08 November 2014

08 November – Oleh Iman Gideon, Barak, Samson dan Yefta Menjadi Hakim

Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta. – Ibrani 11:32

Banyak yang dicatat dalam daftar pahlawan iman yang memperlihatkan akibat dari iman sebagai jalan masuk kepada kasih karunia. Melihat ayat renungan kita hari ini, hari-hari dan halaman-halaman renungan sepertinya terlalu singkat untuk menceritakan kesaksian-kesakian dari Gideon, Barak, Simson dan Yefta – yang sering tidak dianggap orang sebagai teladan dari hidup dalam iman.

Walaupun sepertinya tidak pantas, Tuhan memanggil Gideon sebagai pemimpin untuk menyelamatkan umat-Nya. Gideon menjawab dengan rendah hati, “Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? ...  akupun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku” (Hak 6:15). Tanggapan Tuhan adalah, “Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis” (Hak 6:16). Ketika 32.000 orang Israel dipanggil untuk berperang (Hak 7:3), Tuhan menyaring tentara Gideon menjadi hanya 300 orang saja. “Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: "Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu"” (Hak 7:7). Gideon maju dengan iman, dan Tuhan setia kepada perkataan-Nya. “Sedang ketiga ratus orang itu meniup sangkakala, maka di perkemahan itu TUHAN membuat pedang yang seorang diarahkan kepada yang lain, lalu larilah tentara itu” (Hak 7:22).

Barak, pemimpin yang tidak diperhitungkan lainnya, dipilih oleh Allah. Sejak awal, ia menolak untuk maju berperang kecuali nabiah Debora menyertai dia. “Jawab Barak kepada Debora: "Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju akupun tidak maju"” (Hak 4:8). Dan juga, musuh barak sebenarnya sudah dikalahkan oleh wanita lain. “Tetapi Sisera dengan berjalan kaki melarikan diri ke kemah Yael, isteri Heber... Tetapi Yael, isteri Heber, mengambil patok kemah, diambilnya pula palu, mendekatinya diam-diam, lalu dilantaknyalah patok itu masuk ke dalam pelipisnya sampai tembus ke tanah--sebab ia telah tidur nyenyak karena lelahnya--maka matilah orang itu” (Hak 4:17, 21).

Pada Simson, kita juga melihat teladan iman yang tidak biasa. Walupun Simson melakukan banyak perkara yang luar biasa, ia seringkali terbukti sebagai seorang yang tidak bijaksana, terutama perihal wanita. Namun, saat ajalnya, ia meraih kemenangan yang paling besar. “Ya Tuhan ALLAH, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah aku kuat, sekali ini saja, ya Allah... Yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih banyak dari pada yang dibunuhnya pada waktu hidupnya” (Hak 16:28, 30).

Pada Yefta sekali lagi kita melihat teladan iman yang tidak biasa. Ia adalah anak seorang perempuan sundal (Hak 11:1). Yefta membuat sebuah perjanjian yang sepertinya tidak bijaksana (Hak 11:35). Namun, imannya kepada Allah dapat dilihat. “Lalu Roh TUHAN menghinggapi Yefta... dan TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangannya” (Hak 11:29, 32).

Ya Allah dari hamba-hamba yang “tidak diperhitungkan.” Aku bersyukur untuk kesaksian-kesakian dari mereka yang tidak dipandang oleh kebanyakan orang. Namun sering kali, mereka membuktikan iman mereka kepada-Mu. Aku dikuatkan oleh kenyataan bahwa Engkau tidak mencari mereka karena memiliki kemampuan luar biasa atau karena mereka sudah berhasil. Engkau mencari mereka yang percaya kepada-Mu. Aku memuji Engkau untuk kasih setia-Mu! Amin.
___    

No comments:

Post a Comment