhan Dan Janji-Janji-Nya (2)

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. – 1 Korintus 10:13

Ketika kita merenungkan mengenai janji-janji Allah, akan sangat baik jika kita juga mengingat akan kesetiaan-Nya. Ayat renungan kita pada hari ini menolong kita untuk fokus kepada kesetiaan Allah, dalam ayat ini juga terdapat janji-janji lainnya mengenai pertolongan Tuhan kepada kita.

Tema dari ayat ini adalah mengenai pencobaan. “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa.” Menarik untuk dicatat bahwa kata yang diterjamahkan menjadi “pencobaan” juga dapat diterjemahkan sebagai “ujian.” Hal ini memberikan cara pandang yang lain terutama saat kita berada dalam situasi yang sulit. Kita sering bertanya: “Apakah masalah ini datang dari musuh atau dari Tuhan?” Di tengah-tengah perjuangan hidup, musuh kita ingin agar kita menanggapi masalah dengan keraguan, ketakutan dan kompromi. Di pihak lain, terhadap perjuangan yang sama, Tuhan ingin menguji kita, untuk melatih iman kita. Oleh karena itu, istilah pencobaan ini dapat berlaku untuk kedua situasi tersebut. Jadi, dalam setiap pencobaan atau ujian, kita dapat yakin bahwa masalah ini bukanlah sesuatu yang istimewa. “Pencobaan-pencobaan (atau, ujian-ujian) yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia.” Apapun pergumulan kita, Tuhan sudah pernah mengatasinya berkali-kali sebelumnya.

Namun, ada sebuah faktor yang jauh lebih penting dari pada masalah itu sendiri. Yaitu kesetiaan Allah: “Sebab Allah setia.” Ini adalah hal yang paling menentukan dalam pergumulan kita. Sering kali, kita merasa tidak sanggup untuk menghadapi tantangan yang kita alami. Kita menyadari bahwa kita tidak dapat diandalkan. Kita khawatir akan ketidaksetiaan kita dalam menanggapi situasi hidup kita. Tetapi Allah ingin agar kita fokus kepada kesetiaan-Nya!

Setelah mengingatkan kita akan kesetiaan Allah, Roh Kudus memberikan kepada kita dua janji yang akan memberikan pengharapan bagi kita yang menghadapi ujian dan pencobaan. Pertama, Tuhan tidak akan mengizinkan pergumulan yang tidak sesuai dengan tingkat kedewasaan rohani kita. “Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu.” Kedua, Tuhan akan menyediakan jalan untuk mengatasi masalah tersebut. “Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar.” Jika pertumbuhan rohani kita baru dapat mengatasi tembakan “meriam” musuh, Tuhan tidak akan membiarkan musuh menjatuhkan “bom atom” dalam hidup kita. Dan apapun yang masalah yang terjadi, Tuhan akan membuat kita bisa melewatinya, “sehingga kamu dapat menanggungnya.” Tuhan pasti akan menolong kita. Kita dapat mengandalkan Tuhan untuk menggenapi janji-janji-Nya ini, “Sebab Allah setia.”

Ya Tuhan, aku berterima kasih karena Engkau sudah menyingkapkan dusta dari musuh yang membuat aku berpikir bahwa pergumulan yang aku alami adalah sesuatu yang terlalu istimewa. Terima kasih untuk janji-Mu yang meyakinkan bahwa aku dapat mengatasi setiap masalah yang aku hadapi. Tolong aku untuk bersandar kepada kesetiaan-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___
Ayo Baca Alkitab: 24 Juli - Pelayanan nabiYesaya: TUHAN penebus Israel, Koresh dipakai TUHAN, keruntuhan Babel 

23 July 2014

23 Juli – Kesetiaan Tuhan Dan Janji-Janji-Nya (1)

Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. –Ibrani 10:23

Dalam renungan sebelumnya, kita melihat kemampuan Tuhan dan hubungannya dengan janji-janji-Nya. Ketika sebuah janji dibuat, kemampuan dari pihak yang membuat janji sangat menentukan. Dalam hubungan antara kemampuan Tuhan dengan janji-janji-Nya, kita dapat memiliki keyakinan bahwa Ia dapat menggenapi apa yang Ia janjikan. “Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu apapun yang mustahil untuk-Mu!” (Yer 32:17). “Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?” (Yer 32:27). Allah menciptakan seluruh alam semesta, dan Ia adalah penguasa atas umat manusia. Tentulah Ia dapat menggenapi semua yang sudah Ia janjikan.

Sekarang, kita akan membahas hal lain yang juga berhubungan dengan janji yaitu kesetiaan. Ketika sebuah janji diberikan, kesetiaan adalah hal yang sama pentingnya dengan kemampuan. Sangat penting untuk mengetahui bahwa pihak yang membuat janji tidak hanya sanggup, tetapi juga dapat diandalkan. Dalam ayat renungan kita hari ini kita diberikan alasan untuk tidak meragukan kesetiaan Allah. “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.”

Di dalam kitab Ibrani, kita akan menemukan berulang-ulang panggilan untuk berdiri teguh dalam pengharapan kepada Allah. “Dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan” (Ibr 3:6). Untuk dapat sepenuhnya menerima apa yang dijanjikan kepada kita di dalam Kristus, kita harus senantiasa bersandar kepada Dia dalam iman hingga akhir hidup kita di bumi ini. “Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula” (Ibr 3:14).

Ayat renungan kita pada hari ini juga menekankan iman yang teguh dalam pengharapan kepada Allah. “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita.” Keteguhan iman kita kepada Allah berhubungan dengan apa yang Ia janjikan dan kesetiaan-Nya untuk menggenapi janji tersebut. “Sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.” Kita dapat dengan erat berpegang teguh kepada janji-janji Tuhan. Kita dapat dengan teguh berharap kepada Tuhan untuk menggenapi janji-janji-Nya kepada kita. Kita tidak perlu bimbang dan ragu, karena Allah dapat diandalkan. Ia dapat dipercaya. Ia setia.

Ya Tuhan yang setia, betapa berbahagia ketika aku menyadari bahwa keteguhan imanku kepada-Mu bergantung kepada kesetiaan-Mu kepada-ku. Aku menyadari bahwa aku dapat terus mengandalkan Engkau, karena Engkau sepenuhnya setia kepada-ku. Betapa ajaib pengharapan yang ada padaku saat aku merenungkan janji-janji-Mu! Engkau adalah Allah yang setia yang akan menggenapi setiap janji-janji-Mu, saat aku mengandalkan Engkau. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

22 July 2014

22 Juli –Tuhan Menjanjikan Langit Baru dan Bumi Baru

Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat… Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. 2 Petrus 3:9, 11

Dalam renungan kita yang sebelumnya, kita mempelajari janji Tuhan Yesus untuk datang kembali bagi umat-Nya. “Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” (Yoh 14:3). Sudah berabad-abad lewat sementara janji tersebut masih belum digenapi. Akibatnya, banyak orang yang kemudian mencemooh janji tersebut. Alkitab mempersiapkan kita terhadap tindakan ini dengan memberikan kepada kita sebuah janji. “Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya… Kata mereka: "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan"” (2 Pet 3:3-4). Namun demikian, kita yang percaya kepada janji-janji Allah memiliki keyakinan bahwa Ia pasti akan menepati janji-Nya dan akan datang kembali untuk kita. Ketika Ia datang kembali, Ia akan menepati sebuah janji yang lain, yaitu janji akan langit baru dan bumi baru. “Tapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.”

Mengenai mengapa Tuhan belum datang kembali, ada dua hal yang perlu direnungkan. Hal yang pertama berkaitan dengan belas kasihan dan kesabaran Allah dalam memberikan lebih banyak kesempatan bagi manusia untuk bertobat. “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya… tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Hal yang kedua berkatian dengan cara pandang Tuhan mengenai waktu. Bagi Tuhan kita yang kekal, janji-Nya untuk datang kembali seolah-olah baru Ia berikan beberapa hari yang lalu! “Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari” (2 Pet 3:8).

Tetapi, suatu hari Tuhan akan menggenapi janji-Nya untuk kembali bagi kita. Pada saat itu, sebuah realitas yang baru dan yang kekal akan datang. “Tapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.” Betapa indah untuk kita renungkan! “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru... Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu"” (Why 21:1-4).

Tuhan Yesus, aku menanti-nantikan kedatangan-Mu. Aku bersukacita untuk tempat yang sudah Engkau persiapkan bagiku – di mana terdapat kebenaran, sukacita dan damai sejahtera. Di atas semuanya itu, aku menanti-nantikan tinggal di dalam hadirat-Mu yang nyata untuk selama-lamanya. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

21 July 2014

21 Juli –Tuhan Berjanji Akan Datang Kembali

Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. – Yohanes 14:1-3

Janji Tuhan Yesus bahwa Ia akan datang kembali untuk murid-muridnya dinyatakan agar mereka mendapat penghiburan. Merupakan penghiburan bagi kita, ditengah-tengah dunia yang penuh kesedihan ini, untuk mengetahui bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali untuk kita semua yang sudah percaya kepada Dia.

Ketika Tuhan Yesus mengucapkan kata-kata ini, Ia akan segera meninggalkan murid-murid-Nya. Ia tahu bahwa waktu penyaliban, kebangkitan dan kenaikkannya sudah dekat. Ketika Tuhan Yesus mengabarkan tentang kepergiannya, murid-murid menjadi gelisah. “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.” Salah satu tujuan Dia untuk pergi meninggalkan para murid adalah untuk mempersiapkan sebuah tempat tinggal di sorga bagi orang percaya. “Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” Lalu, Yesus memberikan janji yang memberikan penghiburan yang luar biasa. “Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.” Yesus akan datang kembali untuk menjemput kekasih-kekasih-Nya agar bersama-sama dengan Dia kembali.

Setelah kematian-Nya yang menebus dosa manusia dan kemenangan dari kebangkitan-Nya, Tuhan mengajar para murid perihal kerajaan Allah. Namun kemudian tiba waktunya untuk pergi. “Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka” (Kis 1:9). Pandangan mereka tetap kepada Dia yang mereka kasihi. “Mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik” (Kis 1:10). Lalu, seorang malaikat pembawa pesan mengulangi kembali janji Yesus bahwa Ia akan kembali. “Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga” (Kis 1:11). Betapa indah pengharapan yang pasti membakar hati mereka ketika mereka mendengar hal itu.

Sepanjang sejarah gereja, hati yang penuh kasih selalu merindukan kedatangan kembali Tuhan Yesus Kristus. Para rasul mendapatkan ilham dari Roh Kudus untuk menyampaikan kepada kita janji-janji penghiburan mengenai kedatangan-Nya kembali. “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan” (1 Tesalonika 4:16-17). Inilah janji pengharapan yang harus kita hidupi setiap hari. “Dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus” (Tit 2:13).

Tuhan Yesus, aku bersukacita untuk pengharapan atas janji kedatangan-Mu kembali untuk aku. Aku rindu untuk bertemu muka dengan muka dengan Engkau. Adalah sebuah sukacita yang melampaui segala akal untuk menantikan saatnya bersama-sama dengan Engkau untuk selama-lamanya. Datanglah segera Tuhan Yesus!
___

20 July 2014

20 Juli – Janji Jawaban Doa Di Dalam Nama Yesus

Dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya. – Yohanes 14:13-14

Sebagai anak-anak Allah, kita memiliki undangan agung untuk menyatakan seluruh isi hati kita kepada Dia melalui doa dalam iman dan kerendahan hati. “Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita” (Mzm 62:9). Kita memiliki kebutuhan yang besar untuk berbicara kepada Tuhan. “Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Kita juga memiliki janji bahwa Ia akan menjawab doa-doa kita. “Dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya... Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.”

Ketika umat Tuhan tidak berdoa, mereka tidak akan menerima apa yang Tuhan ingin berikan kepada mereka. “Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa” (Yak 4:2). Kadang-kadang, anak-anak Tuhan berdoa, tetapi tetap tidak menerima jawaban dari Tuhan. “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu” (Yak4:3). Doa-doa mereka berasal dari keinginan dan kepentingan diri sendiri. Doa yang sejati harus berasal dari kehendak Allah. “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya” (1 Yoh 5:14-15).

Oleh karena itu, alkitab sangatlah penting bagi kehidupan doa kita setiap hari. Firman Allah akan memimpin kita untuk berdoa sesuai dengan kehendak Allah. “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh 15:7). Saat kita tinggal di dalam Kristus dan mengandalkan Dia, kita pasti akan meminta firman-Nya berkuasa dalam hidup kita. Saat kita terus menerus masuk ke dalam firman-Nya, pikiran dan kehendak kita akan dibentuk. Akibatkanya, kita akan meminta kepada Allah, sesuai dengan apa yang Allah ingin kita pikirkan atau kita inginkan. Dalam konteks kebenaran inilah Tuhan berjanji bahwa Ia akan memberikan apapun yang kita minta.

Semua hal tersebut menjelaskan inti dari berdoa di dalam nama Yesus. Berdoa dalam nama Yesus tidak sekedar urutan kata-kata wajib yang kita ucapkan untuk menutup doa. Tidak peduli apakah kita mengucapkan kata-kata tersebut atau tidak, namun soal berdoa seperti Yesus sendiri yang berdoa, yaitu selalu mengerjakan apa yang Allah Bapa inginkan. Berdoa dalam nama Yesus adalah mengenai berdoa sesuai dengan pengajaran firman Tuhan mengenai karya dan pribadi Tuhan Yesus bagi kita. Mereka yang berdoa dengan cara demikian akan menikmati kepastian janji jawaban doa, dan menyatakan kemuliaan bagi Tuhan. “Dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.”

Tuhan Yesus, aku berterima kasih untuk janji-Mu untuk menjawab doa. Ajar aku untuk berdoa di dalam nama-Mu. Biarlah kiranya Engkau mengubah doaku lewat pernyataan firman mengenai kehendak dan karya-Mu dalam hidupku. Di dalam nama-Mu yang kudus aku berdoa, amin.
___

19 July 2014

19 Juli – Kebenaran Akan Memerdekakan Kita Dari Hukum Taurat (2)

Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya? Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. – Galatia 4:9-10

Dalam renungan kita yang lalu, kita melihat janji Allah akan kebenaran yang memerdekakan kita dari hukum Taurat. Jika kita ingin dibenarkan, kita harus dilepaskan dari hukum Taurat. Penyelamatan dari hukum Taurat ini terjadi lewat iman kita kepada Tuhan Yesus dan menikmati kuasa kasih karunia-Nya yang membenarkan kita. “Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat” (Gal 2:16).

Melalui iman, kita dapat mengenal Allah. Pada titik ini, banyak orang Kristen kembali kepada usaha agamawi karena mengira bahwa mereka dapat bertumbuh dalam proses pendewasaan dengan kekuatan mereka sendiri. “Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin.” Kata-kata dalam ayat ini merupakan tema utama dari surat Paulus kepada jemaat di Galatia: kuasa dan kelimpahan kasih karunia dibandingkan dengan kelemahan dan kemiskinan hukum Taurat. Kasih karunia Allah yang cukup berkuasa untuk memberikan kepada kita pembenaran (“justification”) waktu kita percaya kepada Yesus, adalah juga satu-satunya kuasa yang dapat membuat kita bertumbuh dalam pengudusan (“sanctification”) dari hari ke hari. Kasih karunia Allah begitu melimpah dalam penyelamatan jiwa kita, juga cukup melimpah untuk membuat dampak dalam proses perubahan hati dan karakter kita. Hukum Taurat tidak pernah dimaksudkan untuk tujuan ini, yaitu menyediakan kekuatan dan kelimpahan sorgawi untuk pembenaran, maupun untuk pengudusan.

Ketidakberdayaan hukum Taurat untuk menghasilkan kesalehan dalam hidup manusia dapat dilihat dari usaha sia-sia jemaat di Galatia, yang mengira memelihara hari-hari suci agama dapat membuat mereka kuat secara rohani. “Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun.” Jauh dari kehidupan yang merdeka, hal ini justru kembali diperhamba oleh tradisi agama. “Mau mulai memperhambakan diri lagi.” Umat Tuhan tentunya bebas untuk merayakan hari-hari yang memiliki makna rohani bagi mereka. “Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri” (Rom 14:5). Kita tidak diwajibkan untuk merayakan atau melarang memelihara hari-hari raya. Namun, jika kita hanya berharap kepada memelihara tradisi agamawi, maka kita sedang menuju kepada perhambaan agamawi, bukan kemerdekaan rohani.

Ya Tuhan, aku bersyukur akan kuasa dan kekayaan kasih karunia-Mu yang memberikan aku pembenaran atas dosa! Dengan segala kerendahan hati aku berseru kepada-Mu untuk mencurahkan kuasa dan kekayaan kasih karunia-Mu. Tegurlah aku jika aku cenderung memilih mengandalkan kelemahan dan kemiskinan dari usaha melakukan hukum Taurat. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

Ayo Baca Alkitab: 

18 July 2014

18 Juli – Kebenaran Akan Memerdekakan Kita Dari Hukum Taurat (1)

Hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup... Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat. – Roma 7:1, 6

Dalam firman Tuhan, Allah telah menjanjikan kebenaran yang akan membawa kemerdekaan rohani. “Kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh 8:32). Kita sudah merenungkan bentuk kebenaran yang memerdekakan manusia dari belenggu dosa, dari belenggu ketakutan akan kematian dan dari belenggu pengaruh si jahat. Sekarang, kita akan melihat bentuk lain dari kebenaran yang memerdekakan, yaitu kebenaran yang akan memerdekakan kita dari hukum Taurat.

Sebelumnya, hal ini merupakan hal yang mengikat kita, karena kita semua memulai hidup ini dibawah ikatan hukum Taurat. “Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah” (Rom 3:19). Semua orang yang pernah hidup, masih hidup atau akan hidup di masa depan (“seluruh dunia”) pada mulanya ada di bawah penghukuman (“jatuh ke bawah hukuman Allah”), oleh karena dosa-dosa mereka. Kondisi berdosa ini akan selalu melekat seumur hidup, jika Tuhan tidak menyediakan jalan keluar. Hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup.” Namun, kondisi ini tidak harus berlaku selamanya, karena firman Tuhan sudah menyatakan kebenaran yang memerdekakan atas kebutuhan yang mendesak ini. “Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita.” Manusia lama kita yaitu siapa kita sejak lahir, sudah mati di kayu salib bersama dengan Kristus, ketika kita percaya kepada Dia. Manusia baru di dalam Kristus sekarang berdiri dalam kondisi dibenarkan melalui iman kepada Kristus. “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat” (Rom 3:28).

Semua anak-anak Allah sudah mengalami kebenaran yang memerdekakan ini ketika mereka dibenarkan (justicifaction). Namun, banyak umat Allah yang tidak menyadari kebutuhan mereka untuk dimerdekakan dari belenggu hukum Taurat pada saat mereka dalam proses pengudusan (sanctification), yaitu proses pendewasaan rohani yang terjadi dari hari ke hari selama kita masih ada di dunia ini. Tetapi, firman Tuhan sebenarnya sudah mengajarkan mengenai hal ini berulang kali. Dalam ayat renungan kita hari ini, kita melihat kebenaran ini dinyatakan. Kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat.” Pengertian yang benar mengenai kemerdekaan dari hukum Taurat akan menentukan apakah kita akan bergumul dengan belenggu hukum Taurat dalam kehidupan sehari-hari, atau hidup dalam kemerdekaan oleh karya Roh Kudus yang baru setiap hari.

Ya Tuhan yang memerdekakan aku, aku menyembah Engkau karena Engkau sudah melepaskan aku dari belenggu penghakiman hukum Taurat, oleh karena kasih karunia-Mu melalui iman. Ajar aku untuk hidup dari hari ke hari di dalam kasih karunia melalui iman, supaya aku dapat benar-benar dibebaskan dari tuntutan hukum Taurat, ketika aku melayani Engkau. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

17 July 2014

17 Juli – Sang Kebenaran Akan Memerdekakan Kita Dari Belenggu Musuh

Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku  dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu. – Yohanes 8:31-32

… sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya. – 2 Timotius 2:25-26

Sebagai pengikut Kristus, sangatlah penting bagi kita untuk tinggal di dalam firman-Nya. Kita dipanggil untuk hidup dalam firman Allah supaya kita dapat mengetahui kebenaran-Nya. Lalu, saat kita menerima kebenaran Allah, kita akan merasakan dampak kuasa firman yang memerdekakan itu. “Kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Belenggu musuh adalah kebutuhan mendasar manusia akan kemerdekaan rohani.

Seluruh keberadaan manusia yang tidak percaya ada di dalam belenggu pengaruh si jahat. “Seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat” (1 Yoh 5:19). Bahkan bagi mereka yang tidak menerima kebenaran Allah mengenai pengaruh Iblis dan dosa, tetap ada dalam belenggu. Oleh karena itu, kita harus dengan lemah lembut dan rendah hati menjangkau mereka dengan kebenaran ini: “Dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya” (2 Tim 2:25-26). Paulus diutus untuk memberitakan kabar baik yang menawarkan kemerdekaan dari belenggu tersebut: “Untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah” (Kis 26:18). Kesaksian dari semua yang sudah percaya kepada Injil adalah: “Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih” (Kol 1:13).

Pengaruh Iblis dalam membelenggu, menghalangi, membatasi manusia tidak berhenti pada saat manusia menerima keselamatan. Banyak orang kudus yang masih terikat cara berpikir dan cara hidupnya. Mereka masih dipengaruhi oleh kebohongan musuh. Mereka tidak dapat menyaksikan kemerdekaan yang Paulus dan rekan-rekannya nyatakan: “Supaya Iblis jangan beroleh keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya” (2 Kor 2:11). Orang-orang yang tidak percaya akan mengabaikan kebenaran ini sehingga Iblis mengambil keuntungan dan membelenggu mereka. Sebaliknya, orang percaya akan semakin menikmati kemerdekaan dari tipu muslihat musuh. Mereka akan bertumbuh dalam pengertian ini dan mengandalkan kemenangan yang sudah disediakan oleh pengorbanan Yesus. “Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu” (1 Yoh 3:8).

Ya Tuhan, aku memuji Engkau untuk Injil kebenaran yang memerdekakan aku dari cengkeraman musuh. Sekarang, aku memerlukan kuasa firman-Mu lebih dan lebih lagi  supaya aku mengenali tipu muslihat Iblis. Ajarlah aku seluruh kebenaran-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___
Ayo Baca Alkitab: 17 Juli - Pelayanan nabi Yesaya: Nubuat tentang akhir zaman 

16 July 2014

16 Juli – Sang Kebenaran Berjanji Akan Memerdekakan Kita

Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.  – Yohanes 8:31-32

Seperti kita sudah pelajari, Roh Kudus dijanjikan kepada kita sebagai penuntun kepada seluruh kebenaran firman Allah. “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (Yoh 16:13). Sebuah janji lain yang berkaitan menyatakan bahwa kebenaran ini akan memberikan dampak memerdekakan dalam hidup kita. “Kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Janji mengenai kemerdekaan rohani melalui kebenaran firman Allah sangat penting bagi manusia, karena berbagai macam bentuk belenggu rohani mengancam kita semua.

Semua orang memerlukan pembebasan dari belenggu dosa. Mereka yang pertama kali mendengar janji ini dari Yesus memerlukan penjelasan mengenai hal ini. “Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa"” (Yoh 8:33-34). Istilah ‘setiap orang’ disini maksudnya kita semua, Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rom 3:23). Namun, kita semua dapat memuji Tuhan karena kebenaran-Nya yang memerdekakan akan membebaskan kita dari belenggu dosa. Semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sudah dibenarkan dari dosa, dinyatakan benar di hadapan Allah, melalui pengorbanan Yesus: “Oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya” (Rom 3:24-25).

Ketakutan akan kematian adalah bentuk belenggu lainnya harus dilepaskan dari manusia. Kita Ibrani menulis “Mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut” (Ibr 2:15). Betapa menyiksanya belenggu ketakutan akan kematian itu! Tetapi, kebenaran Yesus yang memerdekakan dapat menghancurkan belenggu ini. “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (Yoh 11:25-26). Semua orang yang percaya kepada Dia yang adalah kebangkitan dan hidup akan hidup kekal. Sekalipun mereka tetap mengalami kematian jasmani, alam maut tidak akan dapat mencengkeram mereka. Bahkan, walaupun tubuh jasmani mereka masuk ke dalam kubur, mereka akan segera ada bersama-sama dengan Tuhan. “Tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan” (2 Kor 5:8).

Ya Tuhan sumber kebenaran, aku bersukacita di dalam kemerdekaan yang datang melalui kebenaran-Mu. Terima kasih karena Engkau sudah membebaskan aku dari belenggu penghakiman dan penghukuman yang sebenarnya layak aku terima karena dosa-dosaku. Aku bersyukur untuk kemerdekaan dari ketakutan akan kematian. Biarlah aku hidup dalam kemenangan oleh kebenaran ini dan membagikannya kepada orang lain yang butuh pembebasan. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___