28 February 2014

29 Februari – Pilihan Penting: Daging atau Roh (2)

Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. – Galatia 6:7-8

Satu hal yang tidak akan berubah dalam kehidupan di dunia ini adalah bahwa Tuhan hanya memberikan dua pilihan untuk setiap aspek kehidupan kita setiap hari, yaitu “hidup menurut daging” atau “hidup menurut Roh” (Rom 8:5). Konsekuensi yang diakibatkan dari pilihan-pilihan ini juga tidak dapat dihindari karena ada prinsip tabur dan tuai. “Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Ketika seseorang menanam benih buah apel, hanya pohon apel satu-satunya kemungkinan yang akan tumbuh. Apapun jenis benih yang ditabur,  demikianlah jenis pohon yang akan tumbuh dan dituai.

Ayat dalam materi renungan kita hari ini memperlihatkan bahwa kebenaran dalam dunia pertanian ini juga berlaku dalam kehidupan rohani kita. Kita hanya punya dua pilihan benih yang dapat ditabuh yaitu “daging” atau “Roh,” dan hanya menghasilkan dua jenis tuaian yang sesuai yaitu “kebinasaan” atau “hidup yang kekal.”

Benih dan panen yang pertama berisi peringatan: “Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya.” Benih yang ditabur ini adalah perkataan, perbuatan dan sikap yang memuaskan diri sendiri atau mengandalkan diri sendiri. Panen yang akan dihasilkan dari benih kedagingan ini disebut sebagai kebinasaan. Bagi seseorang yang seluruh hidupnya menabur kedagingan, maka akan menuai kebinasaan kekal. Situasi ini menggambarkan orang yang belum pernah menabur iman percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Orang seperti ini akan mati dalam dosa-dosa mereka, terpisah dari Allah untuk selama-lamanya. Orang Kristen yang sudah lahir baru, namun hidupnya selalu kalah terhadap keinginan dagingnya diperingatkan oleh Rasul Paulus bahwa mereka akan mengalami kelemahan rohani dan tidak akan berbuah dalam hidupnya di bumi ini, mereka  juga akan kehilangan berkat-berkat sorgawi dikemudian hari.

Benih dan panen yang kedua memberikan semangat pengharapan. “Tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” Benih yang ditabur ini adalah perkataan, perbuatan dan sikap yang dengan rendah hati mengandalkan Roh Kudus untuk berkarya di dalam dan melalui hidup mereka. Panen yang dihasilkan adalah “hidup yang kekal.” Hal ini serupa dengan pernyataan Yesus: “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10). Sebuah janji bahwa kita dapat mengalami kelimpahan hidup, dan juga menerima anugerah hidup yang kekal.

Bapa yang penuh kasih, aku mau bertobat dari perkataan, perbuatan dan perilaku yang dimotivasi oleh keinginan daging ku sendiri. Panen yang aku tuai hanyalah kematian rohani. Terima kasih Tuhan untuk pengudusan yang dilakukan oleh darah Kristus. Dengan iman aku memohon agar Engkau mencurahkan panen kelimpahan rohani lewat hidupku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.

___

28 Februari - Pilihan Penting: Daging atau Roh (1)

Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. – Roma 8:5-6

Setiap orang percaya setiap hari pasti dihadapkan kepada pilihan antara hidup dalam daging atau hidup dalam Roh. Perbedaannya adalah memghadapi kehidupan dengan kekuatan sendiri atau mengandalkan Allah. “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.” Ketika orang Kristen menjalani kehidupan ini dengan daging, biasanya ia berpikir “apa yang aku ingin lakukan untuk hidupku” atau “apa yang dapat aku raih dengan hidupku.” Sebaliknya, ketika orang Kristen menjalani hidup ini dalam Roh, maka ia akan berpikir “apa yang Tuhan ingin lakukan untuk hidupku” atau “apa yang dapat Tuhan raih melalui hidupku.”

Konsekuensi dari pilihan ini sangatlah serius. “Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.” Ketika orang percaya membiarkan pikirannya kepada kedagingan, ia akan memikirkan hal-hal yang duniawi dan memuaskan diri sendiri (“apa untungnya bagiku”) atau sikap agamawi yang mengandalkan diri sendiri (“apa yang aku dapat lakukan bagi Tuhan”). Akibat dari pikiran duniawi tersebut adalah kematian rohani. Di lain pihak, ketika seorang percaya memikirkan hal-hal yang rohani, ia akan berpikir dengan rendah hati (“betapa aku membutuhkan Tuhan”) dan dengan iman (“betapa besarnya Tuhan”). Hasil dari pikiran-pikiran rohani tersebut adalah “hidup dan damai sejahtera” (“kekuatan dan ketenangan rohani”).

Cara lain untuk memandang kedua pilihan penting ini dapat kita temukan dalam pernyataan antara “perbuatan daging” (Gal 5:19) dan “buah Roh” (Gal 5:22). Ketika kita menaruh pengharapan kita kepada kemampuan kita sendiri, daging kita justru akan menghasilkan perilaku “percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya” (Gal 5:19-21). Sebaliknya, ketika kita menaruh pengharapan kita kepada Allah, Roh Kudusnya akan menghasilkan buah melalui kehidupan kita “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23).

Renungkanlah kebenaran mendasar ini. Pilihan antara “daging dan Roh” ini adalah sesuatu yang kita akan hadapi setiap hari dalam kehidupan kita. Tuhan hanya menawarkan dua pilihan untuk setiap aspek dalam kehidupan kita, “hidup menurut daging” atau “hidup menurut Roh.”

Allah yang Maha Kuasa, aku merendahkan diri di bawah hikmat dan otoritas-Mu atas tawaran antara daging dan Roh. Aku menolak untuk hidup sesuai keinginan daging yang hanya akan membawa kepada kematian rohani yang selayaknya aku terima. Dengan bersukacita aku mau hidup menurut Roh Kudus-Mu, yang akan membawa kehidupan dan damai sejahtera yang sebenarnya tidak layak aku terima jika bukan karena kasih karunia-Mu. Terima kasih Tuhan. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

27 February 2014

27 Februari – Dimerdekakan oleh Roh Kudus

Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. – Roma 8:2

Ada sebuah kecenderungan yang merusak yang ada dalam diri setiap manusia. Yaitu hukum dosa dan hukum maut.” Kecenderungan ini selalu menarik manusia untuk jatuh ke dalam dosa dan kematian rohani. Hal ini terjadi akibat kita secara fisik dilahirkan ke dalam keturunan manusia yang berdosa, keturunan Adam. Dilahirkan kembali secara rohani (lahir baru) tidak serta merta menghilangkan kecenderungan ini sebab kita masih hidup di dalam daging. Tetapi, setelah kita dilahirkan kembali menjadi anak Allah, kita dapat setiap saat meminta kekuatan dari Tuhan untuk mengatasi kecenderungan dosa tersebut.

Jawaban Tuhan untuk hukum dosa dan hukum maut” adalah sesuatu yang jauh lebih berkuasa, yaitu: “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus.” Dalam prinsip agung ini, Roh Kudus memerdekakan kita dan membuat hidup yang ada dalam Kristus menjadi kekuatan kita untuk hidup. Prinsip ini berlaku bagi semua orang yang sudah menjadi ciptaan baru di dalam Kristus, mereka “yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh” (Rom 8:4). Inilah satu-satunya cara hidup yang mampu membebaskan kita dari kecenderungan dosa yang mempengaruhi orang percaya.

Bahkan, seperti kita sudah pelajari sebelumnya, inilah satu-satunya harapan kita untuk dapat bertumbuh dalam kesalehan seperti yang dituntut oleh Taurat. “supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita” (Rom 8:4). Kita hanya bisa mencapai tingkat kekudusan yang dikehendaki Allah ketika kita berjalan di dalam Roh, karena dengan demikian Kristuslah yang menyatakan kehidupan-Nya melalui kita. Yesuslah satu-satunya pribadi yang dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah Bapa. Yesus berkata, “sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya” (Yoh 8:29). Untuk bisa hidup berkemenangan kita memerlukan kehidupan Yesus di dalam dan melalui hidup kita dengan kuasa Roh Kudus.

Sekali lagi, apakah tanggung jawab kita dalam hal ini? Kita harus berdiri di hadapan Tuhan dengan iman dan dalam kerendahan hati. Kerendahan hati akan muncul pada saat kita mengakui di hadapan Allah bahwa kita hidup dalam "hukum dosa dan hukum maut"  yaitu mengandalkan diri sendiri. Iman akan bertumbuh pada saat kita mengandalkan “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus.”

Tuhan Yesus, Engkaulah satu-satunya sumber kehidupan kami. Dengan rendah hati aku mengakui kebenaran Firman Tuhan bahwa hidup ku dicemari dengan kecenderungan untuk berdosa. Ajar aku untuk mengandalkan Allah Roh Kudus yang akan memerdekakan aku dari  kedaginganku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

26 February 2014

26 Februari – Pergumulan Antara Keinginan Daging dan Keinginan Roh

Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. – Galatia 5:17

Semua orang percaya dalam Kristus pasti mengalami pergumulan antara keinginan untuk menyenangkan Tuhan tetapi tidak mampu untuk memenuhinya. Alkitab berkata bahwa ada sebuah peperangan rohani dibalik kegagalan tersebut. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging. Roh Kudus sudah tinggal di dalam hidup kita. Dia adalah “Roh kekudusan” (Rom 1:4), dan Ia menghendaki “supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya” (Ibr 12:10) sehingga kita dapat hidup sesuai kehendak Allah. Tetapi kita masih tinggal di dalam daging, yaitu kemanusiaan alamiah kita. Keinginan alamiah manusia bukan menuju kepada kekudusan, sebaliknya kepada memuaskan keinginan diri sendiri. Sehingga keinginan Roh dan keinginan daging kita “keduanya bertentangan.” Akibat dari pertentangan ini adalah ”kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.” Walaupun sebagai ciptaan baru dalam Kristus, sudah muncul keinginan untuk hidup dalam kesalehan, tetapi ternyata kita tidak mampu untuk melakukannya.

Rasul Paulus bersaksi mengenai kegagalan dirinya dalam peperangan ini. “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat” (Rom 7:19). Yang menjadi masalah adalah Rasul Paulus tidak memiliki kekuatan dari dirinya sendiri. “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik” (Rom 7:18). Rasul Paulus memang memiliki kehendak untuk hidup saleh. “Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah” (Rom 7:22). Namun Paulus tidak bisa melakukannya sendiri. “Tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku” (Rom 7:23). Kecenderungan untuk berbuat dosa masih ada di dalam manusia alamiah (daging) Rasul Paulus dan membuat ia mengalami kekalahan. Rasul Paulus perlu pertolongan dari Tuhan.

Jalan masuk menuju pertolongan ilahi ada dalam teriakan minta tolong Rasul Paulus yang penuh kerendahan hati. “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Rom 7:24). Pengakuan yang sungguh-sungguh mengenai kondisinya dagingnya yang tidak bisa melakukan kebenaran membawa kepada pernyataan iman kemenangan. “Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (Rom 7:25). Kerendahan hati untuk berbalik dari daging kepada Kristus memungkinkan kita untuk berjalan di dalam Roh dan hidup dalam kemenangan. “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut” (Rom 8:2).

Tuhan Yesus Juru Selamat-ku, dengan segala kerendahan hati aku mengakui bahwa walaupun aku menginginkannya, aku tidak bisa hidup menyenangkan Engkau dengan kekuatanku sendiri. Aku perlu Engkau Tuhan. Begitu sering aku ingn hidup kudus tetapi justru melakukan keinginan daging. Aku berseru kepada Engkau untuk melepaskan aku dari pergumulan ini dengan kuasa dari Allah Roh Kudus. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___



25 February 2014

25 Februari – Hidup di dalam Roh

Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. – Galatia 5:16
Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh. – Galatia 5:25

Hidup seringkali digambarkan sebagai sebuah perjalanan. Setiap perjalanan ada awal dan ada tujuannya. Demikian pula dalam hidup kerohanian kita. Awal perjalanan rohani kita adalah pada saat kita lahir baru dimana kita “dilahirkan dari Roh” (Yoh 3:6). Tujuan perjalanan rohani kita adalah tinggal di Sorga selama-lamanya bersama Allah. “Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan” (1 Tes 4:17). Dalam perjalanan ini kita diminta untuk setia: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia” (Mat 25:21). Kita diminta untuk berlari-lari menuju tujuan: “Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan” (Flp 3:13-14).

Selama dalam perjalanan ini, kita akan mengalami banyak hal. Ada masa-masa dimana kita akan menghadapi tantangan: “Dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa… sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu” (2 Kor 6:5,10).

Lebih dari semuanya itu, sebuah perjalanan tidak akan dapat dilakukan jika kita tidak memiliki sumber tenaga. Ayat renungan hari ini memerintahkan kita: “Hiduplah oleh Roh.” Setiap hari kita harus  mengandalkan hadirat dan pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita. Semua aspek kehidupan kita, baik dalam keluarga, tempat kerja, pergaulan dan dalam pelayanan, harus dijalani bersama Roh Kudus. Jika tidak, maka pengaruh dari daging kita, yaitu sifat alamiah manusia kita yang akan mengambil alih. “Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.” Dengan kekuatan kita sendiri kita tidak dapat mengalahkan keinginan daging. Namun Roh Kudus lebih dari mampu untuk menjadi sumber kekuatan kita untuk membuat kita berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan.

Cara pandang kehidupan orang percaya ini sangat sesuai dengan kebenaran yang Alkitab nyatakan. Kita harus menjalani hidup di dalam Roh setiap hari sama seperti saat pertama kita mendapatkan kehidupan itu dari Roh Kudus. “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.” Hanya karena Roh Kudus saja kita menerima hidup, oleh karena itu, mari kita melangkah dalam hidup kita selanjutnya “juga dipimpin oleh Roh.”

Tuhan yang maha kuasa, selama ini aku begitu lemah dan berjalan menuruti keinginan dagingku. Aku tidak mampu hidup sesuai dengan kehendak-Mu. Tuhan aku menyadari bahwa aku memerlukan Roh Kudus dalam hidupku. Roh Kudus yang sudah memberikan aku hidup yang baru, Roh Kudus juga yang akan memberikan aku kuasa supaya aku hidup dari hari ke hari di dalam kasih karuia-Mu. Aku berdoa supaya Engkau terus bekerja di dalam aku sepanjang hidupku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___



24 February 2014

24 Februari – Roh Kudus dan Berjalan Bersama Tuhan

Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? – Galatia 3:2-3

Oleh pekerjaan Roh Kudus, kita dapat mulai hidup yang baru secara rohani melalui kelahiran baru, yaitu saat kita dibenarkan dihadapan Allah. Untuk kehidupan selanjutnya setelah lahir baru, kembali Roh Kudus yang harus mengerjakannya di dalam kita, yaitu dalam proses pendewasaan rohani, di mana kita dikuduskan dari hari ke hari.

Dalam ayat di atas, Paulus membuka dengan pertanyaan mengenai bagaimana orang-orang percaya di Galatia memulai hidup baru mereka bersama dengan Allah. “Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil?” Jawaban dari pertanyaan ini sangat jelas. Tidak ada seorangpun yang dapat menjadi tempat tinggal Roh Kudus berdasarkan usaha mereka melakukan hukum Taurat, namun “karena percaya kepada pemberitaan Injil” saja.Roh Kudus tinggal di dalam kita pada saat kita percaya kepada kabar baik mengenai Tuhan Yesus Kristus dan percaya kepada Dia. Pada saat itu, seluruh dosa kita diampuni, kita dibenarkan, dan kita dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Semua ini menjadi awal dari hidup kita bersama Allah. Semuanya dilakukan oleh Roh Kudus untuk kita.

Pada bagian berikutnya dari ayat di atas, Paulus menutup dengan dua pertanyaan mengenai bagaimana kehidupan selanjutnya setelah lahir baru, yaitu hidup berjalan bersama Allah. Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sebagai anak-anak Allah, kita memulai hidup di dalam dia “dengan Roh.” Alangkah bodohnya jika kita berpikir kita bisa melanjutkan hidup kita “di dalam daging.” Tentunya kita sudah setuju bahwa kita tidak mungkin membuat diri kita sendiri lahir ke dalam keluarga Allah. Kita harus “dilahirkan dari Roh” (Yoh 3:6). Tentunya kita juga harus setuju bahwa kita juga tidak mungkin menghasilkan sendiri pertumbuhan rohani kita, kita tidak mungkin “mengakhirinya di dalam daging.”

Tuhan menghendaki bahwa kita bertumbuh dan menjadi dewasa di dalam hidup yang baru ini bersama Kristus. Pertumbuhan ini bersifat rohani. “Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging” (Yoh 3:6). Secara daging kita tidak bisa menghasilkan yang rohani. Proses pendewasaan rohani, dimana kita semakin disempurnakan agar menjadi seperti Kristus harus dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam kita. Ingat, cara Tuhan membuat kita mengawali hidup baru bersama dengan Dia (lahir baru dan pembenaran) adalah sama dengan cara Dia membuat kita bertumbuh dalam perjalanan hidup bersama dengan Dia (untuk menyucikan kita).

Allah Bapa yang kudus, dengan rendah hati aku mengakui bahwa aku sering kali berpikir untuk menghasilkan hidup yang berkenan di hadapan-Mu dengan usahaku sendiri. Tuhan aku menyadari sekarang bahwa aku memerlukan Roh Kudus supaya aku dapat bertumbuh menjadi dewasa, seperti ketika aku memerlukan Roh Kudus supaya aku dapat lahir baru. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

23 February 2014

23 Februari – Roh Kudus dan Mengawali Bersama Tuhan

Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.” – Yohanes 3:5-7

Hidup yang baru di dalam Kristus kita dapatkan melalui kelahiran kembali secara rohani oleh pekerjaan Roh Kudus. “Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari… Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Seperti secara fisik seorang anak harus secara fisik dilahirkan ke dalam sebuah keluarga, demikian juga secara rohani seseorang harus secara roh dilahikan ke dalam keluarga Allah. Hanya itu satu-satunya jalan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata, Kamu harus dilahirkan kembali.”

Mengapa dilahirkan kembali secara roh adalah sebuah keharusan? Karena “apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging.” Kelahiran manusia secara fisik hanya akan menghasilkan kehidupan yang bersifat fisik. Menjadi anak Allah adalah sebuah hal yang hanya bisa dilakukan secara rohani, dan hanya Tuhan yang bisa menyediakannya.

Ketika Tuhan Yesus datang ke dunia ini untuk menyelamatkan manusia, Ia justru mendapatkan penolakan. “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya” (Yoh 1:11). Namun sebagian menyadari bahwa Ia adalah sang Mesias, Raja yang diurapi dan Juru Selamat yang diutus oleh Bapa. “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” (Yoh 1:12).

Percaya kepada nama Yesus berarti percaya kepada pribadi dan pekerjaan Yesus. Juga berarti sungguh-sungguh bergantung kepada Dia, apa yang Ia katakan, apa yang sudah Ia kerjakan dan apa yang mampu Ia kerjakan. Iman seperti ini akan menghasilkan sebuah kelahiran baru: “Orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah” (Yoh 1:13). Kelahiran ini berasal dari Allah. Kelahiran ini tidak bisa didapatkan karena warisan atau keturunan manusia. Kelahiran ini juga tidak didapatkan oleh keinginan manusia.

Tuhan menghendaki kita untuk berjalan dalam kehidupan yang rohani, bukan hanya sekedar kehidupan secara duniawi. Hanya lewat kelahiran baru oleh Roh Kudus yang dapat memberikan kita kehidupan yang demikian. “Apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.” Semua kehidupan rohani yang sejati hanya berasal dari pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita. Hal ini berlaku untuk awal dari kehidupan kita dalam kelahiran baru dan pembenaran. “Kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita” (1 Kor 6:11). Kita akan melihat dalam renungan-renungan berikutnya bahwa hal ini juga berlaku bagi kehidupan kita selanjutnya dalam pertumbuhan rohani kita.

Bapa kami yang di Sorga, aku bersyukur Engkau sudah mengangkat aku menjadi anak-Mu lewat imanku kepada Anak-Mu Tuhan Yesus Kristus. Aku bersyukur untuk hidup baru yang diberikan oleh Allah Roh Kudus. Ajar aku untuk selalu menyadari bahwa kehidupanku selanjutnya bersama dengan Engkau juga sama ajaibnya dengan ketika aku dilahirkan baru. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

22 February 2014

22 Februari – Roh Kudus Memberi Kehidupan

Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. – Yohanes 6:63
Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan. – 2 Korintus 3:6

Perjanjian Baru yang Tuhan buat adalah perjanjian Roh Kudus. “Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang… dari Roh.” Semua cara lain untuk berkenan kepada Allah selain melalui Roh Kudus, akan menghasilkan kematian rohani.

Manusia memerlukan kehidupan rohani, baik di awal maupun untuk seterusnya. Kita memerlukan awal yang dalam hidup yang baru dalam Roh karena sebelumnya kita mati karena dosa dan kesalahan kita. “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain” (Efesus 2:1-3). Satu-satunya jawaban bagi kematian rohani ini adalah kehidupan rohani. “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita--oleh kasih karunia kamu diselamatkan—“ (Efesus 2:4-5).
Manusia juga memerlukan hidup dalam roh untuk seterusnya. “Sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.” Dengan kekuatan kita sendiri untuk memenuhi tuntutan hukum yang tertulis secara rohani mematikan.

Tuhan Yesus datang ke dunia ini untuk menawarkan kepada manusia hidup yang penuh dan utuh. “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10). Tuhan Yesus mengajarkan bahwa jika kita mengandalkan Dia untuk memenuhi kebutuhan rohani kita, kita akan diberikan kelimpahan hidup, yaitu hidup yang penuh dan utuh. “Kata Yesus kepada mereka: ‘Akulah roti hidup’” (Yoh 6:35). Tuhan Yesus tidak pernah berkata bahwa Ia adalah pemimpin yang akan mendirikan agama baru, tetapi “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’” (Yoh 14:6). Ketika para Rasul secara mujizat dilepaskan dari penjara, mereka tidak diperintahkan Tuhan untuk mencari pengikut baru untuk kelompok mereka, tetapi mereka ditugaskan untuk “Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak” (Kis 5:20).

Hidup yang Tuhan Yesus sediakan adalah hidup-Nya sendiri yang dimanifestasikan melalui kita. “Kristus, yang adalah hidup kita” (Kol 3:4). Kehidupa tersebut akan menghasilkan gaya hidup yang ditandai dengan Kasih-Nya, Sukacita-Nya, Damai Sejahtera-Nya, Hikmat-Nya, Keberanian-Nya dan semua karakter kudus dari Tuhan Yesus. Perjanjian Baru kasih karunia Allah adalah perjanjian yang memberi hidup, dan Roh Kudus yang mencurahkan hidup itu kepada hati yang rendah hati dan mengandalkan Tuhan. Rohlah yang memberi hidup.”

Tuhan Yesus, Engkaulah sumber hidupku. Aku tidak memiliki sumber lain dari kehidupan yang sejati. Aku bersyukur untuk kesabaran-Mu pada saat aku mencoba menjadi seperti Engkau dengan kekuatanku sendiri. Terima kasih untuk hidup baru yang Engkau berikan pada saat aku pertama kali menerima Engkau sebagai Tuhan dan Raja. Dan aku percaya Engkau akan melimpahkan hidup kepada ku supaya aku semakin menyenangkan Engkau. Dengan rendah hati aku mengandalkan Roh Kudus untuk mengerjakannya di dalam hidupku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

21 February 2014

21 Februari – Perjanjian Baru Kasih Karunia: Perjanjian Roh Kudus

Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. – Yehezkiel 36:26-27

Sebelumnya kita sudah mempelajari bahwa perjanjian baru adalah mengenai kasih karunia, sementara perjanjian lama adalah mengenai hukum Taurat. “Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus” (Yoh 1:17). Hubungan antara kasih karunia dan Roh Kudus dapat kita temukan dalam berbagai ayat Alkitab termasu dalam nubuatn Nabi Yehezkiel. “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.” Ayat yang pertama dari janji ini adalah mengenai peristiwa lahir baru dari orang percaya. Melalui iman kepada Allah, hati kita yang tadinya keras dan mati diganti dengan hati yang taat, sebuah roh yang baru.

Ayat yang kedua berbicara mengenai proses berikutnya setelah lahir baru, yaitu proses pendewasaan rohani yang berlangsung setiap hari dalam hidup kita yang baru. “Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.” Hidup yang semakin seturut dengan kehendak Tuhan tergantung pada pekerjaan Roh Kudus di dalam kita. Kita tahu bahwa manusia yang belum ditebus tidak mungkin bisa hidup menyenangkan Tuhan. Namun banyak orang Kristen tidak sadar bahwa walaupun mereka sudah menjadi ciptaan yang baru di dalam Kristus, mereka tidak bisa berkenan dihadapan Tuhan dengan kekuatan mereka sendiri. Roh Tuhan yang harus menjadi sumber perubahan karakter orang percaya.

Apa yang dijanjikan dalam nubuat ini bukanlah sesuatu yang terjadi secara otomatis. Banyak orang Kristen lahir baru yang hidupnya tidak selalu sesuai dengan kehendak Tuhan. Alasannya adalah karena mereka tidak memiliki kerendahan hati untuk mengandalkan Tuhan sepenuhnya.

Yesus membuat dua pernyataan penting mengenai kebenaran ini. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya… kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu” (Yoh 6:53). “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna” (Yoh 6:63). Pada dasarnya kita tidak memiliki hidup seperti yang Tuhan inginkan. Manusia alamiah tidk memiliki potensi atau kekuatan apapun untuk menghasilkan hidup yang berkenan kepada Allah. Kebenaran ini seharusnya membuat kita rendah hati. Yesus juga berkata bahwa Roh Kudus-lah yang memberi hidup. Kebenaran ini harus kita terima dengan iman yang mengandalkan Roh Kudus sepenuhnya. Saat kita memiliki kerendahan hati untuk sepenuhnya mengandalkan Roh Kudus, maka hidup yang berkenan kepada Allah akan menjadi hasilnya.

Ya Tuhan, sumber kehidupanku, terima kasih untuk perjanjian baru kasih karunia-Mu. Aku bersyukur untuk Roh Kudus yang menjadi sumber kekuatanku untuk dapat hidup berkenan dihadapan-Mu. Aku tahu bahwa dengan kekuatanku sendiri, aku tidak bisa melakuka apapun untuk menyenangkan Engkau. Dengan segala kerendahan hati aku memohon agar Engkau membentuk aku agar berjalan dalam rencana-Mu, oleh kuasa Roh Kudus. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

20 February 2014

20 Februari – Kasih Karunia Allah dan Roh Kudus

Maka berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam. Siapakah engkau, gunung yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah rata. Ia akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!" – Zakaria 4:6-7

Alkitab memperlihatkan sebuah hubungan yang mendalam antara kasih karunia Allah dan Roh Kudus. Hidup dalam kasih karunia Allah dan berjalan di dalam Roh Kudus adalah dua cara pandang dari satu kebenaran yang sama. Pada saat kita belajar apakah itu berjalan di dalam Roh Kudus, kita juga akan menemukan bagaimana hidup dalam kasih karunia setiap hari.

Ayat firman Tuhan dari kitab Zakaria memperlihatkan hubungan antara kasih karunia dan Roh Kudus. Dalam ayat ini Tuhan memberikan pesan kepada Zerubabel, bagaimana ia akan melayani Tuhan: “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku.” Usaha dan kekuatan manusia tidak akan pernah cukup untuk bisa hidup seperti yang Tuhan kehendaki. Roh Kudus harus memberikan kepada kita apa yang kita butuhkan untuk melayani Tuhan.

Dalam ayat berikutnya, kebenaran yang sama diulang lagi menggunakan istilah yang berbeda. Kali ini Tuhan berbicara kepada gunung kemustahilan yang berdiri di depan Zerubabel. “Siapakah engkau, gunung besar?” Sebagai pemimpin Israel, Zerubabel diberikan tugas yang sangat berat yaitu membangun kembali Rumah Tuhan di Yerusalem bersama orang-orang Israel yang baru kembali dari pembuangan. Tantangan ini digambarkan seperti sebuah gunung yang besar. Namun Tuhan mengatakan bahwa gunung besar tersebut akan diratakan. Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah rata.” Tuhan juga mengatakan bahwa pada saat Zerubabel akan meletakan batu fondasi utama dari Bait Suci, rakyat akan bersorak-sorai: Ia akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!" Dalam bahasa asli ditulis bahwa orang-orang itu bersorak mengenai betapa hal tersebut adalah kasih karunia. Hal ini menjadi saksi bahwa kasih karunia Allah yang memulai, memampukan dan menyelesaikan pekerjaan pelayanan Zerubabel.

Jemaat mula-mula juga memperlihatkan hubungan antara kasih karunia dan Roh Kudus. “Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani…  Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah” (Kis 4:31,33). Dalam bagian pertama disebutkan bahwa mereka menjadi berani karena kuasa Roh Kudus. Bagian kedua menjelaskan bahwa mereka melayani dengan kuasa yang besar karena kasih karunia.

Allah yang maha kuasa, terima kasih untuk mengajar aku hubungan antara kasih karunia dan Roh Kudus. Dengan hidup dalam kasih karunia, aku mengandalkan Engkau untuk menyediakan apa yang tidak dapat aku usahakan atau aku kerjakan. Dengan hidup dalam Roh Kudus, aku menyaksikan bahwa kasih karunia bukan hanya sebuah konsep yang aku gunakan, tetapi sebuah hadiah yang diimpartasikan kepada ku oleh Roh Kudus sendiri. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

19 February 2014

19 Februari – Jangan Menyimpangkan Kasih Karunia Allah

Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus. Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus. – Yudas 1:3-4

Sejak masa gereja mula-mula, selalu ada ancaman dari mereka yang ingin menyimpangkan kasih karunia Allah. Penyimpangan ini selalu berhubungan dengan imoralitas dan legalisme.

Rasul Yudas memperingatkan masalah ini dalam suratnya. Ia mengajak orang Kristen untuk berjuang membela integritas Firman Tuhan. “Aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman.” Perjuangan ini sangat penting karena banyak orang agamawi yang berusaha mengubah kasih karunia, mereka bekerja dengan diam-diam di dalam gereja. “Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu… orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka.” Mereka berusaha mengubah pesan kasih karunia Allah menjadi surat izin untuk berdosa. Kasih karunia adalah cara Allah untuk mengampuni dosa manusia dan mengubah orang berdosa tersebut supaya ia mampu untuk hidup semakin lama semakin menjauhi dosa. Kasih karunia bukan berarti Allah mengizinkan kita untuk merancangkan dan mengikuti keinginan daging kita.

Topik ini juga timbul dalam kitab Roma, saat ada orang-orang yang berpikir hal yang serupa. Mereka mulai dengan kebenaran yang mulia. “Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah” (Roma 5:20). Betapa luar biasa! Tidak peduli seberapa besar dan seberapa dalam dosa kita, kasih karunia Allah untuk pengampunan dan perubahan jauh lebih besar lagi. Namun betapa mengerikan ketika seseorang berpikir bahwa lebih baik untuk hidup dalam dosa karena dengan demikian akan menghasilkan kasih karunia yang lebih besar lagi. “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?” (Roma 6:1). Jawaba Paulus tegas sekali: “Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?” (Roma 6:2). Kasih karunia tidak pernah menjadi alasan untuk berbuat dosa.

Dalam surat Galatia, Paulus membahas penyimpangan kasih karunia yang sebaliknya, yaitu legalisme. “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus” (Galatia 1:6-7). Dalam jemaat Galatia ada pihak-pihak ingin menambahkan peraturan-peraturan kepada injil kasih karunia Allah. Mereka mengubah kasih karunia menjadi usaha manusia. Paulus mengatakan bahwa hal tersebut memutarbalikan Injil. Baik imoralitas maupun legalisme, keduanya menyimpangkan kasih karunia Allah.

Ya Allah yang maha pemurah, aku mohon ampun jika seringkali aku membuat kasih karunia sebagai alasan untuk melakukan dosa, aku juga sering menambahkan kasih karunia dengan usahaku sendiri. Terima kasih Tuhan kasih karunia-Mu yang mengampuni dan memulihkan aku. Berikan kepada aku kepekaan untuk sungguh-sungguh berjuang demi kasih karunia yang sejati. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

18 February 2014

18 Februari – Mengingat Kembali firman Tuhan Mengenai Kasih Karunia.

Firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya. – Kisah Para Rasul 20:32
Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil, yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya. – Kolose 1:5-6
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. – Roma 10:17

Tiga ayat di atas, yang sudah pernah kita pelajari dalam materi-materi renungan sebelumnya, memperlihatkan bagaimana Allah ingin menggunakan Firman-Nya untuk menyentuh hidup kita dengan kasih karunia-Nya. Ayat yang pertama menjelaskan bahwa firman Tuhan adalah “Firman kasih karunia-Nya.” Tuhan mengajar kita mengenai kasih karunia lewat firman-Nya. Ia menawarkan kasih karunia itu kepada kita lewat firman-Nya. Ia mengerjakan kasih karunia-Nya dalam hidup kita saat kita menerima firman-Nya. Saat firman Tuhan kita dengar dan kita terima, kuasa firman dilepaskan, sehingga kita dapat melihat bahwa firman Tuhan: “Berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya.”

Orang-orang percaya di Tesalonika sudah mengalami hal tersebut. “Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi--dan memang sungguh-sungguh demikian--sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya” (1 Tesalonika 2:13).

Ayat yang kedua menyatakan bahwa firman Tuhan akan menghasilkan buah di dalam hidup orang percaya. “Firman kebenaran, yaitu Injil… berbuah” Buah-buah tersebut adalah hasil dari kehidupan rohani yang bertumbuh dan semakin dewasa. Yesus mengajar bahwa kehidupan bisa muncul karena firman Tuhan. “Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup” (Yohanes 6:63). Firman Tuhan memberikan kepada kita hidup ketika kita lahir baru. “Karena kamu telah dilahirkan kembali… oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal” (1 Petrus 1:23). Firman Tuhan juga kemudian memberikan makanan untuk kehidupan orang percaya selanjutnya. “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan” (1 Petrus 2:2). Air susu yang murni dan yang rohani adalah firman Tuhan.

Ayat yang ketiga memperlihatkan posisi iman sebagai unsur yang paling vital dari kehidupan dalam kasih karunia Allah. Kita sudah belajar bahwa iman membuka jalan masuk bagi kasih karunia. “Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri“ (Roma 5:2). Dalam perjalanan hidup kita selanjutnya, iman harus semakin bertumbuh. “Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”

Setelah kita melihat kebenaran agung mengenai firman Tuhan, mari kita mulai untuk memiliki sikap mencintai firman-Nya. Kasih karunia yang Tuhan sediakan bagi kita dapat kita akses melalui iman. Iman akan tumbuh pada saat kita menerima firman Tuhan.

Ya Tuhan yang penuh dengan kasih karunia dan kebenaran, terima kasih untuk firman-Mu. Ampuni aku jika dahulu aku sering tidak menghargai firman-Mu. Aku memohon kepada-Mu untuk memberikan hati yang haus dan lapar akan firman-Mu yang hidup dan yang kekal. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.

___

17 February 2014

17 Februari – Kasih Karunia dan Perbuatan Baik (4)

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. – Efesus 2:8-10

Ketika kita membahas mengenai kasih karunia dan perbuatan baik, berulang kali kita akan menemukan bahwa kasih karunia Allah bukan saja dalam bentuk kerelaan-Nya untuk mengampuni kita melalui pengorbanan diri-Nya di dalam Yesus Kristus, namun juga bahwa kasih karunia-Nya adalah sumber kuasa untuk membentuk dan memakai hidup kita sebagai orang percaya.

Tuhan menghendaki agar kita melakukan banyak pekerjaan baik untuk memuliakan nama-Nya yaitu dengan memperlengkapi orang-orang percaya dan menjangkau mereka yang belum percaya. Walaupun kita tidak diselamatkan oleh karena perbuatan baik kita, “itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”, tetapi kita diselamatkan untuk melakukan pekerjaan baik, “diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik.”

Satu-satunya cara untuk kita dapat melakukan banyak pekerjaan baik adalah karena kasih karunia yang dilimpahkan oleh Tuhan dalam hidup kita. Pertama-tama, Ia menciptakan kita kembali lewat kelahiran baru di dalam Yesus Kristus: “Diciptakan dalam Kristus Yesus.” Kemudian Tuhan melanjutkan pekerjaan-Nya dalam hidup kita. Kita tidak membuat diri kita sendiri menjadi sarana pekerjaan Tuhan. Tuhanlah yang mengambil tanggung jawab tersebut, “Kita ini buatan Allah.” Tuhan ingin membentuk hidup kita menjadi ciptaan-Nya yang baru, yang agung, yang terus menerus diperbaharui sesuai dengan rencana dan kehendak-Nya.

Kasih karunia Allah tidak hanya bekerja saat kelahiran baru dan pembentukan hidup kita saja. Tuhan bahkan sudah mempersiapkan pekerjaan baik apa saja yang Ia ingin kita lakukan. “Diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.” Luar biasa! Tuhan sudah merancangkan apa saja tindakan, pekerjaan, pelayanan yang harus kita lakukan. Lalu, mengapa pada kenyataannya kita tidak selalu melakukan pekerjaan baik Tuhan? Jawabannya ada pada bagian akhir dari ayat 10, “Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Kita memiliki tanggung jawab dalam proses ini. Kita harus dengan rendah hati berjalan dan mengandalkan Yesus setiap hari dalam hidup kita.

Yesus mengajar murid-muridnya mengenai hal ini. “Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah” (Yohanes 6:28-29). Memiliki iman kepada Allah adalah cara supaya Allah bekerja dalam hidup kita. Hal ini termasuk percaya kepada rencana-rencana-Nya, percaya bahwa kehendak-Nya adalah yang terbaik bagi kita, hidup mengandalkan Dia, menjadikan Dia Tuhan dan Tuan yang menuntun hidup kita untuk melakukan pekerjaan baik. Sikap ini akan menghasilkan pelayanan yang didasarkan kepada kuasa kasih karunia, seperti yang dialami oleh gereja mula-mula. “Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah” (Kis 4:33).

Ya Tuhan, Pencipta langit dan bumi, aku berterima kasih karena Engkau telah menciptakan aku menjadi baru di dalam Yesus Kristus. Aku bersyukur untuk pekerjaan-Mu yang terus menerus dalam hidupku. Bentuklah aku sesuai kehendak-Mu. Ampuni aku Tuhan jika aku sering mementingkan diriku sendiri dan meninggalkan tanggung jawab-ku untuk hidup di dalam pekerjaan baik yang Engkau sudah persiapkan bagiku. Tuhan, dengan rendah hati aku mau hidup mengikuti dan mengandalkan Engkau saja setiap hari. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.

___

16 February 2014

16 Februari – Kasih Karunia dan Perbuatan Baik (3)

Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan – 2 Korintus 9:8

Ketika kita membahas perihal hubungan antara kasih karunia dan perbuatan baik, maka kita harus selalu melihat dari kacamata kesanggupan Allah. “Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu.” Tuhan senantiasa ingin melimpahkan kasih karunia kepada kita. Dan Allah sangat sanggup untuk melakukannya kepada kita.

Tuhan ingin melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu.” Ia ingin menyentuh seluruh aspek kehidupan kita dengan segala kasih karunia-Nya. Tuhan menyiapkan kasih karunia untuk setiap kebutuhan kita. Ia siap untuk membanjiri kita dengan kasih karunia yang berlimpah.

Kasih karunia Tuhan membuat setiap orang yang memiliki iman dan rendah hati dengan semua kebutuhan yang kita perlukan untuk melayani Dia. “Supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu.”

Konteks dari ayat ini adalah mengenai memberi kepada Tuhan dengan uang kita, namun bahasa yang digunakan Paulus mencakup aspek-aspek kehidupan kita yang lain, bahkan “berkecukupan di dalam segala sesuatu.” Artinya semua kebutuhan dalam segala situasi. Kasih karunia disediakan pada saat kita membutuhkannya untuk pernikahan kita. Kasih karunia juga disediakan untuk aspek bisnis kita. Kasih karunia disediakan untuk pelayanan kita. Kasih karunia disediakan untuk penginjilan kita. “Supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu.”

Tuhan begitu baik sehingga Ia mencurahkan kasih karunia yang berlimpah-limpah kepada kita. Namun kelimpahan ini bukanlah karena keinginan pribadi kita dan bukan untuk memuaskan daging kita. Kasih karunia ini dilimpahkan supaya kita berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.” Kasih karunia dilimpahkan kepada kita supaya kita juga berkelimpahan dengan kebajikan atau perbuatan baik. Kelimpahan yang Tuhan berikan kepada kita adalah dengan maksud supaya kita melakukan kehendaknya di bumi ini. Jadi jika kerinduan kita adalah melayani Tuhan, kasih karunia yang berlimpah-limpah sudah disediakan Tuhan bagi kita.

Hal ini bukan berarti kita akan selamanya bebas dari masalah dan kekurangan. Tuhan ingin mengajar kita tentang kehidupan ini melalui masa kelimpahan maupun kesusahan. “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:12-13).

Ya Tuhan yang maha kasih. Terima kasih untuk semua hal yang baik yang Engkau berikan kepada ku. Ingatkan aku untuk selalu melihat kasih karunia-Mu baik pada saat suka maupun duka. Pakai aku untuk melakukan kehendak-Mu di dalam dunia yang jahat ini. Aku bersyukur kepada Engkau karena aku sadar bahwa kasih karunia yang aku nikmati bersumber dari kemampuan Engkau, bukan kemampuan ku sendiri. Limpahkanlah kasih karunia-Mu Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.


___

15 February 2014

15 Februari – Kasih Karunia dan Perbuatan Baik (2)

Dari situ berlayarlah mereka ke Antiokhia; di tempat itulah mereka dahulu diserahkan kepada kasih karunia Allah untuk memulai pekerjaan, yang telah mereka selesaikan. Setibanya di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman. – Kisah Para Rasul 14:26-27

Ketika sebelumnya Rasul Paulus dan kawan-kawannya meninggalkan gereja asal mereka di Antiokhia, mereka diserahkan kepada kasih karunia Allah.” Jemaat di Antiokia percaya bahwa Tuhan akan mencurahkan kasih karunia yang diperlukan dalam perjalanan misi Paulus dan kawan-kawannya.

Perjalanan misi tersebut sangat luar biasa. Mereka harus menghadapi nabi palsu yang menghalangi mereka untuk bertemu dengan guberner pulau Pafos. Dengan berani Paulus menghardiknya dengan kuasa Roh Kudus. “Hai anak Iblis, engkau penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat dan kejahatan, engkau musuh segala kebenaran, tidakkah engkau akan berhenti membelokkan Jalan Tuhan yang lurus itu?” (Kis 13:10). Ketika Tuhan menghukum tukang sihir itu menjadi buta, guberner menjadi percaya kepada Tuhan.

Lalu di Perga, Paulus mengajar di rumah ibadat tentang Kristus yang sudah bangkit dari kematian. “Pada hari Sabat berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Allah” (Kis 13:44). Saat orang-orang Yahudi menentang mereka, Injil justru diterima oleh orang-orang bukan Yahudi. “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan… Lalu firman Tuhan disiarkan di seluruh daerah itu” (Kis 13:48-49)

Berikutnya di Ikonium, banyak muncul buah-buah pekerjaan Paulus dan kawan-kawannya, walaupun ada yang menentang mereka. “sehingga sejumlah besar orang Yahudi dan orang Yunani menjadi percaya. Tetapi orang-orang Yahudi, yang menolak pemberitaan mereka, memanaskan hati orang-orang yang tidak mengenal Allah dan membuat mereka gusar terhadap saudara-saudara itu. Paulus dan Barnabas tinggal beberapa waktu lamanya di situ. Mereka mengajar dengan berani, karena mereka percaya kepada Tuhan. Dan Tuhan menguatkan berita tentang kasih karunia-Nya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat” (Kis 14:1-3).

Di Listra, Paulus dilempari batu oleh mereka yang tidak mau menerima Injil. Namun Paulus tidak menyerah. Paulus meneruskan sampai ke Derbe dan kota-kota lainnya. “Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman” (Kis 14:21-22).

Akhirnya para misionaris tersebut kembali ke gereja asal mereka di Antiokhia. Pekerjaan pelayanan yang direncanakan sudah selesai, karena kasih karunia Allah memampukan mereka untuk menyelesaikannya. “Di tempat itulah mereka dahulu diserahkan kepada kasih karunia Allah untuk memulai pekerjaan, yang telah mereka selesaikan.” Lalu mereka memberikan laporan kepada jemaat, mereka menceritakan apa yang Tuhan lakukan, bukan apa yang mereka lalukan. “Lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka.”

Allah Bapa di Sorga, ajar aku mengandalkan kasih karunia-Mu untuk melakukan tugas-tugas yang Engkau berikan kepadaku. Ampuni aku Tuhan, karena aku lebih sering mengandalkan diriku sendiri dan akhirnya tidak dapat menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan kepadaku. Aku tahu bahwa ketika semua tugas tanggung jawab ku selesai, semua kemuliaan hanya bagi Engkau, bukan untuk aku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

14 February 2014

14 Februari – Kasih Karunia dan Perbuatan Baik (1)

Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. – 1 Korintus 15:10

Kasih karunia bukan saja cara Tuhan untuk menghasilkan buah rohani dalam hidup kita, tetapi juga untuk memunculkan perbuatan baik dalam hidup kita.Rasul Paulus menulis kesaksian yang kuat mengenai hal ini. Rasul Paulus adalah salah satu pemimpin gereja mula-mula yang melakukan lebih banyak perbuatan baik dari pada orang percaya lain. “Aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua.”

Tidak ada yang bekerja dalam pelayanan lebih keras dari Paulus. Dia berkeliling ke berbagai penjuru untuk mengabarkan Injil. Ia memuridkan mereka yang memilih untuk percaya kepada Yesus sebagai Tuhan. Ia mengumpulkan orang-orang percaya tersebut ke dalam gereja-gereja, seringkali Ia menjadi gembala pertama di gereja-gereja tersebut. Lalu, ia akan menunjuk pemimpin baru bagi gereja-gereja tersebut dan mengunjungi mereka dalam waktu-waktu tertentu untuk melatih dan menjaga semangat mereka. Lebih dari itu, Rasul Paulus menulis sebagaian besar dari Alkitab Perjanjian Baru, sering kali pada saat Ia dalam penjara.

Sungguh, Rasul Paulus telah bekerja lebih keras.” Dalam suratnya yang lain ia menulis: “Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku” (Kolose 1:29). Di suratnya yang lain ia juga mengatakan: Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu” (1 Tesalonika 2:9). Kepada orang percaya di Korintus Paulus menulis: “Apakah mereka pelayan Kristus? … Aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah… Dalam perjalananku… Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat…” (2 Korintus 11:23,26,27).

Namun mengejutkan untuk mengetahui bahwa bukan Rasul Paulus-lah yang menghasilkan perbuatan-perbuatan yang luar biasa tersebut. Rasul Paulus mengakui sendiri: Tetapi bukannya aku.” Paulus mendorong dirinya sendiri dengan keras demi Injil Kristus. Lalu bagaimana mungkin seseorang yang sudah bekerja demikan keras tetapi mengatakan bahwa itu bukan dirinya sendiri? Jawabannya ada pada kalimat selanjutnya: “Tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” Kasih karunia Allah yang bekerja dalam hidup Paulus adalah penyebab dari usaha dan pekerjaan pelayanan Paulus di dunia ini. “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang.” Pada saat kita menaruh iman percaya kita kepada Yesus, kasih karunia-Nya akan bekerja dalam hidup kita juga, sehingga kita bisa bersaksi seperti Paulus: “Kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.”

Jalan masuk kepada kasih karunia yang mengubahkan ini sekali lagi berhubungan erat dengan aspek iman dan kerendahan hati. Paulus dengan rendah hati mengakui: “Tetapi bukannya aku.” Rasul Paulus juga menyatakan imannya dengan kebenaran: Melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.”

Ya Tuhan sumber kasih karunia, aku berseru kepada Engkau untuk mengerjakan kasih karunia-Mu dalam hidupku, supaya menghasilkan perbuatan baik yang melimpah-limpah. Tuhan, aku rindu untuk bekerja melayani Engkau. Dan yang harus aku lakukan adalah percaya kepada Engkau dan mengandalkan Engkau saja, maka kasih karunia-Mu yang dianugerahkan kepadaku tidak akan sia-sia. Dengan segala kerendahan hati aku mengakui ketidak-berdayaanku, dan dengan iman aku percaya kepada kasih karunia-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.

___

Ayo Baca Alkitab:  14 Februari - Kemah Suci selesai didirikan, Kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci