30 November 2014

30 November – Sifat Kasih Karunia Allah Yang Kelihatan

Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan. Maka sampailah kabar tentang mereka itu kepada jemaat di Yerusalem, lalu jemaat itu mengutus Barnabas ke Antiokhia. Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. – Kisah Para Rasul 11:21-23

Pada dasarnya, kasih karunia Allah bekerja di dalam hati manusia. “Sebab yang baik ialah, bahwa hati kamu diperkuat dengan kasih karunia” (Ibr 13:9). Namun, setiap saat kasih karunia bekerja di dalam kehidupan seseorang, akan muncul tanda-tanda yang kelihatan: “Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah.” Kalimat ini yang akan menjadi bahan renungan kita mengenai sifat kasih karunia Allah yang kelihatan.

Setelah Stefanus dirajam batu oleh pemimpin-pemimpin agama Yahudi, penganiayaan terhadap orang percaya semakin meningkat. Namun Tuhan justru menggunakan kesulitan ini untuk semakin memperluas pemberitaan Injil. “Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja” (Kis 11:19). Sementara yang lain mulai menjangkau orang-orang dengan latar belakang Yunani. “Akan tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan” (Kis 11:20). Tuhan memakai mereka untuk menyentuh banyak jiwa. “Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan.” Kabar mengenai tuaian rohani ini sampai ke Yerusalem. “Maka sampailah kabar tentang mereka itu kepada jemaat di Yerusalem, lalu jemaat itu mengutus Barnabas ke Antiokhia.” Jadi, Barnabas pergi ke Antiokia, di mana gereja besar pertama dari orang bukan Yahudi sedang dilahirkan. Ketika ia tiba, apa yang tidak nampak menjadi kelihatan: “Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah.” Sangat jelas bagi Barnabas bahwa kasih karunia Tuhan sedang bekerja.

Apa yang Barnabas lihat pastilah serupa dengan fenomena rohani yang sedang terjadi di Kolose. Ketika injil diterima di sana, banyak jiwa yang mengalami perubahan: “Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil, yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya” (Kol 1:5-6). Di Kolose, karya batiniah kasih karunia Allah menghasilkan akibat lahiriah yaitu buah-buah rohani. Ketika Barnabas menyaksikan hal ini di Antiokia, “bersukacitalah ia.”

Ya Allah, aku memuji Engkau untuk kasih karunia-Mu yang sudah memberikan hati yang baru bagiku. Sekarang aku mohon agar kasih karunia-Mu berkarya lebih lagi dalam hati ku. Aku berdoa agar semua orang yang memperhatikan hidupku melihat bukti kasih karunia yang nyata. Biarlah hal tersebut membawa sukacita bagi mereka dan memuliakan Engkau, Amin.
___    

29 November 2014

29 November – Teladan Yesus Dalam Hal Kasih Karunia Yang Membentuk Perkataan Kita

Engkau yang terelok di antara anak-anak manusia, kemurahan tercurah pada bibirmu, sebab itu Allah telah memberkati engkau untuk selama-lamanya. – Mazmur 45:3
Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang. – Kolose 4:6

Dalam dua renungan kita sebelumnya, kita melihat bagaimana Yesus menjadi contoh dari dua hal. Pertama, Ia memberikan teladan bahwa penderitaan mempersiapkan kita untuk menerima kelimpahan kasih karunia Allah di dalam hidup kita. Kedua, Ia memberikan contoh mengenai hubungan antara kasih karunia Allah dan pertumbuhan kerohanian kita. Sekarang kita akan melihat teladan Yesus mengenai kasih karunia bagi perkataan kita.

Beberapa abad sebelum Yesus datang ke dunia ini, pemazmur menubuatkan kata-kata kasih karunia yang akan mengalir dari Yesus sang Mesias. “Engkau yang terelok di antara anak-anak manusia, kemurahan tercurah pada bibirmu.” Kasih karunia Allah yang menuntun kata-kata yang keluar dari mulut Yesus, membuat perkataan-Nya lebih mulia dari pada orang-orang yang lain. Mereka yang mendengar Dia ketika Ia melayani di bumi bersaksi mengenai kebenaran itu. “Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya” (Luk 4:22). Salah satu hal yang istimewa dari perkataan Yesus adalah adanya kuasa yang mengikuti perkataan-Nya. “Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa” (Luk 4:31-32). Pada satu titik dalam pelayanan-Nya, para pemimpin agama Yahudi memerintahkan pengawal Bait Suci untuk menangkap Yesus, tetapi mereka kembali tanpa hasil. “Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak membawa-Nya?" Jawab penjaga-penjaga itu: "Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!"” (Yoh 7:45-46).

Tuhan ingin agar kasih karunia yang sama ini menuntun perkataan kita. “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih.” Ketika dengan rendah hati kita mengizinkan Tuhan untuk membanjiri perkataan kita dengan kasih karunia-Nya, kata-kata kita akan dipengaruhi secara ilahi, tidak hambar. Kasih karunia-Nya juga akan memberikan hikmat ilahi kepada perkataan kita: “sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.” Artinya perkataan kita akan membangun dan memberkati orang lain, karena adanya aliran kasih karunia ke dalam hidup mereka. “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia” (Ef 4:29).

Tuhan Yesus, aku ingin berkata-kata seperti Engkau berkata-kata – penuh dengan kasih karunia Allah. Ampuni aku untuk banyak perkataanku yang keluar dari hikmat manusia dan kepentingan diri sendiri. Dengan rendah hati aku mohon agar Engkau menuntun perkataanku dengan kebenaran sorgawi dan kebijaksaan ilahi. Aku rindu untuk membimbing dan memberkati orang lain dengan kasih karunia. Di dalam nama-Mu yang kudus, Amin.
___    

28 November 2014

28 November – Teladan Yesus Dalam Hal Kasih Karunia Yang Membentuk Hidup Kita

Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. – Lukas 2:40
Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. – Lukas 2:52

Dalam renungan kita yang sebelumnya, kita melihat bagaimana penderitaan mempersiapkan kita untuk menerima karya kasih karunia Allah di dalam hidup kita. Yesus menjadi teladan utama dari kebenaran tersebut. Dalam ayat renungan kita hari ini, kita melihat Yesus sebagai contoh dari kasih karunia yang membentuk hidup kita sepenuhnya.

Ketika Anak Allah datang ke dunia sebagai manusia, Ia menanggalkan kealahan-Nya: “Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Flp 2:6-7). Yesus bertumbuh selayaknya seorang manusia biasa (namun, Ia tidak berdosa). “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat.” Kekuatan rohani Yesus semakin bertumbuh, hal ini juga yang Allah inginkan dari kita. “Dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar” (Kol 1:11). Hikmat Allah Bapa mulai masuk ke dalam hidup-Nya, demikian pula Ia rindu agar hal tersebut terjadi dalam hidup kita: “Supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar” (Kol 1:9). Ketika Yesus berumur dua belas tahun, kedewasaan rohani-Nya sudah tampak, ketika ia berdiskusi dengan para pemuka agama Israel. Orang tuanya “menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya” (Luk 2:46-47).

Yesus terus bertumbuh dalam kedewasaan rohani, menyenangkan Bapa-Nya di Sorga dan memberikan dampak kepada orang-orang disekitar-Nya. “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat 17:5). “Waktu pesta itu sedang berlangsung, Yesus masuk ke Bait Allah lalu mengajar di situ. Maka heranlah orang-orang Yahudi dan berkata: "Bagaimanakah orang ini mempunyai pengetahuan demikian tanpa belajar!"” (Yoh 7:14-15). Tuhan ingin perjalanan kita bersama dengan Dia dan kesaksian kita di hadapan orang lain mengalami pertumbuhan, sama seperti kehidupan Yesus. “Hiduplah sebagai anak-anak terang… dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan” (Ef 5:8, 10).  “Supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Flp 2:15).

Dalam kehidupan Yesus, kemajuan ilahi ini dimungkinkan karena karya kasih karunia Allah: “Dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.” Demikian juga untuk kehidupan kita.

Ya Allah sumber segala kasih karunia, bekerjalah di dalam hidup ku, sama seperti Engkau bekerja di dalam Anak-Mu, Yesus. Kuatkan aku secara rohani dan penuhi aku dengan hikmat-Mu. Eratkan perjalanan hidupku bersama Engkau dan kuatkanlah dampak rohani ku kepada orang lain, untuk perkenanan dan kemuliaan-Mu, Amin.
___    

27 November 2014

27 November – Penderitaan Yang Mempersiapkan Kita Untuk Menerima Kasih Karunia

Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. – 1 Petrus 5:10

Dalam renungan kita sebelumnya, kita melihat bahwa “Allah sumber segala kasih karunia” ingin membangun kehidupan rohani kita. Ia ingin menggunakan kelimpahan kasih karunia-Nya untuk “melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan” kita. Sekarang, kita akan melihat sisi penderitaan yang walaupun tidak disukai, tetapi berguna agar kita dapat menerima karya kasih karunia-Nya.

Penderitaan seringkali menjadi penghubung antara karya yang Allah ingin kerjakan di dalam kita, dan kelimpahan kasih karunia yang Ia gunakan untuk mengerjakan karya tersebut: “sesudah kamu menderita seketika lamanya.” Sebagai Anak Allah yang sempurna dan tidak berdosa, Yesus belajar melalui penderitaan. “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya” (Ibr 5:8). Ia mengalami penderitaan yang terjadi karena taat kepada Tuhan ditengah-tengah dunia yang sudah jatuh dan berdosa. Ia adalah teladan yang baik dari kesalehan dan kita diciptakan untuk mengikuti Dia. “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (1 Pet 2:21). Jika kita mau berjalan dalam kesalehan, kita akan mengalami penderitaan. “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2 Tim 3:12). Ujian dan penderitaan tersebut adalah hal yang wajar dan ada tujuannya. “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu” (1 Pet 4:12). Ujian yang menyakitkan sepertinya sesuatu yang mengherankan, tetapi akan datang untuk menguji dan melatih iman kita.

Tuhan mengasihi orang yang rendah hati. Ujian dan penderitaan akan membuat kita rendah hati dan mendorong kita untuk berseru kepada Tuhan agar melimpahkan kasih karunia-Nya. Hubungan langsung antara penderitaan dan kasih karunia dapat kita lihat dalam ujian yang dialami oleh Rasul Paulus. “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku” (2 Kor 12:7-8). Penderitaan yang Paulus alami membuat ia dengan segenap hati berseru kepada Tuhan agar turun tangan. Tuhan menjawab dengan kasih karunia-Nya. “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku” (2 Kor 12:9). Paulus tidak menerima kesembuhan yang ia minta. Tetapi, Ia mendapatkan kasih karunia Tuhan yang memelihara dia dalam masa penderitaan-Nya. Melalui kasih karunia-Nya, Tuhan mengubah hati Paulus, bukan mengubah kondisinya.

Tuhan sumber segala kasih karunia, jadikan aku rela untuk mengalami penderitaan yang diperlukan untuk mempersiapkan hatiku bagi karya transformasi kasih karunia-Mu. Pada saat aku mengalami ujian dan penderitaan, ingatkan aku akan karya yang sedang Engkau kerjakan di dalam aku, Amin.
___    

Ayo Baca Alkitab: 27 November - Surat Roma (4)

26 November 2014

26 November – Allah Sumber Segala Kasih Karunia Membentuk Hidup Kita

Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu. – 1 Petrus 5:10

Kita telah melihat bagaimana kasih karunia Allah diberikan kepada kita dengan berlimpah-limpah.  Ungkapan tersebut membawa kita kepada renungan kita hari ini, yaitu “Allah sumber segala kasih karunia.” Allah yang benar dan yang hidup memiliki segala kasih karunia dan Ia ingin memberikan kasih karunia itu untuk membangun hidup kita. Salah satu tujuan dari kasih karunia adalah agar kita dapat tinggal selama-lamanya di dalam hadirat-Nya yang mulia. “Yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal.” Berkat tersebut menjadi milik kita melalui karya penyelamatan-Nya di kayu salib sebagai perantara kita. “Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggara yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama” (Ibr 9:15). Sementara kita menunggu kedatangan-Nya yang kedua kali, Ia ingin membangun kehidupan kita secara rohani untuk mempersiapkan kita selama kita hidup di bumi ini.

Salah satu bagian dari rencana-Nya adalah untuk menyempurnakan hidup kita. “Allah, sumber segala kasih karunia… melengkapi… kamu.” Hal ini berarti Allah melengkapi apa yang kurang dan menyiapkan kita untuk pelayanan. “Maka Allah damai sejahtera… kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya” (Ibr 13:20-21). “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus” (Ef 4:11-12).

Bagian lain dari rencana-Nya adalah meneguhkan kita. “Dan Allah, sumber segala kasih karunia…  meneguhkan… kamu.” Hal ini berarti Allah membuat perjalanan kita tidak goyah dan terus melangkah maju sesuai dengan tuntunan-Nya dalam hidup kita. Ungkapan ini digunakan untuk menjelaskan keteguhan Yesus ketika Ia harus menghadapi kematian, kebangkitan dan kenaikkan-Nya. “Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem” (Luk 9:51).

Bagian lain lagi dari rencana-Nya adalah untuk menguatkan hidup kita. “Dan Allah, sumber segala kasih karunia…  menguatkan… kamu.” Panggilan kita untuk melayani Allah memerlukan kekuatan yang tidak kita miliki sendiri. Tuhan ingin mengajar kita untuk menggunakan kekuatan-Nya yang dahsyat: “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu” (Ef 3:16).

Bagian berikutnya dari rencana-Nya adalah untuk mengokohkan kita. “Dan Allah, sumber segala kasih karunia…  mengokohkan… kamu.” Hal ini berarti semakin tertanam di dalam Dia: “Sehingga oleh imanmu… kamu berakar serta berdasar di dalam kasih” (Ef 3:17).

Ya Allah sumber segala kasih karunia, aku ingin untuk bisa bersama-Mu di dalam kemuliaan di Sorga nanti. Sementara itu, aku memohon agar Engkau membangun hidup rohaniku. Perlengkapi apa yang hilang, teguhkan langkahku, kuatkan batinku dan kokohkan aku di dalam kasih-Mu – semua oleh karena kasih karunia-Mu, Amin.
___    

Ayo Baca Alkitab: 26 November - Surat Roma (3)

25 November 2014

25 November – Kehidupan Yang Ditarik Oleh Kelimpahan Kasih Karunia Allah

Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang, sedangkan di dalam doa mereka, mereka juga merindukan kamu oleh karena kasih karunia Allah yang melimpah di atas kamu. – 2 Korintus 9:13-14

Gereja di Korintus menjadi gambaran yang sangat jelas mengenai apa yang kasih karunia Allah dapat lakukan terhadap kehidupan seseorang. Kasih karunia Allah bekerja dengan dahsyat diantara jemaat Korintus membuat orang percaya yang lainnya tertarik kepada kasih karunia Allah yang melimpah ini: “Mereka juga merindukan kamu oleh karena kasih karunia Allah yang melimpah di atas kamu.”

Surat pertama Paulus kepada mereka memperlihatkan bahwa jemaat di Korintus memiliki banyak masalah. Namun, suratnya yang kedua memperlihatkan bahwa mereka menanggapi karya penginsyafan dan pengubahan yang dilakukan oleh Roh Kudus. Saat gereja di Korintus bertumbuh dalam kesalehan, mereka menjadi orang-orang percaya yang penuh dengan kemurahan. Mereka belajar untuk membagi dengan penuh kemurahan segala berkat yang sudah Tuhan berikan kepada mereka. Proses ini juga dicontohkan oleh gereja-gereja di daerah Makedonia. “Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan” (2 Kor 8:1-2). Gereja-gereja di Makedonia terbeban untuk gereja-gereja di Yudea yang sedang mengalami kesulitan jasmani. Yang menjadi luar biasa adalah bahwa gereja-gereja Makedonia sebenarnya juga mengalami kesulitan yang sama (“Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan… meskipun mereka sangat miskin”). Penjelasan dari datangnya kemurahan gereja-gereja Makedonia ini adalah karya kasih karunia Allah. “Kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.” Kasih karunia Allah membangkitkan kepedulian dalam hati mereka dan juga kerelaan untuk membagikan harta mereka yang sebenarnya tidak seberapa jumlahnya.

Karya Allah yang sama terjadi juga di Korintus, dan hal tersebut memberikan dampak kepada orang-orang percaya di daerah-daerah lain. Ketika orang-orang Kristen melihat kasih karunia Allah bekerja di Korintus, mereka memuliakan Allah. “Mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang.” Ketika mereka berdoa untuk orang-orang percaya di Korintus, hati mereka ditarik dalam kerinduan akan jemaat di Korintus. “Sedangkan di dalam doa mereka, mereka juga merindukan kamu.” Ketika kasih karunia Allah diizinkan untuk bekerja di antara para pengikut Kristus, maka orang-orang percaya lainnya akan tergerak untuk mendoakan mereka juga, untuk bisa bersama-sama dengan mereka, untuk bersekutu dengan mereka. Mereka ingin merasakan dampak dari kelimpahan kasih karunia yang sudah mengubah dan memberkati hidup mereka.

Ya Allah yang berlimpah kasih karunia, aku bersyukur untuk kemurahan-Mu yang membagikan kekayaan kasih karunia-Mu kepadaku. Berikanlah kepadaku kemurhan hati terhadap sesamaku, oleh kasih karunia-Mu. Penuhilah hidupku dengan kelimpahan kasih karunia-Mu sehingga orang-orang disekitarku akan semakin tertarik kepada kasih karunia-Mu, Amin.
___    

Ayo Baca Alkitab: 25 November - Surat Roma (3)

24 November 2014

24 November – Kelimpahan Kasih Karunia Untuk Transformasi (3)

Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku-- aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus. – 1 Tim 1:12-14

Sebelum percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, Paulus mengatakan hal-hal yang jahat mengenai Yesus, menganiaya pengikut-pengikut-Nya dan meninggikan dirinya sendiri. “Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas.” Namun, Tuhan memanggil Paulus dari kehidupan agamawinya yang jahat dan membuatnya menjadi pelayan Tuhan yang setia dan berbuah. Kita akan melihat satu kali lagi bagaimana hal tersebut hanya dapat terjadi karena kelimpahan kasih karunia Allah.

Perubahan yang luar biasa ini dimulai dengan belas kasihan, hal yang diperlukan bersama-sama dengan kasih karunia. Belas kasihan Tuhan menahan hukuman yang selayaknya diterima akibat kejahatan kita. Kasih karunia Tuhan memberikan kepada kita berkat-berkat ilahi yang sebenarnya tidak layak kita terima. Tuhan berbelaskasihan kepada tindakan Paulus yang bebal dan tidak percaya. “Tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.” Pelayanan kasih karunia yang Tuhan berikan kepada Paulus, dan kepada kita orang percaya, adalah berdasarkan belas kasihan. “Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati” (2 Kor 4:1). Tuhan memilih Paulus untuk menjadi teladan dari kelimpahan kemurahan Tuhan. “Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal” (1 Tim 1:16).

Karya transformasi ini kemudian dilanjutkan dengan kasih karunia. “Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.” Kelimpahan kasih karunia ini akan memberikan dua berkat rohani, yaitu iman dan kasih, yang diperlukan untuk pelayanan Paulus. Dahulu Paulus adalah seorang yang mementingkan kegiatan agamawi dan pembenaran diri sendiri. Tuhan mengubah dia menjadi orang yang percaya. “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman"” (Rom 1:17). Dulu Paulus adalah seorang yang kejam dan suka menghakimi. Tuhan mengubah dia menjadi orang yang penuh kasih. “Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih” (Gal 5:6).

Ya Allah yang penuh dengan belas kasihan dan berlimpah dengan kasih karunia, aku memuji Engkau. Aku bersyukur untuk kemurahan-Mu dalam menahan penghukuman yang sebenarnya layak aku terima. Aku memuji Engkau karena kasih karunia-Mu memberikan kepadaku berkat-berkat yang luar biasa yang sebenarnya tidak layak aku terima. Biarlah oleh karena kasih karunia-Mu, Engkau mengerjakan iman dan kasih di dalam hatiku, supaya aku dapat melayani dan menghormati Engkau dengan lebih baik. Di dalam nama-Mu yang perkasa aku berdoa, Amin.
___    

Ayo Baca Alkitab: 24 November - Surat Roma (2)

23 November 2014

23 November – Kelimpahan Kasih Karunia Untuk Transformasi (2)

Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku-- aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus. – 1 Timotius 1:12-14

Oleh karena kasih karunia-Nya yang berlimpah, Tuhan Yesus mengubah Saulus dari Tarsus menjadi Rasul Paulus. Tuhan melakukan ini dengan menguatkan Paulus, membuat dia menjadi seseorang yang berdiri atas iman, dan mempercayakan Paulus dalam pelayanan. Saat kita melihat siapa Paulus sebelum ia diubahkan oleh Tuhan, kita akan melihat lebih banyak lagi kelimphanan kasih karunia yang tersedia untuk sebuah transformasi.

Sebelum ia menjadi pengikut Kristus, Paulus melakukan tindakan-tindakan yang menghujat Allah. “Aku yang tadinya seorang penghujat.” Dalam ketidak tahuannya Paulus adalah seorang agamawi yang fanatik, ia mengucapkan dan melakukan banyak hal yang menghina dan melawan Tuhan. “Bagaimanapun juga, aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret” (Kis 26:9). Salah satu dosa penghujatannya terjadi ketika ia mencoba untuk memaksa orang-orang Kristen untuk mengucapkan hal-hal yang jahat tentang Allah. “Aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya” (Kis 26:11).

Oleh karena itulah Paulus dengan keji menyiksa orang-orang yang percaya kepada Yesus Kritus. “Aku yang tadinya… seorang penganiaya.” Dengan agresif Paulus mencari dan mengejar mereka yang mengikut Yesus, dan memenjarakan mereka. “Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara” (Kis 8:3). Ia begitu membenci pengikut Yesus bahkan ia memiliki kuasa untuk mengejar orang Kristen yang tinggal di kota-kota di luar Israel. “Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem” (Kis 9:1-2).

Melihat tindakannya yang berani itu, tidak heran jika Paulus mengaku bahwa ia adalah orang yang angkuh sebelum ia menjadi orang percaya. “Aku yang tadinya… dan seorang ganas.” Keberhasilan agamawinya membawa Paulus menjadi orang yang sangat percaya diri akan kerohaniannya. “Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat” (Flp 3:4-6).

Walaupun demikian, semua ibadah agamawi ini dapat diubah oleh kasih karunia Allah yang melimpah. “Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku.”

Tuhan Yesus, betapa luar biasa kasih karunia-Mu. Firman-Mu menguatkan aku. Aku juga menyadari kegagalan-kegagalanku di masa lalu yang sudah Engkau ubah dengan kasih karunia-Mu yang melimpah. Biarlah Engkau senantiasa mengubah aku, Amin.
___    

Ayo Baca Alkitab: 23 November - Surat Roma (1)

22 November 2014

22 November – Kelimpahan Kasih Karunia Untuk Transformasi (1)

Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku... kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku. – 1 Timotius 1:12, 14

Kasih karunia Allah itu lebih “berlimpah-limpah” dibandingkan dengan dosa dan pelanggaran kita. Lebih “berlimpah-limpah” dari pada kelemahan kita. Lebih “berlimpah-limpah” dari pada yang dapat kita mengerti. Kasih karunia Tuhan itu lebih “berlimpah-limpah” untuk mengubah hidup kita secara radikal. Dalam sumber kekuatan Allah yang tak terbatas ini, ada kelimpahan kasih karunia untuk membuat sebuah transformasi. Rasul Paulus adalah kesaksian dari kasih karunia Allah yang mengubahkan ini. Tuhan membuat ia berubah dari seorang agamawi yang hidup dalam kesia-siaan menjadi seorang pelayan rohani.

Paulus sangat bersyukur untuk karya kasih karunia ini. “Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku.” Tuhanlah yang memanggil dan menempatkan kita dalam pelayanan. Oleh karena itu, untuk setiap pelayanan yang kita lakukan, kita harus bersyukur kepada Tuhan. Paulus tahu bahwa pelayanannya didasari oleh kehendak Allah, bukan kehendak manusia. “Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa” (Gal 1:1). Orang lain dapat mengerti dan meneguhkan panggilan dari Allah. “Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat” (Gal 2:9). Namun, penetapan panggilan kita datang dari Allah. “Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru” (2 Tim 1:11). Tidak seperti kebanyakan dari kita, Paulus diberitahu mengenai panggilannya sejak awal hidupnya sebagai orang percaya. “Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti” (Kis 26:16). Panggilan ini merupakan panggilan dari Allah dan kepada Allah: “Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu” (Kol 1:25). “Memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu” (Ef 3:2).

Untuk menempatkan Paulus sebagai pelayan-Nya, Tuhan sendiri harus melakukan tindakan untuk meluruskan perilaku Paulus dan menjadikannya orang yang setia. “Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia.” Kasih karunia Allah adalah sumber yang melimpah-limpah yang dapat melakukan transformasi bagi pelayanan kita. kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku.”

Tuhan, aku tahu bahwa firman-Mu mengajarkan bahwa semua anak-anak-Mu dipanggil untuk melayani. Kerjakanlah kasih karunia-Mu di dalam hatiku, mengajar aku, membangun imanku, meneguhkan panggilanku. Aku ingin menjadi pelayan-pelayan-Mu yang setia, sesuai dengan kasih karunia-Mu yang melimpah-limpah, Amin.
___    

21 November 2014

21 November – Di Mana Dosa Bertambah Banyak, Kasih Karunia Menjadi Berlimpah-Limpah

Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. – Roma 5:20-21

Dosa dapat melanda hidup manusia sehingga seolah-olah tidak ada harapan lagi. Namun, alkitab dengan tegas menyatakan bahwa kasih karunia Allah lebih besar dari pada dosa manusia yang paling besar sekalipun. Bahkan ketika dosa bertambah banyak, pada akhirnya kasih karunia akan lebih melimpah-limpah.

Tuhan menggunakan hukum Taurat-Nya untuk mengajarkan kepada kita mengenai dosa dan kebutuhan kita akan kasih karunia-Nya. “Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak.” Hukum Taurat memicu pemberontakan dalam hati manusia, menimbulkan keinginan-keinginan dari dalam hati mereka. “Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut” (Rom 7:5). “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!"” (Rom 7:7).  Hukum Taurat juga membuat kita sadar akan sifat dosa mengerikan: “Oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa” (Rom 7:13). Bagian yang mengerikan dari dosa adalah maut. “Dosa berkuasa dalam alam maut.” Dosa mengakibatkan kematian rohani. “Sebab upah dosa ialah maut” (Rom 6:23). Ketika dosa diabaikan, maka ia akan menguasai hidup ini dan membawa lebih banyak lagi tanda-tanda dari kematian rohani, seperti: kebencian, mementingkan diri sendiri, kekejian, kekosongan, keputusasaan dan sebagainya. Seolah-olah gelombang besar dosa melanda hidup manusia, mengikat mereka, membuat mereka kehilangan pengharapan. Namun, selalu ada harapan di dalam kasih karunia Allah. “Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.” Tidak peduli seberapa tinggi gelombang dosa yang melanda, gelombang kasih karunia Allah akan menerpa dengan lebih tinggi.

Kasih karunia tidak hanya untuk mengampuni dosa, kasih karunia juga dapat memimpin manusia agar hidup dalam kesalehan. “Seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal.” Dulu dosa yang memimpin hidup kita, mengakibatkan kematian rohani. Sekarang, jika kasih karunia diizinkan untuk memimpin hidup kita, maka kebenaran akan nyata dalam kehidupan kita dari hari ke hari, misalnya: kasih, tidak memetingkan diri sendiri, kebaikan, kelimpahan, pengharapan dan sebagainya. Semua ini adalah aspek kualitas dari hidup kekal yang datang dari kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus: “Demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”

Ya Allah, betapa besar dorongan yang diberikan oleh firman-Mu ini. Gelombang dosa masa lalu dalam hidupku, dapat diatasi oleh gelombang kasih karunia-Mu yang lebih besar. Penuhilah hidupku dengan gelombang-gelombang kasih karunia, yang menghasilkan kebenaran dalam hidupku. Tolong aku agar dapat memperlihatkan pengharapan besar ini kepada orang lain, Amin.
___    

20 November 2014

20 November – Berkuasa Dalam Hidup Oleh Karena Kelimpahan Kasih Karunia

Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. – Roma 5:17

Masalah yang dihadapi manusia adalah karena dosa. Jalan keluar Allah adalah dengan persekutuan yang baru dalam Yesus Kristus. Seperti kita sudah lihat, hidup seluruh umat manusia dikuasai oleh penguasa kejam yang bernama maut, yang masuk lewat Adam. “Oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu.” Namun, ketika manusia terhubung dengan Yesus melalui iman, mereka dapat belajar untuk berkuasa atas hidup oleh “kelimpahan kasih karunia” Allah.

Perhatikan bahwa jalan keluar Allah bagi mereka yang dikuasai maut ada dua: “mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa.” Setiap orang Kristen sudah menerima dan berdiri dalam anugerah kebenaran sejak hari mereka dibenarkan melalui iman kepada Allah. Inilah satu-satunya jalan agar orang dapat diterima oleh Allah yang kudus dan yang benar. Namun, menerima anugerah pembenaran yang luar biasa ini, tidak serta merta berarti hidup orang tersebut senantiasa dipenuhi dengan kemenangan rohani. Banyak orang Kristen yang sudah menerima anugerah kebenaran, tidak berjalan dalam kemenangan dalam hidup mereka setiap hari. Alasan dari tidak adanya kemenangan rohani ini berkaitan dengan aspek yang lain dari “kelimpahan kasih karunia.”

Kebanyakan orang Kristen tidak hidup dalam kasih karunia Allah. Mereka lebih cenderung untuk meraih kemenangan dengan berusaha sebaik-baiknya dengan kekuatan mereka sendiri. Mereka berharap untuk mengalami kemenangan satu per satu. Hal ini akan selalu terbukti tidak memadai, karena kemenangan harus diberikan oleh Tuhan. “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Kor 15:57). “Memberi dan menerima” adalah bahasa kasih karunia, yang mengandalkan karya Allah. “Berusaha dan meraih” adalah bahasa hukum Taurat, yang mengandalkan usaha manusia.

Yesus menyelamatkan manusia dengan dipenuhi oleh kasih karunia Allah. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:14). Sekarang, bagi mereka yang sudah diampuni oleh kasih karunia, ada hidup berkemenangan yang tersedia dengan hidup mengandalkan “kelimpahan kasih karunia” Allah, yang tersedia lewat persekutuan kita dengan Yesus Kristus. “Maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.”

Ya Bapa, aku menyadari bahwa kasih karunia-Mu adalah sumber kuasa untuk hidup sebagai pemenang seperti Kristus, berkuasa atas kehidupan ini. Aku merendahkan diri di hadapan-Mu, mengakui kebutuhanku yang mendalam akan kasih karunia-Mu. Aku datang kepada-Mu dalam iman, dan memuji Engkau untuk kelimpahan kasih karunia yang tersedia bagiku untuk hidup berkemenangan, Amin.
___    

19 November 2014

19 November – Kelimpahan Kasih Karunia Allah

Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. – Roma 5:17

Dalam ayat renungan kita hari ini, kasih karunia Allah dihubungkan dengan ungkapan “kelimpahan.” Sebuah penjelasan yang agung bagi kasih karunia-Nya – “kelimpahan kasih karunia” Allah! Kasih karunia Allah lebih melimpah dari pada pengampunan. Lebih melimpah dari pada kelahiran baru. Lebih melimpah dari pada apa dapat yang kita mengerti. Lebih melimpah dari pada apa yang sudah kita alami. “Kelimpahan kasih karunia” Allah lebih dari cukup untuk mengatasi akibat dosa yang menghancurkan keturunan Adam.

Akibat dosa, umat manusia memulai keberadaannya dalam posisi terpisah dari Allah. Mereka “sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa” (Ef 2:1). Lebih dari itu, pengalaman hidup setiap manusia akan dipengaruhi oleh dampak buruk dosa. Mementingkan diri sendiri, ketidakjujuran, kekejian, ketakutan, ketidaksetiaan, penipuan dan sebagainya, dapat membuat seseorang terikat, tak berdaya dan kalah. Kehancuran ini datang dari kuasa maut: “Oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu.” Ketika Adam jatuh dalam dosa dan pemberontakan, musuh jiwa manusia mendapatkan jalan masuk ke dalam hidup Adam dan keturunannya. Penguasa yang kejam ini memerintah atas semua orang yang menjadi keturunan Adam melalui kelahiran secara alamiah, yang belum menjadi anak Allah lewat kelahiran secara rohani. Yesus mengajarkan bahwa tujuan satu-satunya dari musuh kita: “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan” (Yoh 10:10).

Jalan keluar yang Allah sediakan untuk menyelamatkan kita dari kuasa maut adalah: “yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.” Pertama-tama, “anugerah kebenaran” akan membuat kita layak untuk berada di sorga, di hadapan Allah yang kudus dan benar. “Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan” (Rom 3:21). “Kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya” (Rom 3:22). Berikutnya, “kelimpahan kasih karunia” akan memberikan kekuatan rohani yang diperlukan untuk pertumbuhan rohani. Kedua berkat yang luar biasa ini, “kelimpahan kasih karunia” dan “anugerah kebenaran” adalah miliki kita karena iman kita kepada Yesus Kristus: “Oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.”

Allah Bapa, aku sadar bahwa kasih karunia-Mu jauh lebih melimpah dari pada apa yang dapat aku bayangkan. Aku juga sadar bahwa anugerah tersebut sangat cukup untuk mengurangi efek dari dosa yang sudah berdampak dalam hidupku. Dengan segala kerendahan hati aku menantikan Engkau untuk memberikan kepadaku kelimpahan kasih karunia, agar aku dapat mulai berjalan dalam kemenangan, melalui Kristus, Amin.
___    

18 November 2014

18 November – Tuhan Menyempurnakan Pekerjaan Iman Kita Dengan Kekuatan-Nya

Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu, sehingga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus. – 2 Tes 1:11-12

Ayat-ayat renungan kita hari ini memberikan kepada kita kesempatan untuk merenungkan kembali topik yang sudah kita bahas sebelumnya dari kitab Ibrani. Kita sudah membahas bagaimana akibat-akibat dari berjalan dalam iman. Hal-hal yang baik yang terjadi dalam hidup para hamba-hamba Tuhan tersebut adalah hasil dari penyempurnaan iman dengan kuasa-Nya.

Ayat-ayat tersebut didahului dengan doa syafaat dari Rasul Paulus kepada jemaat Tesalonika. “Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu.” Kalimat berikutnya mengingatkan kita apa yang harus didoakan: “Supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya.” Tuhan menganggap kita layak untuk menjadi anak-anak-Nya dan hamba-hamba-Nya berdasarkan iman kita, bukan usaha kita: “Bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan” (Flp 3:9). Kalimat berikutnya memperlihatkan bahwa iman yang sejati kepada Allah akan menghasilkan tindakan yang sesuai. “Dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu.” Tuhan ingin agar kita mendapatkan hal-hal yang baik yang Ia inginkan terjadi dalam hidup kita. Tentunya Ia ingin agar kita hidup dalam kesalehan. Ia melakukan hal ini dengan menyempurnakan pekerjaan iman kita dengan kuasa.

Pada saat kita percaya kepada Allah, segala pekerjaan-Nya yang mulia dinyatakan di dalam dan melalui hidup kita dengan kuasa-Nya. “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita” (Ef 3:20). “Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku” (Kol 1:29). Inilah yang terjadi dalam hidup hamba-hamba Tuhan yang kita lihat dalam kitab Ibrani. Mereka semua percaya kepada Allah: “Karena iman, maka Nuh… Karena iman Abraham… Karena iman Sara …” (Ibr 11:7-11). Allah yang mereka andalkan bekerja dengan luar biasa di dalam mereka, melalui kasih karunia-Nya yang agung: “Menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.” Inilah yang memberikan kemulian kepada Allah, dan inilah yang akan memberikan kemuliaan kepada kita di Sorga nanti: “sehingga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia.”

Ya Allah yang maha kuasa, sempurnakanlah pekerjaan iman-ku dengan kuasa-Mu. Aku mengandalkan Engkau untuk kasih karunia yang aku perlukan agar dapat hidup dalam kesalehan dan senantiasa memuliakan nama-Mu sepanjang hidupku. Aku menanti-nantikan saatnya hidup bersama Engkau selamanya dalam kemuliaan sorgawi nanti, Amin.
___    

17 November 2014

17 November – Merenungkan Kembali Akibat Yang Luar Biasa Dari Berjalan Dalam Iman

Karena iman, maka Nuh… Karena iman Abraham… Karena iman Sara… Karena iman maka Musa… Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu… Daud dan Samuel dan para nabi yang karena iman… Orang-orang lain… Ada pula yang…. Iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. – Ibrani 11:7-39

Tuhan menghendaki agar kita hidup oleh kasih karunia-Nya. “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2 Pet 3:18). Oleh karena itu, kita harus berjalan dengan iman, karena iman merupakan jalan masuk kepada kasih karunia. “Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini” (Rom 5:2). Melalui serangkaian renungan, kita sudah melihat akibat yang luas dari berjalan dalam iman. Dengan merenungkan kembali betapa luas dan beragamnya akibat-akibat ini dapat memberikan kepada kita peneguhan dan pembelajaran.
“Karena iman, maka Nuh” mengerjakan sebuah tugas yang luar biasa, yaitu membangun sebuah bahtera. Hal tersebut dilakukan sebagai persiapan untuk menghadapi suatu peristiwa yang belum pernah dialami yaitu air bah. “Karena iman Abraham” dengan taat meninggalkan tanah airnya untuk pergi ke sebuah tempat yang belum jelas. Ia juga mengandalkan Allah untuk melakukan segala pekerjaan besar yang Ia sudah janjikan. “Karena iman Sara” pada masa tuanya, dengan ajaib melahirkan anak sebagai penggenapan rencana Allah. Kemudian, oleh iman, Abraham membaringkan anaknya di meja persembahan untuk Allah. Dalam semuanya itu, ia hidup sebagai pengembara yang sedang menuju rumah yang kekal di sorga.

“Karena iman maka Musa” melepaskan kehormatan dan kesenangan dunia ini agar dapat dipakai Allah untuk memimpin umat-Nya keluar dari perbudakan. “Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu” menolong bangsa Israel, percaya kepada Allah yang benar dan yang hidup, dan dilindungi dari penghukuman atas kota Yerikho. “Daud dan Samuel dan para nabi yang karena iman” menaklukan kerajaan-kerajaan, tumbuh dalam kesalehan, mengalami penggenapan janji Tuhan, dilindungi di dalam gua singa, bertahan di dalam api perapian, diluputkan dari kematian oleh pedang, mendapatkan kekuatan Allah disaat kelemahan, menemukan keberanian dalam medan pertempuran, membuat musuh lari dan menyaksikan bangkitnya orang-orang yang sudah mati.

“Orang-orang lain” karena iman harus mengalami penyiksaan. “Ada pula yang” mengalami penghinaan, aniaya, diikat, dipenjarakan, dilempari batu, mutilasi, kemiskinan, kelaparan. “Iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik.”
Melalui kesaksian-kesaksian ini, Tuhan memperlihatkan kepada kita betapa tidak terbatasnya pengaruh dari kasih karunia-Nya di dalam hidup ktia. Melalui teladan-teladan ini, Tuhan menguatkan kita untuk percaya kepada Dia yang bekerja dengan lengkap bagi kita, seperti Ia sudah melakukannya kepada orang-orang lain.

Tuhan sumber kasih karunia, hatiku tergerak saat aku merenungkan betapa luasnya dampak karya kasih karunia-Mu di dalam hidup mereka yang mengandalkan Engkau. Aku memohon agar Engkau membuat hidupku sebagai kesaksian yang hidup dari kasih karunia-Mu yang melimpah-limpah. Dalam nama Yesus Kristus, Tuhanku, Amin.
___    

16 November 2014

16 November – Akibat 'Yang Tidak Biasa' Dari Menerima Kasih Karunia Melalui Iman

Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan. – Ibrani 11:36-37

Sangat sering, ketika orang-orang mengandalkan Allah untuk mengerjakan kasih karunia-Nya dalam hidup mereka, mereka mengharapkan berbagai berkat yang membawa sukacita seperti tercatat dalam kesaksian-kesaksian yang sudah kita bahas sebelumnya. Hamba-hamba Tuhan tersebut “menaklukan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat, mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan, telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing” (Ibr 11:33-34). Namun, sebagian lagi mengalami akibat yang “tidak biasa” dari menerima kasih karunia melalui iman. Mereka harus tetap percaya kepada Allah ketika berkat-berkat tersebut tidak terjadi. Mereka harus tetap percaya kepada Allah untuk memelihara mereka melalui masalah-masalah hidup yang besar.

Beberapa harus bertahan dalam iman saat mereka “diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan.” Nabi Yeremia menjadi contoh dari hal ini. “Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku” (Yer 20:7). “Para pemuka ini menjadi marah kepada Yeremia; mereka memukul dia dan memasukkannya ke dalam rumah tahanan” (Yer 37:15). Beberapa “dilempari.” Zakharia dibunuh dengan cara ini karena menyampaikan peringatan dari Allah. “Tetapi mereka mengadakan persepakatan terhadap dia, dan atas perintah raja mereka melontari dia dengan batu di pelataran rumah TUHAN” (2 Taw 24:21). Ada yang “digergaji.” Tradisi orang Yahudi menyebutkan bahwa Nabi Yesaya dibunuh dengan cara yang keji ini. Ada pula yang “dibunuh dengan pedang.” Raja Saul memerintahkan imam-imam Tuhan yang memihak Daud untuk dibunuh dengan cara ini. “Lalu berkatalah raja kepada Doeg: "Majulah engkau dan paranglah para imam itu." Maka majulah Doeg, orang Edom itu, lalu memarang para imam itu. Ia membunuh pada hari itu delapan puluh lima orang, yang memakai baju efod dari kain lenan” (1 Sam 22:18). Yang lainnya mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan.” Dengan iman, hamba-hamba Tuhan ini harus mengalami pengembaraan, kemiskinan, tekanan dan siksaan.

Mereka semua yang hidup dalam iman, adalah peringatan bagi kita bahwa ujian, penderitaan dan situasi yang sepertinya mustahil bukanlah selalu berarti tanda bahwa mereka tidak percaya kepada Allah. Sering kali, tantangan-tantangan ini memiliki makna bahwa mereka diberikan kesempatan untuk dengan rendah hati, sepenuhnya mengandalkan kasih karunia Allah lewat cara yang harus mereka alami atau supaya menjadi contoh bagi yang lain.


Ya Allah, berikanlah aku kebijaksanaan untuk mengenali, serta kasih karunia untuk bertahan terhadap hinaan, siksaan, kesakitan ataupun kemiskinan, sebagai jawaban-Mu atas doaku. Di dalam nama Yesus Kristus, Amin.
___    

15 November 2014

15 November – Akibat Kontras Dari Menerima Kasih Karunia Melalui Iman

Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. – Ibrani 11:35

Ayat ini menjadi ayat jembatan antara berkat yang kita nikmati karena percaya kepada Allah, dengan kesulitan yang harus dialami karena mengandalkan Allah. Di sini kita melihat akibat yang sangat kontras dari menerima kasih karunia melalui iman. Dengan mudah kita dapat mengerti akan berkat-berkat yang ada. Namun kita tidak terbiasa untuk mengerti bahwa ada kesulitan-kesulitan akibat menerima kasih karunia melalui iman.

Bahkan berkat kebangkitan kembali dari orang-orang yang dikasihi bukanlah hal yang mengejutkan dalam sejarah umat Allah, karena kita melayani Allah yang berkuasa membangkitkan. Elia mengerti kebenaran ini. Oleh karena itulah ia tidak ragu ketika Allah menginginkan agar ia menjadi sarana untuk melakukan mujizat kebangkitan. Mujizat ini terjadi di rumah seorang janda yang menyediakan makanan bagi Elia. “Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi” (1 Raj 17:17). Janda yang beriman ini sangat tertekan dan terkejut. “Kata perempuan itu kepada Elia: "Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?"” (1 Raj 17:18). Dalam situasi seperti ini, biasanya doa dinaikkan untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan. Namun, Elia dipimpin untuk berseru bagi anak itu. “Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya” (1 Raj 17:21). Tuhan meneguhkan bahwa seruan tersebut sesuai dengan kehendak-Nya dengan membangkitkan anak itu. “TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali” (1 Raj 17:22).

Berkat mujizat terjadi karena iman kepada Allah. Namun, iman kepada Allah tidak selalu menghasilkan berkat-berkat yang demikian yang sementara, seperti yang dicatat oleh ayat renungan kita hari ini “Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik.” Hidup dalam iman adalah tema utama dalam pasal ini (“Karena iman… “ Ibr 11:3-5). Hidup dalam iman juga tema utama dalam ayat ini (“Yang karena iman…” Ibr 11:33). “Orang-orang lain” ini disiksa karena iman mereka. Iman mereka kepada Allah akan memberikan kepada mereka sebuah berkat yang kekal, yang akan mereka nikmati pada saat kebangkitan orang-orang benar.

Sudut pandang ini juga berlaku bagi kita. “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Rom 8:18). Sementara itu, kita dapat belajar untuk hidup dalam kuasa kebangkitan: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (Flp 3:10).

Ya Allah yang membangkitkan, aku berseru kepada-Mu untuk membangkitkan area dan situasi hidupku yang mati. Aku memandang kepada-Mu untuk kuasa yang membuat aku bertahan dalam masa-masa kesulitan. Ajar aku untuk hidup dari hari ke hari dalam kuasa kebangkitan-Mu, Amin.
___