Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah
mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa
dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih
baik. – Ibrani 11:35
Ayat ini menjadi
ayat jembatan antara berkat yang kita nikmati karena percaya kepada Allah, dengan
kesulitan yang harus dialami karena mengandalkan Allah. Di sini kita melihat
akibat yang sangat kontras dari menerima kasih karunia melalui iman. Dengan
mudah kita dapat mengerti akan berkat-berkat yang ada. Namun kita tidak
terbiasa untuk mengerti bahwa ada kesulitan-kesulitan akibat menerima kasih
karunia melalui iman.
Bahkan berkat
kebangkitan kembali dari orang-orang yang dikasihi bukanlah hal yang
mengejutkan dalam sejarah umat Allah, karena kita melayani Allah yang berkuasa
membangkitkan. Elia mengerti kebenaran ini. Oleh karena itulah ia tidak ragu ketika
Allah menginginkan agar ia menjadi sarana untuk melakukan mujizat kebangkitan.
Mujizat ini terjadi di rumah seorang janda yang menyediakan makanan bagi Elia. “Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu
jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi” (1
Raj 17:17). Janda yang beriman ini sangat tertekan dan terkejut. “Kata perempuan itu kepada Elia: "Apakah
maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk
mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?"” (1 Raj 17:18).
Dalam situasi seperti ini, biasanya doa dinaikkan untuk menghibur keluarga yang
ditinggalkan. Namun, Elia dipimpin untuk berseru bagi anak itu. “Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak
ini ke dalam tubuhnya” (1 Raj 17:21). Tuhan meneguhkan bahwa seruan tersebut
sesuai dengan kehendak-Nya dengan membangkitkan anak itu. “TUHAN
mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya,
sehingga ia hidup kembali” (1 Raj 17:22).
Berkat mujizat terjadi
karena iman kepada Allah. Namun, iman kepada Allah tidak selalu menghasilkan
berkat-berkat yang demikian yang sementara, seperti yang dicatat oleh ayat
renungan kita hari ini “Tetapi
orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan,
supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik.” Hidup dalam iman
adalah tema utama dalam pasal ini (“Karena iman… “
Ibr 11:3-5). Hidup dalam iman juga tema utama dalam ayat ini (“Yang karena iman…” Ibr 11:33). “Orang-orang lain” ini disiksa karena iman
mereka. Iman mereka kepada Allah akan memberikan kepada mereka sebuah berkat
yang kekal, yang akan mereka nikmati pada saat kebangkitan orang-orang benar.
Sudut pandang
ini juga berlaku bagi kita. “Sebab aku
yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan
kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Rom 8:18). Sementara
itu, kita dapat belajar untuk hidup dalam kuasa kebangkitan: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa
kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi
serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (Flp 3:10).
Ya Allah yang membangkitkan, aku berseru kepada-Mu untuk
membangkitkan area dan situasi hidupku yang mati. Aku memandang kepada-Mu untuk
kuasa yang membuat aku bertahan dalam masa-masa kesulitan. Ajar aku untuk hidup
dari hari ke hari dalam kuasa kebangkitan-Mu, Amin.
___
No comments:
Post a Comment