31 December 2014

Terima Kasih

Akhirnya kita sampai pada renungan terakhir di tahun 2014.

Kami mengucapkan terima kasih untuk partisipasi anda dalam mengikuti dan mendukung program Ayo Saat Teduh. Kami mohon maaf bila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam penyajian renungan-renungan selama ini. Kami berharap anda diberkati dan semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus.

Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai kita semua!

31 Desember – Bertumbuhlah Dalam Berbagai Kasih Karunia Allah

Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. – 1 Petrus 4:10

Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. – 2 Petrus 3:18

Kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus menyertai roh kamu, saudara-saudara! Amin. – Galatia 6:18

Bertumbuh dalam berbagai kasih karunia Allah adalah kebenaran yang sesuai untuk akhir dari renungan-renungan kita. Sungguh sebuah kehormatan dan penguatan iman untuk diingatkan akan kemuliaan berbagai macam kasih karunia Allah.

Ada berbagai kasih karunia Allah. Seperti sebuah intan yang terdiri dari banyak sisi. Setiap sudut akan merefleksikan cara pandang yang berbeda dari sumber kasih karunia Allah. Dari beberapa sumber Alkitab, kita dapat melihat kasih karunia Allah yang membenarkan: “Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma” (Rom 3:24). Namun, renungan-renungan kita banyak membahas mengenai kasih karunia yang menguduskan, kasih karunia untuk pertumbuhan rohani. “Bertumbuhlah dalam kasih karunia.” Banyak cara pandang alkitab yang memperlihatkan kasih karunia yang menguduskan ini dalam berbagai cara yang indah. Kasih karunia dapat dipandang sebagai yang mengokohkan manusia batiniah. “Sebab yang baik ialah, bahwa hati kamu diperkuat dengan kasih karunia” (Ibr 13:9). Kasih karunia dapat dipandang sebagai yang memberikan kekuatan: “Jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus” (2 Tim 2:1). Kasih karunia juga dipandang memiliki peran untuk menghasilkan buah: “Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya” (Kol 1:6). Kasih karunia dapat dipandang dari fungsinya untuk membangun pelayanan: “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku” (1 Kor 15:10). Kasih karunia juga dipandang sebagai yang memberikan kekuatan disaat-saat harus menghadapi ‘duri dalam daging’. “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu” (2 Kor 12:9). Betapa luar biasa kekayaan sorgawi yang disediakan bagi kita dalam hidup ini lewat berbagai kasih karunia Allah. Kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus menyertai roh kamu, saudara-saudara!” Pada akhirnya dan pada dasarnya, kasih karunia hanya dapat ditemukan di dalam Yesus Kristus, dan dapat kita nikmati melalui karya-Nya di dalam hati kita, yaitu ketika kita dengan rendah hati mencari pengenalan akan Dia lebih dan lebih lagi.
Doa berkat dalam bagian penutup dari banyak surat-surat perjanjian baru sangat sesuai bagi akhir dari renungan kita. “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.”

Ya Allah sumber berbagai kasih karunia, aku sungguh-sungguh rindu untuk bertumbuh dalam setiap aspek dari kasih karunia-Mu. Dengan rendah hati aku rindu lebih mengenal Engkau . Bekerjalah di dalam hatiku oleh kasih karunia-Mu, dan nyatakanlah sepenuhnya melalui hidupku. Di dalam nama-Mu yang tiada tara aku berdoa, Amin.
___    

30 December 2014

30 Desember – Berjalan Bersama Yesus Seperti Ketika Kita Menerima Dia (2)

Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. –Kolose 2:6-7

Dengan cara ketika kita menerima Tuhan, demikian cara kita hidup bersama Dia. “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.” Kita menerima Dia dengan kasih karunia, maka kita harus hidup dengan kasih karunia. Kita dilahirkan kembali oleh Roh, maka kita harus hidup oleh Roh. Lebih dari itu, ketika kita pertama kali menerima Kristus, Ia adalah satu-satunya pengharapan kita. Sekarang, kita harus hidup bersama Dia dengan cara yang sama.

Adalah baik untuk mengingat kembali bagaimana Yesus menjadi fokus dari awal kehidupan kita bersama Dia. Ketika kita menerima Yesus dan pengampunan-Nya, kita tahu bahwa Ia sudah memberikan semua yang kita perlukan untuk keselamatan kita. Kita percaya dengan firman Allah bahwa tidak ada pengharapan lain selain dari pada Yesus. “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku"” (Yoh 14:6). “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis 4:12). Kita tahu bahwa kita tidak dapat menghasilkan apapun dari diri kita sendiri. Dahulu kita mati secara rohani, sama sekali tidak memiliki kebenaran apapun: “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu” (Ef 2:1). “Segala kesalehan kami seperti kain kotor” (Yes 64:6). Lalu kita mendapatkan berkat yaitu menyadari kondisi rohani kita yang miskin. “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat 5:3).

Sekarang kita harus berjalan bersama dengan Dia dengan kebutuhan yang sama dengan sewaktu kita menerima Dia dan lahir baru. Untuk hidup pertumbuhan rohani, hidup dalam kemenangan dan hidup yang berbuah, maka Yesus harus kembali menjadi satu-satunya pusat perhatian kita. “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” Kita harus “berakar di dalam Dia,” yaitu dengan iman kita mengandalkan Dia untuk memelihara kita, sama seperti akar pohon yang tertanam di dalam tanah untuk mencari makanan. Kita harus “dibangun di atas Dia,” yaitu ketika Tuhan yang berkarya di dalam hidup kita. Kita harus “bertambah teguh dalam iman,” yaitu mengizinkan Dia untuk membangun kita lewat firman-Nya. Semua ini akan membuat hidup yang “melimpah dengan syukur.” Yang bersyukur bahwa “Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu” (Kol 3:11). Sungguh kita perlu Tuhan Yesus untuk kehidupan kekristenan kita sekarang, seperti ketika kita lahir baru di dalam Dia.

Tuhan Yesus, Engkau-lah pengharapanku satu-satunya untuk memulai hidup yang baru bersama Engkau. Engkau adalah harapanku satu-satunya di dalam hidupku. Tolong ingatkan aku bahwa aku memerlukan Engkau senantiasa. Terima kasih untuk kesediaan-Mu, Amin.
___    

29 December 2014

29 Desember – Berjalan Bersama Yesus Seperti Ketika Kita Menerima Dia (1)

Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. – Kolose 2:6

Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? – Galatia 3:3

Hal yang sangat penting mengenai persekutuan yang benar dengan Allah, satu kesalahan yang umum dilakukan adalah mencoba untuk membangun perjalanan kehidupan kekristenan kita dengan cara yang berbeda dengan waktu kita memulainya. Ayat-ayat renungan kita hari ini menunjukkan kepada kita cara yang benar. Kita harus membangun kehidupan kita bersama dengan Tuhan dengan cara yang sama ketika kita memulai kehidupan itu. “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.” Kita harus hidup bersama Yesus dengan cara yang sama seperti waktu kita menerima Dia.

Kita menerima Tuhan dan karunia keselamatan-Nya sebagai pemberian kasih karunia. “Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!” (2 Kor 9:15). “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (Ef 2:8). Oleh karena itu, kita harus hidup di dalam Dia dengan mentalitas ‘menerima kasih karunia.’ “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia” (Yoh 1:16). Kita tidak boleh mencoba memperlakukan hidup kekristenan sebagai sesuatu yang dapat kita hasilkan sendiri atau sebagai suatu upah. Bapak-bapak jasmani manusia yang berdosa saja diciptakan dengan keinginan untuk memberikan pemberian yang berguna kepada anak-anak mereka. Apalagi Bapa kita yang di Sorga, yang memiliki hati untuk memberikan semua yang diperlukan bagi mereka yang mau memintanya. “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Mat 7:11).

Ayat Galatia 3:3 menguatkan perlunya kita untuk memiliki pola hidup bersama Allah yang sama dengan ketika kita memulainya: “Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?” Pertanyaan retorika ini memperingatkan bahaya dari cara hidup kekristenan yang berbeda dengan ketika kelahirannya. Manusia jasmani tidak dapat melakukan apa-apa. “Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh” (Yoh 3:6). Roh Kudus-lah yang akan memberikan pertumbuhan rohani. Daging tidak dapat memberikan apa-apa. “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna” (Yoh 6:63). Semua perubahan antara kelahiran dan kehidupan adalah kebodohan. Pasti akan gagal.

Kita sudah mulai dengan kasih karunia, maka kita harus meneruskan dengan kasih karunia. Kita sudah mulai dengan Roh, maka kita harus meneruskan dengan Roh. Kita harus hidup bersama Yesus dengan cara yang sama denga ketika kita menerima Dia.

Bapa sorgawi, betapa Engkau adalah Pemberi yang murah hati. Engkau memberikan anak-Mu sebagai anugerah kasih karunia. Engkau memberikan aku hidup yang baru oleh karya Roh Kudus-Mu. Sekarang, aku ingin hidup di dalam Kristus dengan cara yang sama, Amin.
___    

28 December 2014

28 Desember – Undangan Untuk Berdoa Di Tahta Kasih Karunia (2)

Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. – Ibrani 4:16

Dia yang duduk di tahta yang memerintah alam semesta ini adalah yang berkuasa, yang kudus, Hakim atas umat manusia. Ia juga “Allah sumber segala kasih karunia” (1 Pet 5:10). Semua yang memiliki persekutuan dengan Dia, yaitu melalui iman kepada Yesus Kristus, dapat menghampiri tahta tersebut dengan keberanian ilahi, berdoa dengan penuh keyakinan Allah akan menjawab dengan penuh kasih karunia.

Sungguh, Tuhan Yesus adalah alasan sehingga kita dapat menjawab undangan-Nya untuk “dengan peunh keberanian menghampiri takhta kasih karunia.” Kematian-Nya di kayu salib membuka jalan bagi kita untuk dapat datang ke hadirat-Nya, sehingga kita dapat berbicara dengan Dia secara langsung melalui doa. Tuhan adalah Bapa kita, yang rindu untuk bercakap-cakap dengan anak-anak-Nya: “Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri” (Ibr 10:19-20). “Jalan yang baru dan yang hidup” ini adalah perjanjian baru kasih karunia. Hanya karena kasih karunia saja kita dapat datang menghampiri takhta kasih karunia-Nya, sehingga kita dapat hidup dalam kasih karunia setiap hari.

Lewat undangan ke takhta ini, “kita menerima rahmat.” Rahmat adalah pasangan yang serasi dari kasih karunia. Rahmat adalah belas kasihan, yaitu ketika Tuhan menahan hukuman yang selayaknya kita terima karena dosa dan pemberontakan kita. “Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya” (Yes 55:7). Setiap hari, anak-anak-Nya dapat menikmati kesetiaan dan rahmat Tuhan. “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Rat 3:22-23).

Pada undangan takhta Allah ini, kita “menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” Pertolongan kita yang paling kita butuhkan pada awalnya adalah keselamatan kita oleh kasih karunia Allah, yang memberikan pengampunan dan memberikan hidup yang kekal kepada kita “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman” (Ef 2:8). Pertolongan kita selanjutnya adalah kasih karunia untuk mengubah dan membentuk kehidupan yang saleh bagi kita di dunia ini. “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini “ (Tit 2:11-12). Dalam doa di takhta kasih karunia, kita akan menemukan sumber kasih karunia Allah yang melimpah-limpah. Kasih karunia ini tidak dapat digantikan dan cukup untuk memelihara kita dalam segala situasi kita setiap hari di rumah, di tempat kerja, di sekolah, di gereja – di manapun.

Ya Allah, sumber segala rahmat dan kasih karunia, aku bersukacita karena rahmat-Mu baru setiap hari. Kasihanilah aku ya Tuhan! Aku memuji Engkau untuk kasih karunia-Mu untuk segala hal yang tersedia melalui iman dan kerendahan hati. Curahkanlah kasih karunia-Mu kepadaku Ya Tuhan! Amin.
___    

27 December 2014

27 Desember – Undangan Untuk Berdoa Di Tahta Kasih Karunia (1)

Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. – Ibrani 4:16

Jika kita ingin hidup dengan kasih karunia, kita harus memiliki persekutuan yang benar dengan Allah sumber segala kasih karunia: yaitu dengan berjalan dalam kerendahan hati dan mengandalkan Dia. Senantiasa berdoa dengan dipimpin oleh Roh sebagai cara paling mendasar untuk menyatakan kerendahan hati dan iman kepada Tuhan. Itulah sebabnya sebuah hal yang sangat sesuai jika Allah mengundang kita untuk berdoa di tahta kasih karunia.

Tahta di mana kita diundang adalah tahta Allah, seperti yang diperlihatkan kepada Rasul Yohanes. “Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang” (Why 4:2). Raja alam semesta yang diagungkan ini adalah Pencipta dari segalanya, yang melaksanakan kehendak-Nya dengan kuasa-Nya yang tak terbatas. “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan” (Why 4:11). Tahta ini adalah tahta kekudusan yang kekal, seperti yang dikumandangkan oleh para mahluk sorgawi. “Dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" (Why 4:8). Namun bagi mereka yang tidak percaya, tahta yang dimaksud adalah tahta penghakiman. “Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya… Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu… Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka… Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu” (Why 20:11-15).

Jika tahta ini hanya memiliki karakter kekudusan, penghakiman dan kekuasaan, maka kita tidak akan pernah dapat mendekatinya untuk mendapat berkat. Tetapi, bagi mereka yang dengan rendah hati menerima hidup yang kekal melalui Yesus Kristus, tahta ini adalah tahta kasih karunia. “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia.” Kita dapat menghampiri tahta ini dengan keberanian rohani karena Tuhan Yesus sudah duduk di sana bersama dengan Allah Bapa. “Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih” (Why 5:6). “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!” (Why 5:12). Dia yang layak, yang mati karena dosa-dosa kita, telah membukakan pintu supaya kita bisa memiliki persekutuan yang intim dengan Allah Bapa kita. “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"” (Rom 8:15). Ketakutan akan Tuhan digantikan dengan keberanian, oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus: “Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya” (Ef 3:12). Inilah altar bagi kita untuk berdoa, tahta kasih karunia!

Abba Bapa, aku bersujud di hadapan tahta-Mu, mengakui Engkau sebagai satu-satu-Nya Pencipta dan Hakim yang kudus. Namun, dengan keberanian aku menghampiri Engkau sebagai Bapa-Ku yang terkasih! Walaupun aku layak untuk menerima penghukuman, tetapi melalui Yesus, aku menerima kasih karunia, Amin.
___    

26 December 2014

26 Desember – Teladan Alkitab Dari Berdoa Yang Dipimpin Roh (2)

Kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. – Kolose  1:9-12

Dalam perenungan kita sebelumnya, kita mempelajari contoh dari doa yang dipimpin oleh Roh. Pada dasarnya doa yang demikian memohon untuk dapat mengetahui dan melakukan kehendak Allah. “Kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal.” Sekarang, kita akan melihat contoh lain dari Alkitab mengenai doa yang dipimpin oleh Roh.

Aspek penting dari kehendak Allah adalah agar kita menghasilkan buah untuk Dia: “Kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik.” Kelimpahan kasih karunia Allah dapat menghasilkan banyak pelayanan dalam hidup kita. “Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan” (2 Kor 9:8).

Inti dari kehendak Allah adalah: “Bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah.” Semakin mengenal Allah adalah hal yang paling esensi dalam hidup ini. “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya” (Flp 3:8). Rasul Paulus menulis doa ini di dalam surat kepada jemaat di Efesus: “Dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar” (Ef 1:17). Ayat inti dari pelajaran kasih karunia memperlihatkan adanya hubungan antara kasih karunia Allah dengan pengenalan akan Dia. “Bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2 Pet 3:18).

Hal penting lain dari kehendak Allah adalah kekuatan rohani: “Dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya.” Dengan kasih karunia-Nya sebagai kekuatan kita, tidak ada batas dari apa yang dapat kita lakukan. “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp 4:13). Ingatlah, kekuatan tersebut seringkali diberikan untuk alasan yang tidak kita duga: “Untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar”

Aspek terakhir dari kehendak Allah adalah ungkapan terima kasih. “Dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang.” Karena semua kekayaan rohani ini adalah karena kasih karunia Allah kepada mereka yang berdoa dengan rendah hati dan penuh kepercayaan, tidak heran jika Allah mengingatkan agar kita senantiasa mengucap syukur.

Ya Bapa, aku memiliki kerinduan yang mendalam untuk dapat berbuah dalam pelayanan kepada-Mu. Aku sungguh-sungguh ingin mengenal Engkau lebih lagi.  Aku sangat membutuhkan kekuatan yang dari pada-Mu. Dan hatiku melimpah dengan ucapan syukur kepada-Mu. Di dalam iman dan kerendahan hati aku berseru kepada-Mu! Amin.
___    

25 December 2014

25 Desember – Teladan Alkitab Tentang Berdoa Yang Dipimpin Roh (1)

Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal. – Kolose 1:9-10

Seperti telah kita lihat, Tuhan memanggil kita lewat berbagai cara untuk berdoa dengan tidak jemu-jemu. Setiap hari, setiap cara, setiap aspek hidup harus dihadapi melalui doa yang dipimpin oleh Roh. “Dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh” (Ef 6:18). Sebagai tambahan dari panggilan untuk berdoa ini, firman Tuhan juga memberikan kepada kita teladan ilahi mengenai doa. Dua renungan kita selanjutnya akan membahas contoh-contoh Alkitab perihal doa yang dipimpin Roh.

Rasul Paulus selalu berdoa untuk orang-orang percaya di Kolose: “kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu.” Kehendak Allah menjadi pesan utama dari Roh Kudus yang harus didoakan oleh Paulus: “Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan.” Kehendak Tuhan dinyatakan di dalam firman-Nya. “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu” (1 Tes 4:3). “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1 Tes 5:18). Untuk sungguh-sungguh mengerti kehendak Allah dibutuhkan pengertian ilahi: “Segala hikmat dan pengertian yang benar.” Tentunya hal ini dikerjakan oleh Roh Kudus. “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (Yoh 16:13).

Tuhan memberitahukan kepada kita kehendak-Nya bukan sekedar agar kita tahu. Mengetahui kehendak Tuhan akan memimpin kita untuk tinggal di dalam kehendak-Nya. “Sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal.” Tuhan ingin kita hidup sesuai dengan kehendaknya. “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus” (Flp 1:27). Ia ingin agar kita menyukai hal-hal yang menyenangkan Dia, bukan yang menyenangkan diri sendiri: “Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan” (Ef 5:10). Tuhan ingin berkarya agar hati kita seperti hati Daud. “Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku” (Mzm 40:9). Mengisi hati kita dengan kehendak Allah adalah inti dari karya injil kasih karunia. “Aku akan mengadakan perjanjian baru” (Yer 31:31). “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka” (Yer 31:33). “Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru” (2 Kor 4:6). Hidup dalam doa dan pengandalan kepada kasih karunia Allah akan membuat kita menjadi “hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah” (Ef 6:6).

Ya Allah, aku ingin sepenuhnya hidup oleh karena kehendak-Mu, menyenangkan Engkau dengan segala cara. Oleh karena firman-Mu, berikanlah kepadaku pengertian akan kehendak-Mu. Ajar aku untuk berdoa dipimpin oleh Roh Kudus, supaya kasih karunia-Mu menuntun aku melakukan kehendak-Mu. Amin.
___    

24 December 2014

24 Desember – Panggilan Yesus Untuk Berdoa Dengan Tidak Jemu-Jemu (2)

Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus. – Efesus 6:18

Melalui firman-Nya, Tuhan memanggil kita untuk memiliki kehidupan doa. “Tetaplah berdoa” (1 Tes 5:17). Yesus memanggil kita untuk berdoa baik melalui pengajaran-Nya maupun teladan-Nya. “Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu” (Luk 18:1). “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana” (Mar 1:35). Ayat renungan kita hari ini juga merupakan panggilan untuk senantiasa berdoa.

Konteks ayat ini adalah mengenai selengkap senjata Allah yang tersedia bagi kita. “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis” (Ef 6:10-11). Perlengkapan senjata sorgawi ini dapat dikenakan dengan terus memandang Allah melalui doa. Tuhan sudah mempersiapkan banyak bentuk doa seperti pengakuan, pertobatan, permintaan, permohonan, ucapan syukur, bersuka cita, pujian, pengagungan dsb. Namun perlu diingat bahwa semua bentuk doa tersebut harus dilakukan “di dalam Roh.” Sama seperti semua area lainnya dalam hidup, kita harus mengandalkan Roh Kudus, Maka Ia akan memberikan tuntunan dan hikmat kepada kita.

Doa yang benar mencakup kewaspadaan rohani: “berjaga-jagalah di dalam doamu itu.” Ketika doa benar-benar dibutuhkan, kita lebih tergoda untuk tidur. Di taman Getsemani, ketiga murid Yesus tidak waspada terhadap kebutuhan yang besar untuk doa. “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan” (Mrk 14:38). Sekali lagi, kisah tersebut mengingatkan kita untuk selalu dibimbing oleh Roh Kudus. Lebih dari itu kebutuhan kita akan Roh Kudus karena dalam doa kita perlu keteguhan hati. Berdoa membutuhkan kegigihan rohani. Berdoa adalah pekerjaan rohani yang menuntut. Roh Kudus menjaga kita di dalam kekuatan kuasa Allah supaya kita dapat berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan. Kadang kita diminta untuk berdoa bagi orang lain: “dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus.” Tidaklah salah berseru kepada Tuhan untuk permohonan pribadi kita. “Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa” (Flp 4:6). Namun, Allah ingin memakai kita di dalam hidup orang lain melalui syafaat.

Ya Allah, panggilan-Mu untuk berdoa menyadarkan aku. Aku melihat masih banyak ruang untuk bertumbuh bagi kehidupan doaku. Namun aku percaya bahwa aku bisa bertumbuh dalam doa oleh karena Roh kasih karunia-Mu yang bekerja di dalam hidup ku. Jadikanlah aku pasukan doa-Mu, Amin.
___    

23 December 2014

23 Desember – Panggilan Yesus Untuk Berdoa Dengan Tidak Jemu-Jemu (1)

Tetaplah berdoa. – 1 Tesalonika 5:17

Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu… Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? – Lukas 18:1, 7

Berdoa dengan tidak jemu-jemu adalah cara untuk memiliki persekutuan yang benar dengan Allah sumber segala kasih karunia. Yesus memanggil para pengikutnya untuk hidup dalam doa ketika Ia menyampaikan sebuah perumpamaan yang membedakan antara hakim manusia yang tidak takut Tuhan dengan Allah, hakim yang benar dan adil.

Pesan utama Yesus dalam perumpamaan ini adalah agar kita tetap berdoa dengan tidak jemu-jemu. “Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.” Perumpamaan yang Yesus sampaikan adalah mengenai seorang janda yang diperlakukan dengan tidak benar yang meminta tolong kepada seorang hakim yang jahat. Pada awalnya, hakim tersebut sama sekali tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk menolong janda ini. Namun, ketika janda ini terus menerus meminta tolong, hakim ini akhirnya menyerah dan menolong janda ini. “Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku” (Luk 18:4-5). Hakim yang jahat ini menolong bukan karena motivasi belas kasihan atau karena takut kepada Tuhan. Ia melakukannya karena tidak ingin terus menerus diganggu. Yesus kemudian membuat perbedaan dengan motivasi kudus Allah yang maha kasih, yang pasti segera menolong umat-Nya yang tidak jemu-jemu memanggil nama-Nya. “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya?” Oleh karena itu Tuhan Yesus menasihatkan agar kita tetap berdoa dengan tidak jemu-jemu.

Panggilan Yesus agar kita hidup dalam doa adalah berdasarkan teladan-Nya sendiri. “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana” (Mar 1:35). Sejak awal dari catatan pelayanan Yesus, kebiasaan doa-Nya sudah dicatat. Beberapa kali Yesus sudah bangun sebelum fajar untuk berdoa kepada Bapa-Nya. Di saat lain, Yesus berdoa semalaman. “Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah” (Luk 6:12). Selain itu, Yesus juga berdoa di muka umum. “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil” (Mat 11:25). “Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu” (Luk 9:16). “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku” (Yoh 11:41-42). Jika Yesus, Anak Allah saja senantiasa berdoa, demikian pula dengan kita, kita harus memiliki kehidupan doa yang tidak jemu-jemu.

Yesus Tuhanku, aku ingin taat kepada panggilan-Mu untuk tetap berdoa dengan tidak jemu-jemu. Aku ingin mengikuti teladan-Mu yaitu senantiasa berdoa, baik secara pribadi maupun di muka umum.
___    

22 December 2014

22 Desember – Berdoa Dengan Tidak Jemu-Jemu Kepada Allah Sumber Segala Kasih Karunia

Allah, sumber segala kasih karunia. – 1 Petrus 5:10
Tetaplah berdoa. – 1 Tesalonika 5:17

Kedua istilah ini memiliki keterkaitan yang erat. Satu-satunya jalan untuk dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah adalah dengan kasih karunia. Allah kita adalah sumber dari segala kasih karunia. Kasih karunia Allah dapat kita terima melalui kerendahan hati dan iman. Doa adalah ekspresi yang paling tepat dari kerendahan hati dan iman. Kita berdoa karena kita perlu pertolongan Tuhan, ini merupakan ekspresi kerendahan hati. Kita berdoa karena kita percaya Tuhan akan menolong kita, ini merupakan ekspresi iman. Jadi, tetap berdoa dengan tidak jemu-jemu adalah cara yang sederhana, namun bermakna, untuk bersekutu dengan Allah sumber segala kasih karunia.

“Tetaplah berdoa.” Perintah ini bukan berarti kita harus berulang-ulang mengucapkan sebuah doa. Namun, sebuah panggilan kepada sebuah gaya hidup: “bertekunlah dalam doa” (Rom 12:12). Berdoa dengan tidak jemu-jemu berbicara mengenai sikap hati.  Yaitu saat batin kita dengan rendah hati senantiasa terarah kepada Tuhan, sambil dengan tekun menyampaikan doa kita kepada Tuhan.

Paulus adalah seorang yang hidup dalam doa. Tuhanlah yang menjadi pusat pengharapannya: “Kristus Yesus, dasar pengharapan kita” (1 Tim 1:1). Selain itu, Paulus senantiasa berdoa kepada Tuhan: “Dalam doaku aku selalu mengingat kamu” (Rom 1:9). “Akupun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku” (Ef 1:16). “Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam” (2 Tim 1:3). Perhatikan bahwa berulang-ulang doa Paulus berisi permohonan untuk orang lain. Mereka yang hidup dalam kasih karunia akan memiliki hati untuk bersyafaat, berdoa supaya orang lain juga dapat menikmati kasih karunia Allah.

Banyak sekali contoh dalam Alkitab mengenai orang yang hidup dalam doa. Daud jelas merupakah seorang yang selalu berdoa. Sebagian besar dari mazmur-mazmurnya ditujukan kepada Allah dalam doa. Beberapa berbicara mengenai kebiasaan doa Daud. “Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Ia mendengar suaraku” (Mzm 55:17). Yeremia juga seorang yang hidup dalam doa. “Ya TUHAN, kekuatanku dan bentengku, tempat pelarianku pada hari kesesakan” (Yer 16:19). “Sembuhkanlah aku, ya TUHAN, maka aku akan sembuh; selamatkanlah aku, maka aku akan selamat” (Yer 17:14). “Perhatikanlah aku, ya TUHAN, dan dengarkanlah suara pengaduanku!” (Yer 18:19). Daniel juga orang yang hidup dalam doa. “Tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya” (Dan 6:10). Demikian pula dengan kita, semua yang ingin hidup dalam kasih karunia akan semakin hidup dalam doa.

Tuhan sumber segala kasih karunia, aku ingin hidup dalam kerendahan hati dan pengandalan akan kasih karunia-Mu yang melimpah. Ajar aku agar aku senantiasa mengekspresikan kerendahan hati dan iman. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Amin.
___    

21 December 2014

21 Desember – Mengikut Yesus Sebagai Murid (3)

Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. – Lukas 9:23

Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku. – Yohanes 10:27

Seperti kita sudah renungkan sebelumnya, mengikut Yesus sebagai seorang murid adalah satu cara untuk memiliki persekutuan yang benar dengan Allah dalam kerendahan hati dan iman. Syarat menjadi murid adalah menyangkal dan mematikan kedagingan. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari.” Kedagingan dan kepentingan diri sendiri adalah hal yang paling mendasar yang menghalangi kita mengikut Dia.

Tiga kata-kata sederhana memperlihatkan pesan inti dari pemuridan: “dan mengikut Aku.” Seluruh kehidupan kekristenan dapat dirangkum dan digenapi dengan kerendahan hati dan mengandalkan Allah setiap hari. Tuhan menghendaki agar kita dapat bertumbuh dalam kasih karunia-Nya. “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2 Pet 3:18). Yesus datang membawa kelimpahan kasih karunia. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:14). Saat kita mengikut Dia dalam kerendahan hati dan pengandalan akan Dia, maka Ia akan mencurahkan kasih karunia-Nya ke dalam hidup kita.

Yesus memiliki semua yang kita perlukan. Di dalam Dia, seluruh sumber daya Allah yang kita perlukan untuk hidup yang berkenan kepada Dia. “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan, dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa” (Kol 2:9-10). Di dalam Dia, terdapat seluruh hikmat dan pengetahuan. “Di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan” (Kol 2:3). Yesus adalah kehidupan yang kita perlukan: “Kristus, yang adalah hidup kita” (Kol 3:4). Yesus adalah “Tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu” (Kol 3:11).

Kita membutuhkan Tuhan Yesus seperti domba membutuhkan gembala. Bahkan, perjalanan kita sebagai murid digambarkan di dalam alkitab seperti domba mengikuti gembala. Semua orang berdosa yang masih ada di dunia ini adalah seperti domba yang kehilangan gembala.  “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala” (Mat 9:36). Yesus adalah gembala agung kita. “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (Yoh 10:11). Setelah mati bagi kita, Ia ingin memimpin kita sepanjang kehidupan kita di dunia ini. “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku.” Jika kita dengan rendah hati mengandalkan Dia, maka kita dapat mendegar suara-Nya melalui firman-Nya dan dipimpin oleh Roh Kudus. Dengan cara inilah kita dapat masuk dalam kepenuhan kasih karunia yang Tuhan sediakan bagi kita sepanjang hidup kita di unia ini.

Tuhan Yesus, gembalaku yang baik, aku perlu Engkau seperti domba membutuhkan gembala. Dengan rendah hati aku percaya bahwa Engkau akan menuntun aku melalui kehidupanku, mencurahkan aku dengan kepenuhan kasih karunia-Mu, di dalam nama-Mu yang kudus, Amin.
___    

Ayo Baca Alkitab: 21 Desember - Surat kepada orang Ibrani (5), Surat Petrus Yang Pertama (1)

20 December 2014

20 Desember – Mengikut Yesus Sebagai Murid (2)

Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. – Lukas 9:23

Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. – Galatia 6:14

Mengikut Yesus sebagai seorang murid adalah satu cara untuk memiliki persekutuan yang benar dengan Allah dalam kerendahan hati dan iman. Aspek pertama dari mengikut Yesus adalah menyangkal diri sendiri. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya.” Dibutuhkan kerendahan hati untuk mengakui bahwa Tuhan tidak berkenan kepada hidup yang dibangun oleh usaha diri sendiri. Aspek berikutnya dari mengikut Yesus juga membutuhkan kerendahan hati.

Aspek kedua untuk menjadi murid Yesus adalah “Memikul salibnya.” Saat berbicara soal salib, Yesus sedang berbicara soal alat penghukuman mati yang paling mengerikan pada masa itu. Jadi setelah berbicara soal menyangkal kedagingan diri sendiri, maka berikutnya berbicara soal mematikan kedagingan diri sendiri. Cara untuk mematikannya adalah melalui salib Kristus. Mereka yang ingin mengikut Yesus sebagai murid harus menjadikan salib Kristus sebagai salib mereka sendiri. Artinya, mengaku kepada Allah bahwa mereka layak untuk mati di atas kayu salib tersebut. “Sebab upah dosa ialah maut” (Rom 6:23). Lebih dari itu, mereka menyetujui pernyataan Alkitab bahwa Yesus mati di kayu salib untuk menggantikan mereka. “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci” (1 Kor 15:3). “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib” (1 Pet 2:24). Injil yang menyelamatkan ini juga menyatakan kebenaran mengenai kebangkitan. “Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu… ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (1 Kor 15:1-4).

Berkat agung lain dari salib adalah bahwa kita yang percaya kepada Yesus juga mati bersama dengan Dia. “Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan” (Rom 6:6). Manusia lama kita yang tumbuh di dalam Adam (1 Kor 15:22), telah dihukum mati di atas kayu salib bersama dengan Kristus. Salib adalah jalan keluar dari kematian akibat dosa dan kita dapat bermegah oleh kebenaran ini. “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.” Sementara itu, perilaku dari manusia lama masih ada dalam kemanusiawian kita. Oleh karena itu kita harus menyangkal diri dan mematikan kedagingan kita setiap hari: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari.”

Tuhan Yesus, aku mengakui salib-Mu sebagai salibku. Aku layak mati di atas kayu salib itu, tetapi Engkau yang mati menggantikan aku. Aku bermegah di salib itu, di mana aku juga mati bersama dengan Engkau. Sekarang, melalui salib, aku keluar dari dunia yang mati ini. Aku memuji Engkau karena kebenaran ini membuat aku rendah hati dan menumbuhkan iman percayaku! Amin.
___    

19 December 2014

19 Desember – Mengikut Yesus Sebagai Murid (1)

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku. – Matius 28:19

Ikutlah Aku! – Yoh 1:43

Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. – Lukas 9:23

Hidup dari hari ke hari dengan kasih karunia Allah bergantung kepada pengenalan kita akan Dia dan kemudian berjalan dalam kerendahan hati dan iman sebagai hasil dari persekutuan yang semakin dalam dengan Dia. Kita sudah melihat empat cara untuk bersekutu dengan Dia: Hidup dalam Roh, hidup dalam kuasa kebangkitan-Nya, hidup dari kesanggupan-Nya dan hidup dalam janji-janji-Nya. Cara berikutnya adalah dengan mengikut Yesus sebagai murid.

Ketika Yesus hendak naik ke Sorga meninggalkan murid-murid-Nya, Ia memberikan mereka sebuah amanat agung yang menjadi pedoman hidup bagi umat-Nya sampai Ia datang kembali. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku.” Yesus sudah memanggil orang-orang untuk mengikut Dia sebagai murid. Sekarang, mereka akan meneruskan hal yang sama. Seorang murid adalah mereka yang meneladani gurunya, yaitu yang membimbing dan membentuk hidup pengikutnya. Yesus adalah guru yang terbesar, yang memberikan kepada kita hidup yang baru di dalam Dia, yaitu hidup yang kekal. Undangan Yesus untuk menjadi murid adalah: “Ikutlah Aku!” Bersama dengan undangan ini, Yesus memberikan syarat menjadi murid: “Setiap orang yang mau mengikut Aku.” Artinya orang yang akan menjadi murid harus memiliki kemauan dan kerinduan. Hal ini memperlihatkan pentingnya memiliki kerendahan hati dan iman di hadapan Tuhan.

Hal pertama untuk menjadi murid Yesus adalah menyangkal kehidupan yang mengandalkan diri sendiri. Seorang murid “harus menyangkal dirinya.” Artinya menolak untuk memiliki kehidupan yang dibangun oleh usaha kedagingan manusia. Hal ini termasuk menolak pembenaran diri sendiri, mengandalkan kemampuan diri sendiri, menolong diri sendiri, meninggikan diri sendiri dan sebagainya. Kerinduan akan penyangkalan diri ini sesuai dengan pernyatakan Alkitab yang lain. “Janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya” (Rom 13:14). Mereka yang menyangkal dirinya tidak ingin memuaskan kedagingan mereka. “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna” (Yoh 6:63). Mereka yang menyangkal kedagingannya mengakui ketidakberdayaan mereka. Mereka “tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah” (Flp 3:3). Mereka yang menolak kedagingan tidak mau menaruh pengharapan apapun kepada kekuatan diri sendiri. “Supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah” (1 Kor 1:29). Mereka yang menyangkal diri sendiri mengetahui bahwa mereka tidak bisa menyombongkan diri di hadapan Allah .

Tuhan Yesus, aku ingin mengikut Engkau sebagai seorang murid. Aku tidak ingin kedaginganku memuaskan keinginannya sendiri. Aku mengakui ketidakberdayaanku. Aku tidak mau menaruh pengharapan apapun kepada kekuatanku sendiri. Aku tahu bahwa dengan diriku sendiri aku tidak akan pernah bisa bermegah di hadapan-Mu. Dengan rendah hati aku menyangkal diriku sendiri. Amin.
___    

18 December 2014

18 Desember – Persekutuan Yang Benar Dengan Allah Sumber Segala Kasih Karunia (3)

Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu. – 1 Petrus 5:10

Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. – 2 Korintus 3:5

Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi. – Ibrani 8:6

Jika kita ingin hidup di dalam kasih karunia, kita harus mengenal “Allah sumber segala kasih karunia.” Ketika kita mengenal Dia, kerendahan hati dan iman akan tumbuh dalam hidup kita. Kedua hal itu akan menjadi semakin nyata dalam hidup kita saat kita semakin mengenal dia. Saat kita berjalan mengandalkan dia, kita hidup di dalam kasih karunia-Nya. Tuhan memberikan kasih karunia kepada mereka yang rendah hati (1 Pet 5:5, Yak 4:6), dan iman adalah jalan masuk kepada kasih karunia (Rom 5:2, Rom 4:16). Alkitab memperlihatkan bahwa ada banyak cara untuk semakin mengenal Dia. Pada renugnan yang lalu kita melihat bahwa hidup dalam Roh dan kuasa kebangkitan-Nya adalah dua dari kebenaran ini. Sekarang kita akan melihat dua cara berikutnya.

Hidup dengan kesanggupan yang dari Allah adalah sebuah kesempatan yang mulia untuk bersekutu dengan Dia dalam kerendahan hati dan iman. Cara pandang sorgawi ini dimulai dengan menyatakan ketidaksanggupan kita. “Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri.” Kita sebagai murid-murid Yesus tidak memiliki kesanggupan apapun untuk menghasilkan karakter yang serupa dengan Kristus dalam hidup kita. Yesus sendiri mengajarkan kebenaran ini. “Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5b). Jika kita menerima kebenaran ini, maka kita berjalan dalam kerendahan hati di hadapan tuhan. Langkah berikutnya adalah dengan menyatakan sumber kesanggupan yang kita butuhkan. “Kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.” Hanya Allah-lah sumber kesanggupan kita untuk dapat hidup menghasilkan buah seperti yang dikehendaki-Nya. Yesus mengajarkan kebenaran ini juga. “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak” (Yoh 15:5a). Jika kita menerima kebenaran ini, maka kita sedang berjalan dalam iman kepada Dia.

Hidup dalam janji-janji Allah adalah juga jalan untuk hidup dalam kerendahan hati dan iman kepada-Nya. “Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi.” Janji-janji dalam hukum Taurat perjanjian lama bergantung kepada kesanggupan dan kesetiaan manusia. Janji-janji yang lebih baik dalam perjanjian baru kasih karunia bergantung kepada kesanggupan dan kesetiaan Tuhan. Abraham “penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan” (Rom 4:21). Sara “menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia” (Ibr 11:11). Dengan rendah hati kita mengakui bahwa kita tidak sanggup untuk melakukan hukum Taurat. Sebaliknya, iman kita akan bangkit saat kita tahu bahwa kita dapat mengandalkan Tuhan untuk menggenapi semua janji-janji kasih karunia-Nya.

Allah sumber segala kasih karunia, dengan rendah hati aku mengakui bahwa aku hanya dapat hidup oleh karena kesanggupan yang Engkau berikan dan karena janji-janji-Mu. Dengan iman, aku menantikan Engkau untuk melakukan bagiku dan di dalam aku apa yang hanya Engkau dapat lakukan, Amin.
___    

17 December 2014

17 Desember – Persekutuan Yang Benar Dengan Allah Sumber Segala Kasih Karunia (2)

Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. – 1 Petrus 5:10

Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. – Yohanes 6:63

Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya. – Filipi 3:10

Agar dapat hidup setiap hari di dalam kasih karunia, kita harus memiliki persekutuanyang benar dengan “Allah sumber segala kasih karunia.” Yaitu dengan membangun hubungan pribadi dengan Tuhan. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh 17:3). Sebuah persekutuan yang bertumbuh dengan Allah akan menghasilkan kerendahan hati dan iman. Oleh karena itulah kita bisa hidup dalam kasih karunia: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (1 Pet 5:5). “Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia” (Rom 5:2).

Kita bertumbuh semakin mengenal Allah lewat firman-Nya. Ada banyak cara untuk menyatakan kerendahan hati dan iman kita kepada Allah. Kita sudah membahas beberapa dalam renungan-renungan kita yang terdahulu. Hidup dalam Roh adalah salah satunya. “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna.” Perjanjian baru kasih karunia menawarkan kehidupan rohani yang hanya dapat diberikan oleh Roh Kudus. “Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan” (2 Kor 3:6). Saat dengan rendah hari kita mengandalkan Roh Kudus, Allah dengan rahmat-Nya mencurahkan kehidupan-Nya ke dalam kehidupan kita.

Kita akan melihat cara berikutnya dalam perjalanan persekutuan kita dalam kerendahan hati dan iman, yaitu dengan hidup dalam kuasa kebangkitan: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya.” Kuasa kebangkitan tersedia bagi kehidupan kekristenan kita tiap-tiap hari. “Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga” (Ef 1:18-20). Tentunya untuk dapat mengalami kuasa ini tergantung kepada kerendahan hati kita untuk mengakui bahwa kita sama sekali tidak memiliki kuasa apapun dan sepenuhnya mengandalkan kuasa-Nya.

Hidup di dalam Roh, dan hidup dalam kuasa kebangkitan-Nya adalah dua cara untuk dapat bersekutu dengan Tuhan sumber kasih karunia. Keduanya hanya dapat dialami melalui kerendahan hati dan pengandalan akan Dia. Keduanya akan membuat kasih karunia Allah menjadi sumber kekuatan kita dari hari ke hari.

Allah sumber segala kasih karunia, aku perlu Roh Kudus-Mu untuk memenuhi aku dengan kehidupan-Mu. Dagingku sama sekali tidak berguna. Aku perlu kuasa kebangkitan-Mu setiap hari berkarya di dalam hidupku. Aku tidak memiliki kuasa apapun dari diriku sendiri. Aku memuji Engkau karena semuanya ini tersedia bagiku melalui kerendahan hati dan iman kepada-Mu, Amin.
___    

16 December 2014

16 Desember – Persekutuan Yang Benar Dengan Allah Sumber Segala Kasih Karunia (1)

Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal. – 1 Petrus 5:10

Supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. – Efesus 1:6

Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian. – 2 Korintus 13:13

Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia? – Ibrani 10:29

Tuhan kita adalah “Sumber segala kasih karunia.” Kasih karunia Allah yang menyeluruh dan tak terbatas adalah ciri dari Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Allah Bapa akan dimuliakan selamanya karena kasih karunia-Nya, sehingga kita membaca “Supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia.” Allah Anak membuat kasih karunia itu tersedia kepada setiap orang yang percaya, itulah sebabnya disebut sebagai “kasih karunia Tuhan Yesus Kristus.” Roh Kudus mengerjakan kasih karunia itu di dalam hati setiap orang yang mengikut Yesus Kristus, maka Ia disebut “Roh kasih karunia.” Kasih karunia hanya dapat ditemukan di dalam Tuhan. Itulah sebabnya, seseorang harus memiliki hubungan yang benar dengan Allah sumber kasih karunia agar dapat menerima semua yang Ia ingin berikan kepada kita supaya kita memenuhi kehendak-Nya dan memuliakan nama-Nya.

Pada dasarnya untuk bisa berhubungan dengan Allah sumber kasih karunia adalah dengan membangun persekutuan pribadi dengan Dia. Mengenal Allah adalah inti dari hidup bersama-Nya. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh 17:3). Bahkan, mengenal Allah adalah harta yang paling berharga di antara seluruh ciptaan. Semua hal lain harus dianggap sebagai kerugian. “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Flp 3:7-8). Tidaklah mengherankan bahwa keintiman kita dengan Allah adalah cara kasih karunia-Nya bekerja dalam hidup kita. “Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita” (2 Pet 1:2).

Saat kita semakin mengenal Allah sumber kasih karunia, Ia akan membentuk hidup kita agar memiliki dua hal yang penting: kerendahan hati dan iman. Kita sudah seringkali melihat kedua karakter rohani ini dalam renungan-renungan kita. Tetapi adalah baik jika kita terus mengingat-ingat akan kedua hal ini, karena mereka akan membawa kita mengalami kasih karunia Allah dari hari ke hari. “Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati"” (1 Pet 5:5). Kasih karunia Allah diberikan kepada mereka yang “hidup dengan rendah hati di hadapan Allah” (Mik 6:8). Demikian juga iman adalah jalan masuk ke dalam kasih karunia. “Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini” (Rom 5:2). Berjalan dengan rendah hati mengandalkan Tuhan adalah cara yang benar untuk bersekutu dengan Allah sumber segala kasih karunia.

Ya Allah sumber segala kasih karunia, aku ingin bersekutu dengan Engkau supaya aku dapat hidup dari hari ke hari di dalam kasih karunia-Mu. Tolong aku untuk mengenal Engkau lebih lagi supaya kerendahan hati dan iman dapat tumbuh dalam hidupku. Aku rindu untuk berjalan senantiasa mengandalkan Engkau, Amin.
___    

15 December 2014

15 Desember – Tuhan Memberi Dengan Cuma-Cuma, Manusia Menerima Dengan Rendah Hati

Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? – Roma 8:32

Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya? – 1 Korintus 4:7

Rencana Allah untuk menolong dan mengubah hidup dengan kasih karunia-Nya dilakukan dengan jalan Anak-Nya diberikan sebagai korban atas dosa kita: “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua.” Anak Allah yang dianugerahkan kepada kita menjamin kita bahwa Allah juga akan memberikan kepada kita semua yang kita perlukan di dalam Kristus. “Bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” Pemberian Tuhan harus disertai dengan penerimaan manusia. Saat Tuhan memberi dengan cuma-cuma kepada manusia, Ia menghendaki agar manusia menerima dengan rendah hati.

Setiap berkat yang sudah kita terima datang dari Allah. “Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima?” Tidak ada sumber lain yang darinya kita dapat menerima berkat rohani yang sejati selain dari Allah. “Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga” (Yoh 3:27). Sukacita memiliki Yesus dalam hidup kita sebagai anak-anak Allah dapat terjadi karena kita menerima Dia. “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah” (Yoh 1:12). Fakta bahwa sekarang kita sudah berdamai dengan Allah dan bukan lagi menjadi musuhnya adalah karena kita menerima anugerah pendamaian. “Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu” (Rom 5:11).  Kehormatan untuk melayani Tuhan dalam pelayanan adalah sebuah anugerah kasih karunia yang harus diterima: “pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kis 20:24). Karunia-karunia rohani yang kita perlukan untuk dapat melayani adalah juga berkat yang kita terima dari Tuhan. “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Pet 4:10)

Mulai dari keselamatan hingga pertumbuhan rohani dan pelayanan, semua yang kita perlukan harus kita terima dari Tuhan. Ini adalah sebuah kebenaran yang menguatkan. Namun juga sebuah kebenaran yang membuat kita rendah hati. Tidak ada tempat bagi kita untuk memegahkan diri. “Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?”

Ya Allah, aku mengakui bahwa semua berkat yang pernah aku terima adalah pemberian dari Engkau. Dengan rendah hati aku sujud di hadapan-Mu, mengakui bahwa sebenarnya aku tidak layak untuk menerima satupun dari berkat-berkat-Mu yang tak terhitung banyaknya. Aku memuji Engkau karena Engkau memberikan semuanya dengan cuma-cuma kepadaku. Dengan rendah hati aku mau menerima dari Engkau setiap hari, Amin.
___