29 September 2014

30 September – Kerendahan Hati dan Takut Akan Allah


Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan. – Amsal 22:4
Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati. – Amsal 11:2
Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. – Amsal 9:10

Banyak dari renungan-renungan kita yang terdahulu memperlihatkan bahwa berjalan dalam kerendahan hati adalah jalan menuju hidup dalam kasih karunia Allah. “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (1 Pet 5:5). Dalam ayat-ayat renungan kita hari ini, kita melihat bahwa kerendahan hati dan takut akan Allah adalah dua hal yang saling berkaitan.

Kerendahan hati dan takut akan Allah akan menghasilkan berkat yang sama. “Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.” Kekayaan, kehormatan dan kehidupan adalah ungkapan Perjanjian Lama yang menggambarkan suatu hidup yang penuh dengan berkat-berkat Allah. Ungkapan yang setara dalam Perjanjian Baru adalah hidup yang berkelimpahan. “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10). Kerendahan hati dan takut akan Allah juga menghasilkan hikmat. “Tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati… Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN.”

Kerendahan hati adalah pengakuan kebutuhan kita yang mendesak agar Tuhan bekerja sepenuhnya di dalam hidup kita dari hari ke hari. Takut akan Allah adalah sikap hormat dan kagum terhadap Allah kita yang besar. Bukan sikap takut karena ancaman atau paksaan. Namun, berdasarkan kekaguman dan kesetiaan yang mendalam.

Mereka yang dengan rendah hati takut akan Allah, yaitu menaruh kekaguman dan pengagungan kepada Dia, pasti akan menerima cara pandang dan nilai-nilai Allah. Mereka akan semakin membenci apa Tuhan benci. “Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat” (Ams 8:13). Sehubungan dengan itu, mereka yang menghormati dan mengagumi Allah akan semakin mengasihi apa Dia kasihi. Tuhan ingin agar umat-Nya berjalan dalam kebenaran dan keadilan. “TUHAN mengasihi orang-orang benar” (Mzm 146:8). “Sebab TUHAN mencintai hukum” (Mzm 37:28). Allah mengasihi bangsa Israel, umat pilihan-Nya. “Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu--bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa?” (Ul 7:7).  Allah mengasihi gereja-Nya, anak-anak-Nya. “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah” (1 Yoh 3:1). Tuhan mengasihi dunia ini, yaitu semua orang yang perlu mengenal Dia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16).

Allah yang maha kuasa, dengan rendah hati aku bersujud di hadapan-Mu, mengakui kebutuhan agar Engkau bekerja sepenuhnya dalam hidupku dari hari ke hari. Aku ingin berjalan dalam takut akan Allah, menaruh kekaguman dan kesetiaan kepada-Mu.  Aku ingin membenci apa yang Engkau benci dan mengasihi apa yang Engkau kasihi, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Amin.
___

29 September – Keangkuhan dan Cemooh atau Kerendahan Hati dan Hikmat


Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati. – Amsal 11:2
Orang yang bijak akan mewarisi kehormatan, tetapi orang yang bebal akan menerima cemooh. – Amsal 3:35

Untuk menikmati hidup di dalam kasih karunia Allah, kita harus mau untuk berjalan dalam kerendahan hati, bukan keangkuhan. “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (1 Pet 5:5). Kita harus mau mengakui kebutuhan kita yang mendesak akan Allah setiap hari. Semua sikap yang lain adalah berdasarkan kepada kesombongan, yaitu dengan bodoh mengira bahwa kita memiliki kemampuan untuk hidup dengan kekuatan kita sendiri. Mereka yang berjalan dalam keangkuhan akan menuai cemooh. Mereka yang berjalan dalam kerendahan hati akan menuai hikmat.

Alkitab menjelaskan bagaimana mereka yang dengan bebal berjalan dalam kesombongan, dan juga bagaimana cemooh yang datang dalam hidup mereka. “Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh … orang yang bebal akan menerima cemooh.” Salah satu contoh adalah bagaimana kejahatan mereka yang memiliki kehormatan dan kekuasaan, menindas orang yang lemah dan tidak berdaya. Mereka memperlihatkan keangkuhan mereka. “Karena congkak orang fasik giat memburu orang yang tertindas; mereka terjebak dalam tipu daya yang mereka rancangkan” (Mzm 10:2). Contoh yang lain adalah mereka yang dengan sombong menentang umat Allah. “Inilah yang menjadi bagian mereka sebagai ganti kecongkakan mereka, sebab mereka telah mencela dan membesarkan diri terhadap umat TUHAN semesta alam” (Zef 2:10). Cemooh yang mereka alami dinyatakan sebagai kondisi tandus yang begitu parah hingga disamakan dengan kondisi Sodom dan Gomora setelah mereka dihukum Tuhan. “Sebab itu, demi Aku yang hidup--demikianlah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel--maka Moab akan menjadi seperti Sodom dan bani Amon seperti Gomora, yakni menjadi padang jeruju dan tempat penggalian garam dan tempat sunyi sepi sampai selama-lamanya” (Zef 2:9).

Sebaliknya, bagi mereka yang rendah hati datanglah hikmat, yang membawa kemuliaan dan kehormatan. “Hikmat ada pada orang yang rendah hati.. Orang yang bijak akan mewarisi kehormatan.” Mereka yang berjalan dalam kerendahan hati di hadapan Allah akan menemukan hikmat ilahi yang terdapat dalam firman Tuhan. “Peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman” (Mzm 19:8). Hikmat dari Allah ini membawa kehormatan bagi mereka yang rendah hati. “Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian” (Ams 29:23).
 
Ya Tuhan yang mulia, benarlah bahwa mereka yang dengan angkuh melawan Engkau akan direndahkan dan dipermalukan. Aku tidak ingin berada diantara mereka. Aku ingin berjalan dalam kerendahan hati, mengakui kebutuhanku akan Engkau setiap hari dan setiap situasi, berbelaskasihan kepada mereka yang membutuhkan. Aku rindu untuk memberkati umat-Mu, untuk dengan rendah hati mencari kebijaksanaan dari firman-Mu, dan menjadi bejana untuk memuliakan Engkau. Demi nama Tuhan Yesus Kristus, Amin.
___

28 September 2014

28 September – Yosia Merendahkan Dirinya Dihadapan Allah (2)


Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Mengenai perkataan yang telah kaudengar itu, oleh karena engkau sudah menyesal dan engkau merendahkan diri di hadapan Allah pada waktu engkau mendengar firman-Nya terhadap tempat ini dan terhadap penduduknya, oleh karena engkau merendahkan diri di hadapan-Ku, mengoyakkan pakaianmu dan menangis di hadapan-Ku, Akupun telah mendengarnya, demikianlah firman TUHAN… matamu tidak akan melihat segala malapetaka yang akan Kudatangkan atas tempat ini dan atas penduduknya. – 2 Tawarikh 34:26-28
 
Raja Yosia adalah raja yang saleh, ia membersihkan daerah kekuasaannya dari penyembahan berhala. Ketika kitab-kitab Taurat ditemukan di dalam Bait Suci, ia merendahkan dirinya ketika mendengar isinya dibacakan. “Segera sesudah raja mendengar perkataan Taurat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya” (2 Taw 34:19). Oleh karena itu, Yosia lolos dari hukuman yang menimpa mereka yang mengabaikan hukum Taurat. Murka Tuhan ditunda hingga masa pemerintahannya selesai.

Berkat kasih karunia ini dialami karena kerendahan hati Yosua terhadap firman Tuhan. Ia memiliki hati yang lembut untuk mendengar dan menerima firman Tuhan: “Mengenai perkataan yang telah kaudengar itu, oleh karena engkau sudah menyesal.” Sikap hati seperti ini sangat penting jika seseorang ingin mengalami kasih karunia Tuhan. Orang-orang Israel di zaman Zakaria merupakan contoh yang buruk dari hal ini. Tuhan berfirman kepada mereka, “Tetapi mereka tidak mau menghiraukan, dilintangkannya bahunya untuk melawan dan ditulikannya telinganya supaya jangan mendengar. Mereka membuat hati mereka keras seperti batu amril, supaya jangan mendengar pengajaran dan firman yang disampaikan TUHAN semesta alam melalui roh-Nya dengan perantaraan para nabi yang dahulu. Oleh sebab itu datang murka yang hebat dari pada TUHAN” (Zak 7:11-12).

Sikap Yosia sangat berbeda. “Engkau merendahkan diri di hadapan Allah pada waktu engkau mendengar firman-Nya terhadap tempat ini dan terhadap penduduknya.” Yosia melakukan apa yang Yakobus dikemudian hari tuliskan untuk dilakukan oleh umat Tuhan. “Terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu” (Yak 1:21). Kerendahan hati Yosia begitu nyata. “Engkau merendahkan diri di hadapan-Ku, mengoyakkan pakaianmu dan menangis di hadapan-Ku.” Oleh sebab itu Yosia menikmati kasih karunia Allah. Masa pemerintahannya tidak melalui murka Allah yang sebenarnya layak diterima oleh bangsa Israel karena pemberontakan dan kekerasan hati mereka sebelumnya. “Matamu tidak akan melihat segala malapetaka yang akan Kudatangkan atas tempat ini dan atas penduduknya.”

Ya Tuhan, aku mengakui bahwa aku tidak selalu merendahkan hatiku terhadap firman-Mu. Aku bersyukur untuk anugerah pengampunan-Mu. Namun, lebih dari itu, aku rindu akan kasih karunia-Mu yang mengubahkan. Ubah hatiku menjadi bejana yang lembut yang siap menerima firman-Mu yang kudus, setiap hari, untuk hormat dan kemuliaan-Mu, Amin.
___

27 September 2014

27 September – Yosia Merendahkan Dirinya Dihadapan Allah (1)


Pergilah, mintalah petunjuk TUHAN bagiku, bagi yang masih tinggal di Israel dan di Yehuda tentang perkataan kitab yang ditemukan ini, sebab hebat kehangatan murka TUHAN yang dicurahkan kepada kita, oleh karena nenek moyang kita tidak memelihara firman TUHAN dengan berbuat tepat seperti yang tertulis dalam kitab ini! – 2 Tawarikh 34:21
 
Ketika Raja Nebukadnezar dan Raja Manasye merendahkan diri mereka di hadapan Allah, Tuhan mencurahkan kasih karunia-Nya yang ajaib kepada para raja-raja yang dahulu memberontak dan angkuh terhadap Allah. Tentunya tidak perlu harus memberontak terlebih dahulu baru mau merendahkan diri dan menerima kasih karunia dari Allah. Kebenaran ini diperlihatkan dalam kisah Raja Yosia yang merendahkan dirinya di hadapan Allah.

Yosia menjadi raja pada usia yang sangat muda. “Yosia berumur delapan tahun pada waktu ia menjadi raja” (2 Taw 34:1). Ketika ia masih remaja, ia sudah mulai mencari Tuhan. “Pada tahun kedelapan dari pemerintahannya, ketika ia masih muda belia, ia mulai mencari Allah Daud, bapa leluhurnya” (2 Taw 34:3a). Pencarian akan Tuhan membawa Yosia untuk melayani Tuhan dengan setia dan dengan berani menghancurkan segala bentuk berhala dalam wilayahnya. “Dan pada tahun kedua belas ia mulai mentahirkan Yehuda dan Yerusalem dari pada bukit-bukit pengorbanan, tiang-tiang berhala, patung-patung pahatan dan patung-patung tuangan. Mezbah-mezbah para Baal dirobohkan di hadapannya; ia menghancurkan pedupaan-pedupaan yang ada di atasnya” (2 Taw 34:3b-4).

Kemudian, ia memerintahkan agar Bait Suci diperbaiki. “Pada tahun kedelapan belas dari pemerintahannya, setelah selesai mentahirkan negeri dan rumah TUHAN, ia menyuruh Safan bin Azalya, dan Maaseya, penguasa kota, serta Yoah bin Yoahas, bendahara negara, untuk memperbaiki rumah TUHAN, Allahnya” (2 Taw 34:8). Di sana, mereka menemukan salinan dari Firnan Tuhan, yang sudah terbengkalai selama bertahun-tahun. “Maka berkatalah Hilkia kepada Safan, panitera negara itu: "Aku telah menemukan kitab Taurat di rumah TUHAN!" Mereka segera menyampaikan hal ini kepada Raja Yosia. “Segera sesudah raja mendengar perkataan Taurat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya.”

Tuhan memerintahkan agar pemimpin-pemimpin yang diangkat-Nya memerintah berdasarkan kebenaran Firman-Nya. “Apabila ia duduk di atas takhta kerajaan, maka haruslah ia menyuruh menulis baginya salinan hukum ini menurut kitab yang ada pada imam-imam orang Lewi. Itulah yang harus ada di sampingnya dan haruslah ia membacanya seumur hidupnya untuk belajar takut akan TUHAN, Allahnya, dengan berpegang pada segala isi hukum dan ketetapan ini untuk dilakukannya” (Ul 17:18-19). Yosia merendahkan dirinya dengan kesedihan yang mendalam karena menemukan bahwa firman Tuhan sudah diabaikan dan hal tersebut akan membawa akibat yaitu penghukuman. “Sebab hebat kehangatan murka TUHAN yang dicurahkan kepada kita, oleh karena nenek moyang kita tidak memelihara firman TUHAN dengan berbuat tepat seperti yang tertulis dalam kitab ini.”

Ya Allah, hatiku sedih mengingat bagaimana Firman-Mu sering diabaikan. Pada umumnya, para pemimpin tidak suka membaca firman. Banyak pemimpin gereja juga tidak sungguh-sungguh melakukannya. Aku juga sering tidak sungguh-sungguh memperhatikannya. Biarlah aku menjadi Yosia di tengah-tengah hari-hari yang jahat ini, Amin.
___

26 September 2014

26 September – Manasye Merendahkan Dirinya Dihadapan Allah

Dalam keadaan yang terdesak ini, ia berusaha melunakkan hati TUHAN, Allahnya; ia sangat merendahkan diri di hadapan Allah nenek moyangnya, dan berdoa kepada-Nya. Maka TUHAN mengabulkan doanya, dan mendengarkan permohonannya. Ia membawanya kembali ke Yerusalem dan memulihkan kedudukannya sebagai raja. Dan Manasye mengakui, bahwa TUHAN itu Allah. – 2 Tawarikh 33:12-13

Keangkuhan dan pemberontakan Raja Manasye terhadap Tuhan sangatlah luar biasa. Ia melakukan  tindakan-tindakan yang keji di hadapan Tuhan. Manasye “mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban dalam api di Lebak Ben-Hinom; ia melakukan ramal, telaah dan sihir, dan menghubungi para pemanggil arwah dan para pemanggil roh peramal” (2 Taw 33:6). Namun demikian, ketika ia merendahkan dirinya dihadapan Allah, Tuhan mencurahkan kasih karunia-Nya kepada Manasye.

Ketika manusia merendahkan diri di hadapan Allah, pemulihan rohani yang radikal akan dialami. Sekilas, kekejian yang dilakukan oleh Manasye sepertinya menutup jalan pemulihan. Namun, Alkitab penuh dengan pernyataan dan kesaksian dari kasih karunia Tuhan sebagai jawaban terhadap mereka yang dengan rendah hati berseru kepada-Nya. Tuhan justru meminta kita untuk berseru kepada Dia di tengah-tengah situasi yang sulit. “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku” (Mzm 50:15). Bahkan ketika kesulitan tersebut adalah ditangkap dalam pembuangan akibat memberontak kepada Allah, Tuhan tetap berjanji untuk mendengar dan menolong. “Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang kamu” (Yer 29:12-14).

Inilah kemurahan hati Allah kepada orang yang rendah hati. Tidak heran jika Allah mau melimpahkan kasih karunia bahkan terhadap orang yang angkuh dan melawan Dia seperti Manasye. “Dalam keadaan yang terdesak ini, ia berusaha melunakkan hati TUHAN, Allahnya; ia sangat merendahkan diri di hadapan Allah nenek moyangnya, dan berdoa kepada-Nya. Maka TUHAN mengabulkan doanya, dan mendengarkan permohonannya. Ia membawanya kembali ke Yerusalem dan memulihkan kedudukannya sebagai raja.” Ini bukanlah sekedar sikap merendah yang biasa. Ditengah-tengah penderitaannya yang memalukan, ia dilanda oleh kerendahan hati. Ia memohon kepada Tuhan untuk menolong dia. Tuhan memulihkan dia. Namun, hasil yang paling indah dari karya kasih karunia Allah ini adalah sebuah kesadaran yang ditanah di dalam hati Manasye. “Dan Manasye mengakui, bahwa TUHAN itu Allah.”

Ya Tuhan yang penuh kasih, aku begitu dikuatkan ketika melihat hati-Mu terhadap kerendahan hati yang tulus. Sering kali, aku mengira bahwa aku sudah tidak mungkin Engkau pulihkan lagi. Banyak aspek hidupku yang memerlukan sentuhan pemulihan-Mu. Sekarang aku merendahkan diriku di hadapan-Mu, dan biarlah Engkau mencurahkan kasih karunia-Mu dengan melimpah-limpah, Amin.
___