30 June 2014

30 Juni – Tuhan Menjanjikan Sebuah Kerajaan Yang Kekal

Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya… Oleh sebab itu, ya Tuhan ALLAH, Engkaulah Allah dan segala firman-Mulah kebenaran; Engkau telah menjanjikan perkara yang baik ini kepada hamba-Mu. – 2 Samuel 7:16, 28

Dalam ayat-ayat renungan kita hari ini, ayat pembuka adalah janji-janji Allah kepada Daud. Janji-janji ini berisi kepastian akan sebuah kerajaan yang akan dipimpin oleh Daud dan keturunannya. Ayat penutup adalah jawaban Daud terhadap janji-janji Allah. Jawaban ini menjadi teladan bagaimana seharusnya kita menanggapi janji-janji Allah.

Kerajaan manusia datang dan pergi. Kerajaan yang Allah dirikan untuk umat-Nya akan berdiri selamanya. Kerajaan ini bisa diwujudkan karena Allah sendiri yang sudah berjanji. Tuhan menetapkan bahwa Daud akan memiliki peran yang penting dalam rencana Allah ini. “Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.” Mesias akan datang melalui keturunan Daud. Raja yang kekal ini akan duduk di atas tahta Daud dalam suatu pemerintahan yang kekal. “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini” (Yes 9:6-7).

Ketika para malaikat mengabarkan kepada Maria bahwa ia akan mengandung Mesias, janji-janji ini diberitakan kembali. “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan” (Luk 1:31-33). Dan suatu saat nanti, janji-janji ini akan digenapi untuk selama-lamanya. “Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya."” (Why 11:15).

Inilah sebenarnya kerajaan yang Yesus tawarkan kepada kita ketika Ia melayani di bumi ini. “Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"” (Mat 4:17). Bagi semua orang yang menjawab seperti Daud (“Engkaulah Allah dan segala firman-Mulah kebenaran.”), sebuah tempat akan diberikan di dalam kerajaan kekal itu.

Allah yang kekal, aku percaya bahwa firman-Mu adalah kebenaran. Aku sudah bertobat dari dosa-dosaku dan berbalik kepada Yesus sebagai Juru Selamat dan Raja-ku. Aku memuji nama-Mu yang kudus karena Engkau sudah memberikan sebuah tempat bagiku di dalam kerajaan kekal-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

29 June 2014

29 Juni – Janji Allah Untuk Berperang Bagi Umat-Nya

TUHAN, Allahmu, yang berjalan di depanmu, Dialah yang akan berperang untukmu sama seperti yang dilakukan-Nya bagimu di Mesir, di depan matamu. – Ulangan 1:30
Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. – Yosua 1:5

Janji-janji Tuhan sudah menjamin bahwa bangsa Israel akan dibebaskan dari perbudakan di Mesir. Dalam ayat-ayat renungan hari ini, kita melihat bahwa Tuhan juga berjanji untuk berperang bagi bangsa Israel, sehingga mereka memiliki keyakinan akan kemenangan saat mereka memasuki Tanah Perjanjian.

Pada saat mereka memasuki Tanah Perjanjian mereka akan menghadapi banyak peperangan. Bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah akan melawan mereka dengan gigih. Musa, berbicara atas nama Tuhan, menyampaikan komitmen Allah bahwa Ia akan berperang untuk bangsa Israel. “TUHAN, Allahmu, yang berjalan di depanmu, Dialah yang akan berperang untukmu.” Tuhan sudah melakukan perkara-perkara yang ajaib bagi bangsa Israel ketika Ia membawa mereka keluar dari Mesir. Sekarang,Musa meyakinkan bangsa Israel bahwa Tuhan akan bertindak lagi demi mereka, “sama seperti yang dilakukan-Nya bagimu di Mesir, di depan matamu.”

Kemudian, Tuhan sendiri meyakinkan Yosua tentang hal yang sama. “Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu.” Banyak musuh yang akan melawan bangsa Israel dibawah pimpinan Yosua. Namun Allah menjanjikan kesetiaan yang sama kepada Yosua, seperti kepada Musa. “Seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau.” Kemudian Tuhan menambahkan perkataan keyakinan yang agung. “Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” Ketika menghadapi kepastian akan adanya peperangan, tidak ada yang lebih baik dari pada memiliki komitmen kesetiaan Allah bahwa Ia akan hadir untuk berperang melawan musuh. Kitab Yosua mencatat salah satu bukti dari kesetiaan Allah berdasarkan janjinya. “Semua raja ini dan negeri mereka telah dikalahkan Yosua sekaligus, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah TUHAN, Allah Israel” (Yos 10:42).

Sekarang kita juga sedang berada di dalam peperangan, yaitu peperangan rohani. “Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus” (2 Tim 2:3). Sebagai prajurit rohani, kita harus menggunakan senjata rohani. “Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng” (2 Kor 10:4-5). Janji-janji Allah adalah bagian dari persenjataan kita. Paulus dapat berdiri dalam kemenangan setelah peperangan oleh karena janji-janji Allah. “"Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorangpun yang akan menjamah dan menganiaya engkau"…  Maka tinggallah Paulus di situ selama satu tahun enam bulan dan ia mengajarkan firman Allah di tengah-tengah mereka” (Kis 18:9-11).

Ya Allah, hidupku penuh dengan peperangan yang sengit dan berat. Aku berterima kasih karena janji-janji-Mu untuk berperang bagiaku. Aku bersandar kepada kehadiran-Mu dalam hidupku, sekarang ditengah-tengah medan peperangan dunia ini. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

28 June 2014

28 Juni – Janji Allah Untuk Menyelamatkan Israel

Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir… Bukankah Aku akan menyertai engkau? …Aku akan menuntun kamu keluar dari kesengsaraan di Mesir…  ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya… Aku akan mengacungkan tangan-Ku dan memukul Mesir dengan segala perbuatan yang ajaib, yang akan Kulakukan di tengah-tengahnya; sesudah itu ia akan membiarkan kamu pergi. – Keluaran 3:10, 12, 17, 20

Sekali lagi kita melihat bagaimana Allah mencurahkan rencana-Nya seperti aliran air sungai. Janji-janji ini mengenai bagaimana Allah akan menyelamatkan bangsa Israel. Janji-janji ini didasarkan kepada komitmen Allah kepada Abraham. Inti dari janji-janji ini memperlihatkan kepada kita mengenai hati Allah yang menyelamatkan manusia dari ikatan dan perhambaan kepada kehidupan dalam berkat. “Aku akan menuntun kamu keluar dari kesengsaraan di Mesir…  ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.”

Tuhan kita adalah Tuhan yang penuh kasih. Ketika bangsa Israel berada di dalam perbudakan yang kejam di Mesir, hati Allah tergerak karena belas kasihan. “Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. "” (Kel 3:7). Nabi Yesaya menulis: “Dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya” (Yes 63:9). Jadi, Tuhan sudah berjanji bahwa Ia akan menyelamatkan bangsa Israel. “Aku akan mengacungkan tangan-Ku dan memukul Mesir dengan segala perbuatan yang ajaib, yang akan Kulakukan di tengah-tengahnya; sesudah itu ia akan membiarkan kamu pergi.”

Ketika Tuhan Yesus melayani di dunia ini, Ia menunjukkan belas kasihan yang sama. “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala” (Mat 9:36). Belas kasihan yang sama membawa Yesus hingga ke kayu salib untuk menebus kita dari hukuman dosa.

Karya penyelamatan Allah untuk bangsa Israel bukanlah hanya melepaskan mereka dari perbudakan, tetapi juga untuk mencurahkan berkat yang melimpah. “Ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.” Bangsa Israel tidak saja diselamatkan dari luka batin yang dalam, tetapi untuk mengalami sukacita: Ketika Yosua dan Kaleb melihat tanah perjanjian, mereka mengatakan: “Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya” (Bil 14:7). Pola ini, yaitu membebaskan dari perbudakan kepada kelimpahan, adalah juga pola yang kekerjakan oleh Tuhan Yesus. Ia menyelamatkan kita dari kematian rohani kepada kelimpahan hidup. Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10).

Ya Tuhan juru selamatku, aku memuji Engkau untuk karya keselamatan-Mu dalam hidupku. Aku bersukacita karena Engkau telah menuntun aku kepada kelimpahan berkat persekutuan dengan Engkau. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

27 June 2014

27 Juni – Janji-Janji Allah Kepada Abraham

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." – Kejadian 12:1-3

Tercatat dalam ayat renungan hari ini adalah satu dari sekumpulan janji-janji paling penting di dalam Alkitab. Janji-janji ini diberikan berulang-ulang kepada Abraham (Kej 13:14-18; Kej 15:5; Kej 17:1-8; Kej 22:17-18). Dikonfirmasi kepada Ishak (Kej 26:2-4; Kej 26:24) dan kepada Yakub (Kej 28:13-14; Kej 35:9-12). Janji-janji ini juga berulang-ulang muncul sepanjang Perjanjian Lama (Neh 9:7-8; Mz, 105:6-11; Yes 51:2). Kemudian dijabarkan kembali di dalam Perjanjian Baru (Rom 4 & 9; Gal 3 & 4; Ibr 6, 7 & 11). Pada dasarnya,  kita akan menemukan bahwa janji-janji ini adalah akar dari perjanjian baru kasih karunia.

Janji-janji ini diberikan kepada Abraham ini diberikan silih berganti. Inilah karakter dari Allah kita, Allah atas segala janji. Ia tidak sekedar memercikkan janji di dalam firman-Nya. Namun Ia mencurahkannya seperti aliran sungai yang melimpah-limpah. Di dalam komitmen Allah ini terkandung tujuan-tujuan agung Allah, yaitu: Tanah Perjanjian, bangsa Israel, Mesias dan misi seluruh penjuru dunia.

Pertama, Tuhan menjanjikan sebuah Tanah Perjanjian. “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.” Tanah yang baru ini sangat luas dan melimpah dengan berkat: “Suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya” (Kel 3:8). Lalu, pada tanah itu, Tuhan akan membangun bangsa Israel. “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar.” Lalu, melalui bangsa itu, Mesias akan lahir, menggenapi janji Allah untuk memberkati semua orang yang percaya. “Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” Tuhan Yesus adalah keturunan Abraham yang akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. “Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus” (Gal 3:16). Injil adalah kabar baik dari Allah mengenai keselamatan oleh kasih karunia, kepada semua manusia di dunia.

Ya Allah sumber janji yang mulia, betapa agung rencana yang Engkau siapkan bagi kami! Ajar aku agar aku mengetahui janji-janji-Mu yang ada di dalam firman-Mu. Bentuklah hati dan pengharapanku agar bersandar kepada janji-janji-Mu yang mulia. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

26 June 2014

26 Juni – Janji Perihal Air Bah

Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi. – Kejadian 9:11

Sejarah dari air bah yang dicatat di dalam kitab Kejadian adalah ilustrasi yang sangat jelas mengenai Allah sebagai Allah atas segala janji. Penyebab dari air bah adalah dosa manusia yang begitu luar biasa. “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata” (Kej 6:5). Kemudian Allah membuat rencana untuk mengatasi masalah ini dengan janji akan adanya penghakiman. “Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi"” (Kej 6:7). Jadi, melalui janji tersebut, penghakiman oleh air bah menjadi sebuah kepastian.

Bersama dengan janji akan penghakiman, Tuhan juga membuat janji penyelamatan, janji akan kasih karunia. “Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN” (Kej 6:8). Kasih karunia ini disediakan melalui janji akan perlindungan oleh sebuah bahtera. “Tetapi dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian-Ku, dan engkau akan masuk ke dalam bahtera itu” (Kej 6:18). Nuh percaya kepada rencana dan perlindungan Allah, sehingga diselamatkan dari penghakiman. “Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya” (Kej 6:22). Lalu Tuhan berjanji kepada Allah, dan kepada seluruh umat manusia, bahwa tidak akan ada lagi penghakiman dengan air bah terhadap manusia. “Tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.” Lebih dari itu, Tuhan memberikan sebuah tanda untuk perjanjian itu. “Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi” (Kej 9:13).

Janji-janji mengenai air bah dan bahtera keselamatan Tuhan, adalah bayangan dari Yesus sebagai bahtera keselamatan kekal kita. Rasul Petrus menulis: “Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu” (1 Pet 3:20). Lalu Petrus mengibaratkan penyelamatan Nuh terhadap air bah melalui bahtera, adalah seperti Kristus dan baptisan air. “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan--maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah--oleh kebangkitan Yesus Kristus” (1 Pet 3:21). Ketika melalui iman kita mengidentifikasi diri kita sendiri dengan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, yang adalah pesan utama dari baptisan air, Yesus menjadi bahtera keselamatan kita, di mana kita diselamatkan dari penghakiman atas dosa-dosa kita.

Sekarang, setiap pelangi yang kita lihat, dapat mengingatkan kita kepada kesetiaan Allah untuk menggenapi janji-janji keselamatan-Nya.

Tuhan Yesus, aku bersukacita di dalam Engkau sebagai bahtera keselamatanku. Biarlah Engkau senantiasa mengingatkan aku setiap kali aku melihat pelangi bahwa Engkau pasti menepati janji-janji-Mu akan keselamatan. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

25 June 2014

25 Juni – Tuhan Atas Segala Janji

Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya. – Kejadian 3:15

Walaupun Alkitab tidak memerintahkan kita untuk berjanji kepada Allah, kita yang percaya kepada Allah bebas untuk membuat janji kepada Dia. Kita dapat mengungkapkan kesetiaan kita kepada Allah melalui janji-janji, jika janji-janji tersebut berdasarkan kepada karakter dan kekuatan Allah sendiri. “Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku!” (Mzm 18:2). Kita juga dapat membuat janji berdasarkan apa yang Tuhan janjikan kepada kita. “Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"” (Ibr 13:5-6).

Kita bahkan dapat membuat janji-janji yang bersifat bernubuat untuk hal-hal dalam hidup kita, yang tentunya sesuai dengan kehendak Allah. “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu” (Yak 4:15). Namun kita harus ingat bahwa karya Allah di dalam hidup kita adalah berdasarkan janji-janji-Nya kepada kita. Bahkan inilah karakter Tuhan kita, yaitu Tuhan atas segala janji.

Fakta bahwa Tuhan biasanya bekerja berdasarkan janji-janji-Nya terlihat dalam pasal ketiga dari kitab Kejadian. “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Janji profetis ini untuk Iblis, namun diberikan dihadapan Adam dan Hawa. Dan tentunya dicatat di dalam Alkitab agar semua orang dapat mengetahuinya.

Janji-janji ini memperlihatkan beberapa akibat dari pemberontakan rohani, dan disaat yang sama menyatakan jalan keluar yang Tuhan sediakan atas dosa manusia. “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya.” Kalimat ini menyatakan kepastian bahwa akan ada peperangan rohani, dan kepastian bahwa akan ada penyaliban Yesus.

Kepastian peperangan rohani adalah tema utama dalam Alkitab. Peperangan ini dicatat disepanjang Alkitab. “Iblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel” (1 Taw 21:1). “Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis” (Kis 5:3). “Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya” (Why 12:9). Di saat yang sama, salib Kristus akan menyediakan kemenangan atas kuasa kegelapan dan jalan keluar dari pengaruh kuasa kegelapan di dunia ini. “Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita” (Gal 1:3-4).

Ya Allah atas segala janji, biarlah janji-janji-Mu, bukan janji-janjiku, menjadi yang terutama dalam hatiku, bahkan menjadi dasar dalam hidupku. Terlebih lagi janji-janji-Mu mengenai karya dan kuasa salib Kristus. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

24 June 2014

Pemberitahuan

Kami mohon maaf karena ada kesalahan dalam pembuatan materi Ayo Baca Alkitab dan Ayo Saat Teduh sehingga terjadi keterlambatan pengiriman. Kami akan segera memperbaikinya agar pengiriman dapat segera berjalan seperti biasanya.

Sekali lagi kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini.

Tuhan Yesus Memberkati.

21 June 2014

21 Juni – Ketidakmampuan Tuhan Untuk Berdusta

Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah, supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita. – Ibrani 6:17-18
Berdasarkan pengharapan akan hidup yang kekal yang sebelum permulaan zaman sudah dijanjikan oleh Allah yang tidak berdusta. – Titus 1:2

Keuntungan dari hidup berdasarkan kepada janji-janji Allah berkaitan dengan apa yang Allah tidak dapat lakukan. Ia tidak dapat berbohong. “Allah tidak mungkin berdusta.” Ketidakmampuan ini sebenarnya justru memuliakan Dia dan memberikan kepada kita kekuatan.

Ketidakmampuan Allah ini berhubungan juga dengan janji-janjiNya. Kita yang hidup oleh iman adalah “yang berhak menerima janji.” Kita mewarisi berkat-berkat Allah karena kita percaya bahwa Ia pasti menepati semua janji-Nya. Janji-janji ini adalah mengenai hidup yang kekal dan sudah ditetapkan sejak dahulu: “Berdasarkan pengharapan akan hidup yang kekal yang sebelum permulaan zaman sudah dijanjikan oleh Allah yang tidak berdusta.” Sekarang, Tuhan ingin agar kita sungguh-sungguh mengenal kehendaknya yang tidak berubah: “Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya.” Ia ingin agar kita benar-benar yakin bahwa Ia tidak akan menyatakan sesuatu dan kemudian mengubah pikiran-Nya dan melakukan hal yang lain.

Supaya kita memiliki keyakinan yang teguh, Tuhan menyertakan janji-Nya dengan sebuah sumpah. Manusia juga sering bersumpah, mencoba untuk meyakinkan orang lain bahwa ia dapat diandalkan. Manusia bersumpah demi sesuatu yang lebih tinggi dari diri mereka sendiri. “Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi” (Ibr 6:16). Namun, “ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya, kata-Nya: "Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak"” (Ibr 6:13-14). Hal ini memperlihatkan bagaimana Tuhan merendahkan diri-Nya demi kita. Ia menggunakan tradisi manusia dalam bersumpah, supaya kita dapat memahami kepastian dari janji-Nya kepada kita.

Kepastian yang kita terima ini berlipat ganda. Tuhan yang tidak dapat berdusta, membuat janji dan sumpah, “supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat.”

Ya Allah, aku adalah seseorang yang sudah terbukti sering berdusta. Oleh karena itu aku menyembah Engkau sebagai Allah yang tidak mungkin berdusta! Janji-janji-Mu memberikan kepada aku kepastian. Sumpah-Mu membuat aku semakin yakin untuk hanya mengandalkan Engkau saja. Terima kasih karena Engkau sudah melakukan semua yang diperlukan agar aku memiliki kekuatan dalam pengharapan kepada Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

20 June 2014

20 Juni – Janji Manusia atau Janji Tuhan

Lalu datanglah Musa dan memanggil para tua-tua bangsa itu dan membawa ke depan mereka segala firman yang diperintahkan TUHAN kepadanya. Seluruh bangsa itu menjawab bersama-sama: "Segala yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan." – Keluaran 19:7-8

Janji-janji dalam perjanjian lama bergantung kepada usaha manusia. “Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya” (Im 18:5). Janji-janji yang lebih baik di dalam perjanjian baru kasih karunia bergantung kepada kemampuan Allah. “Aku akan mengadakan perjanjian baru… Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka” (Yer 31:31,33).

Ketika manusia berusaha untuk hidup di dalam hukum Taurat, maka ia akan cenderung untuk mencoba hidup sesuai dengan janjinya kepada Allah. Bangsa Israel adalah contoh yang sangat jelas dari usaha yang sia-sia ini. “Segala yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan.” Bangsa Israel sebenarnya bermaksud baik ketika membuat janji ini, tetapi pada pelaksanaannya mereka berulang kali gagal melakukannya. Kata-kata Musa menjadi peringatan dari kesia-siaan usaha untuk memenuhi janji kita kepada Allah. “Bahkan kamu menentang TUHAN, sejak aku mengenal kamu” (Ul 9:24).

Keinginan untuk taat kepada Allah memang ada di dalam hati anak-anak-Nya, tetapi harus ada jalan yang lebih baik dari pada mengandalkan kekuatan kita sendiri untuk memenuhi janji kita kepada Dia. Jalan yang lebih baik ini adalah jalan kasih karunia yang menawarkan hidup berdasarkan janji Allah kepada manusia. “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya” (Yeh 36:26-27).

Seharusnya kita hidup berdasarkan janji-janji Allah kepada kita, bukan janji-janji kita kepada Dia. Hidup di dalam janji-janji Allah akan menumbuhkan kepercayaan yang semakin besar kepada Allah, sebuah rasa percaya yang dihasilkan karena karakter-Nya sebagai Allah. “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya? (Bil 23:19). Manusia bisa membuat banyak janji kepada Allah, tetapi, pada akhirnya akan gagal. Tuhan tidak seperti manusia. Tuhan menepati setiap perkataan-Nya. Ia tidak mungkin berbohong, Ia juga tidak akan mengingkari janji-Nya sendiri. Apapun yang sudah Ia janjikan, Ia akan tepati! Kita dapat mengandalkan semua janji-janji-Nya yang tertulis di dalam firman-Nya.

Ya Allah sumber kebenaran, ampuni aku jika sering kali aku mencoba untuk bertumbuh dalam iman dengan mengandalkan janji-janjiku kepada Mu. Engkau tahu bahwa aku seringkali gagal. Betapa aku bersukacita bahwa aku dapat memilih untuk hidup berdasarkan janji-janji-Mu kepada ku. Ajar aku untuk hidup di dalam kasih karunia-Mu ini. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

19 June 2014

19 Juni – Dalam Kasih Karunia: Janji Yang Lebih Baik

Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi. – Ibrani 8:6

Dalam semua sisi, perjanjian baru kasih karunia adalah perjanjian yang lebih baik dari pada hukum Taurat perjanjian lama. “Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia.” Beberapa aspek yang lebih baik yang terdapat dalam hidup di bawah kasih karunia adalah: Imam Besar yang lebih baik yang melayani kita, korban yang lebih baik untuk menebus dosa, persekutuan yang lebih intim dengan Allah dan wujud nyata Kristus, bukan sekedar bayangan saja. Aspek berikutnya yang lebih baik dari kasih karunia adalah: “Didasarkan atas janji yang lebih tinggi.” Kita akan mempelajari kebenaran ini dalam beberapa renungan ke depan.

Di dalam hukum Taurat perjanjian lama, sebuah janji dasar diberikan berulang-ulang. Janji ini muncul saat hukum Taurat pertama kali diberikan, ketika orang Israel baru keluar dari perbudakan di Mesir. “Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah TUHAN” (Im 18:5). Janji ini juga muncul ketika hukum Taurat diulang kembali kepada orang Israel ketika mereka akan memasuki tanah perjanjian. “Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi” (Ul 28:1). Pada saat itu, sebuah peringatan juga diberikan di dalam janji tersebut. “Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau” (Ul 28:15).

Pada dasarnya, janji di dalam perjanjian lama dapat dirangkum sebagai berikut: “Lakukan ini, maka kamu akan hidup.” Janji-janji di dalam hukum Taurat tergantung kepada  usaha manusia. Jika manusia mampu untuk melakukan hukum Taurat, janjia akan hidup dan berkat akan dipenuhi. Namun pada akhirnya, orang Israel memperlihatkan ketidakmampuan manusia untuk memenuhi standar sempurna hukum Taurat Allah yang kudus. “Tetapi anak-anak mereka memberontak terhadap Aku, mereka tidak hidup menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan tidak melakukan peraturan-peraturan-Ku dengan setia, sedang manusia yang melakukannya, akan hidup” (Yeh 20:21).

Janji-janji di dalam kasih karunia tidak terhingga lebih baiknya dari pada janji-janji di dalam Taurat, karena tidak tergantung kepada usaha manusia. “Aku akan mengadakan perjanjian baru … Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka… Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka" (Yer 31:31-34).

Ya Tuhan, aku bersukacita atas perjanjian baru kasih karunia-Mu. Betapa luar biasa untuk dapat hidup di dalam janji-janji yang tidak bergantung kepada kemampuan ku. Tuhan, aku mengandalkan Engkau untuk memenuhi janji-janji-Mu dalam hidup ku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

18 June 2014

18 Juni – Dalam Kasih Karunia: Wujud bukan Bayangan (2)

Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. – Ibrani 10:1

Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. – Kolose 2:16-17

Seperti datangnya bayangan menandakan datangnya seseorang, demikian pula dengan hukum Taurat menunjuk kepada datangnya Tuhan Yesus Kristus. Yesus, dengan kelimpahan kasih karunia-Nya, adalah wujud nyata dari bayangan hukum Taurat. “Wujudnya ialah Kristus.” Yesus-lah yang membawa “keselamatan yang akan datang.”

Salah satu berkat yang Tuhan Yesus sediakan oleh kasih karunia-Nya adalah perhentian seperti yang dilambangkan oleh hari Sabat. Hukum Taurat menuntut orang Israel untuk memberikan satu hari setiap minggu, untuk berhenti dari semua pekerjaan. “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (Kel 20:8). “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, hari kudus bagi TUHAN” (Kel 31:15). Bayangan ini mengatur adanya waktu istirahat bagi tubuh secara fisik untuk orang Israel. Namun, hal tersebut merupakan bayangan istirahat yang sesungguhnya secara rohani, yang Tuhan Yesus sediakan bagi kita. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Mat 11:28-29). Sekarang Yesus adalah perhentian bagi kita semua yang dengan rendah hati mengandalkan Dia. “Sebab kita yang beriman, akan masuk ke tempat perhentian” (Ibr 4:3).

Berkat lain yang Tuhan Yesus sediakan oleh kasih karunia-Nya adalah persekutuan yang seutuhnya yang dilambangkan dalam tabernakel kemah suci perjanjian lama. Tabernakel memperlihatkan keinginan Tuhan untuk tinggal di antara manusia. “Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah harus kamu membuatnya” (Kel 25:8-9). Kemah suci ini harus didirikan tepat ditengah perkemahan orang Israel. “Tetapi tugaskanlah mereka untuk mengawasi Kemah Suci, tempat hukum Allah dengan segala perabotan dan perlengkapannya; mereka harus mengangkat Kemah Suci dengan segala perabotannya; mereka harus mengurusnya dan harus berkemah di sekelilingnya” (Bil 1:50). Imam-imam dari suku Lewi harus berkemah disekeliling tabernakel, sementara umat Israel yang lain berkemah disekitar perkemahan orang Lewi. Namun, di dalam Kristus semuanya terwujud. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:14). Sekarang, Yesus yang sama, membuat gereja dan orang percaya menjadi tabernakel di antara umat manusia di dunia! “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1 Kor 3:16). “Sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu” (Ef 3:17).

Tuhan Yesus, aku memuji Engkau karena Engkau mau tinggal di dalam hidupku oleh karena kasih karunia melalui iman. Aku hanya berharap kepada-Mu sebagai tempat perhentianku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

17 June 2014

17 Juni – Dalam Kasih Karunia: Wujud bukan Bayangan (1)

Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. – Ibrani 10:1

Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. – Kolose 2:16-17

Aspek lain yang lebih baik dari kasih karunia dapat dilihat dari perbedaan antara sebuah bayangan dan benda yang membuat bayangan tersebut. Sebuah bayangan dapat memberikan beberapa manfaat, tetapi memiliki keterbatasan. Bayangan dapat memberikan gambaran dari sebuah realitas, tetapi tidak dapat memberikan realitas itu sendiri. Bayangan dapat memberikan tanda dari datangnya seseorang, tetapi tidak dapat memberikan relasi dengan orang tersebut. Hukum Taurat perjanjian lama disamakan dengan sebuah bayangan: “Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang.” Perjanjian baru kasih karunia adalah wujudnya. “Sedang wujudnya ialah Kristus.”

Salah satu sifat bayangan dari hukum Taurat adalah pada ritual korban. “Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.” Kristus adalah penggenapan dari perlambangan korban dalam perjanjian lama, dan semua berkat yang terkandung di dalamnya tersedia bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Korban anak domba Paskah adalah contoh yang nyata dari kebenaran ini. Ambillah kambing domba untuk kaummu dan sembelihlah anak domba Paskah… Dan TUHAN akan menjalani Mesir untuk menulahinya; apabila Ia melihat darah pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu itu, maka TUHAN akan melewati pintu itu dan tidak membiarkan pemusnah masuk ke dalam rumahmu untuk menulahi” (Kel 12:21,23). Bayangan dari kelepasan akan maut yang sementara ini, menjadi nyata di dalam Kristus, yang melepaskan kita dari maut yang kekal. “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus” (1 Kor 5:7).

Bentuk lain dari sifat bayangan hukum Taurat dapat dilihat dalam perintah-perintahnya. Apapaun tuntutan dari hukum Taurat, pasti ada hubungannya dengan kekudusan dan kebenaran. “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus” (Im 19:2). Panggilan kepada kekudusan ini hanya bisa terwujud melalui Tuhan Yesus Kristus: “Supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan” (Flp 3:8-9).

Tuhan Yesus, Engkaulah wujud nyata dari semua yang sudah dilambangkan di dalam hukum Taurat. Tolong aku untuk tidak terpaku kepada bayangan saja. Biarlah Roh Kudus-Mu menarik aku kepada kenyataan rohani yang tak terbatas yang hanya ada pada-Mu.  Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

16 June 2014

16 Juni – Dalam Kasih Karunia: Keintiman Yang Lebih Besar

Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia. Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. – Ibrani 9:1-3
Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri. – Ibrani 10:19-20

Aspek lainnya yang lebih baik di dalam perjanjian baru kasih karunia adalah penyediaan keintiman yang lebih baik dari pada yang dimungkinkan di dalam hukum Taurat. Hukum Taurat perjanjian lama memungkinkan imam-imam untuk masuk ke dalam Ruang Kudus, tetapi hanya satu yang dapat masuk ke dalam Ruang Maha Kudus. Perjanjian baru memungkinkan setiap orang percaya untuk masuk ke dalam ruang maha kudus setiap hari!

Di bawah peraturan hukum Taurat, ada ruang ibadah buatan tangan manusia, di mana umat Tuhan dapat menghampiri Dia. “Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia.” Ada ruangan-ruangan dengan tingkat keintiman dengan Allah yang semakin tinggi, yaitu dua ruangan di dalam tabernakel, Ruang Kudus dan Ruang Maha Kudus. Ruang Kudus berisi perabotan rohani, yang melambangkan berbagai hubungan antara manusia dengan Tuhan. “Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus.” Di dalam ruangan ini, imam-imam tertentu dapat masuk setiap hari. Mereka harus melayani Tuhan dengan menyalakan pelita, mempersiapkan roti, dan menyalakan dupa. Namun, mereka terpisah dari hadirat Tuhan yang paling intim oleh sebuah tirai yang menghalangi mereka masuk ke Ruang Maha Kudus.

Di balik tirai pemisah tersebut, terdapat ruangan tempat keintiman yang paling tinggi dengan Tuhan. “Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus.” Di dalam ruangan tersebut terdapat tabut perjanjian dengan dua loh batu berisi Hukum Taurat: “Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian” (Ibr 9:4). Di atas tabut perjanjian tersebut ada Tutup Pendamaian, di mana hadirat cahaya kemuliaan Tuhan dapat terlihat. “Di atasnya kedua kerub kemuliaan yang menaungi tutup pendamaian” (Ibr 9:5). Namun, Hukum Taurat mengatur dengan ketat sehingga hanya satu orang imam saja yang dapat memasuki keintiman tersebut satu kali saja setiap tahunnya. “Tetapi ke dalam kemah yang kedua hanya Imam Besar saja yang masuk sekali setahun” (Ibr 9:7). Tetapi sekarang, setiap pelayan-pelayan perjanjian baru kasih karunia dapat menikmati dengan iman keintiman hadirat Allah setiap saat! “Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus.”

Tuhan yang Maha Kudus, aku memuji Engkau untuk jalan kasih karunia yang baru dan yang hidup, yang memungkinkan keintiman dengan Engkau. Dengan iman dan kerendahan hati, aku memohon agar Engkau senantiasa menyatakan hadirat-Mu kepadaku setiap hari. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

15 June 2014

15 Juni – Dalam Kasih Karunia: Korban Yang Lebih Baik

Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban. – Ibrani 7:26-27
Dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. – Ibrani 9:12

Aspek lain yang lebih baik dari perjanjian baru kasih karunia adalah korban yang kita miliki di dalam Yesus Kristus, Imam Besar kita. Korban dalam perjanjian lama harus dipersembahkan berulang kali, dan harus ada penumpahan darah binatang. Dalam kedua hal ini, korban Yesus jauh lebih baik.

Imam di dalam hukum Taurat mempersembahkan korban yang sama dari hari ke hari. Korban-korban ini tidak dapat menghapus dosa. “Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa” (Ibr 10:11). Korban-korban ini menyediakan penutupan dosa untuk sementara, sambil menunggu karya pengorbanan yang sempurna dari Mesias yang akan datang. Namun, pada saat yang sama, korban-korban ini secara terus menerus menjadi peringatan mengenai dosa dan kesalahan. “Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa” (Ibr 10:3). Setiap saat darah binatang tersebut dicurahkan, orang-orang Israel diingatkan akan akibat dari dosa, yaitu kematian. “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” (Ibr 9:22). Pada akhirnya, Yesus mati sebagai korban yang sempurna, satu kali untuk selama-lamanya. “Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan… yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban… sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.” Korban Yesus adalah korban yang sejati yang dapat menghapus dosa. “Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya” (Ibr 9:26). “Demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang” (Ibr 9:28). “Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah” (Ibr 10:12).

Ketidakmampuan dari korban dalam hukum Taurat adalah karena hanya mencurahkan darah binatang. “Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa” (Ibr 10:4). Jadi, Imam Besar kita mencurahkan darah-Nya sendiri karena kasih karunia. “Dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.” Darah Kristus satu-satunya yang dapat menghapus dosa. “Melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Pet 1:19). “Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yoh 1:29).

Tuhan Yesus, Anak Domba Allah, betapa mulia pengorbanan yang Engkau lakukan karena kasih karunia! Satu kematian untuk semua dosa manusia menyediakan pengampunan bagi semua orang yang percaya. Aku bersuka cita untuk anugerah yang agung ini! Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku bersyukur, amin.
___

14 June 2014

14 Juni – Dalam Kasih Karunia: Imam Besar Yang Lebih Baik

Tetapi Ia dengan sumpah, diucapkan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Tuhan telah bersumpah dan Ia tidak akan menyesal: Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya" -- demikian pula Yesus adalah jaminan dari suatu perjanjian yang lebih kuat. – Ibrani 7:21-22
Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka. – Ibrani 7:25
Salah satu aspek perjanjian baru kasih karunia yang lebih baik adalah Yesus, Imam Besar kita. Dalam perjanjian lama, imam adalah manusia yang melayani Kristus untuk waktu yang terbatas dan kemudian meninggal. Dalam perjanjian baru, Imam Besar kita melayani untuk selama-lamanya. Yesus menjadi Imam Besar “bukan berdasarkan peraturan-peraturan manusia, tetapi berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa” (Ibrani 7:16).
Imam pada zaman perjanjian lama adalah keturunan dari Harun dari suku Lewi. Setiap imam bertugas untuk kurun waktu tertentu sebagai peringatan akan imam yang sempurna yang akan datang membawa perjanjian yang lebih baik dari pada hukum Taurat. “Karena itu, andaikata oleh imamat Lewi telah tercapai kesempurnaan--sebab karena imamat itu umat Israel telah menerima Taurat--apakah sebabnya masih perlu seorang lain ditetapkan menjadi imam besar menurut peraturan Melkisedek dan yang tentang dia tidak dikatakan menurut peraturan Harun?” (Ibr 7:11). Imam-imam dalam perjanjian lama adalah keimamatan yang sementara, dan memerlukan banyak imam. “Dan dalam jumlah yang besar mereka telah menjadi imam, karena mereka dicegah oleh maut untuk tetap menjabat imam” (Ibr 7:23). Keimamatan Yesus tidak akan pernah dipindahkan kepada orang lain, karena Dia adalah Anak Allah yang kekal. “Tetapi, karena Ia tetap selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain” (Ibr 7:24).
Yesus, Imam Besar kita yang kekal, adalah imam menurut peraturan Melkisedek. “Sebab Melkisedek… Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya” (Ibr 7:1-3). Melkisedek yang membawakan roti dan anggur untuk Abraham, setelah Abraham kembali dari peperangan (Kej 14). Tidak ada catatan silsilah Melkisedek, tidak ada catatan mengenai awal ataupun akhir dari pelayanan Melkisedek. Dalam hal ini, Melkisedek seperti Anak Allah: kekal. Jadi, Melkisedek adalah gambaran dari keimamatan Yesus: kekal. Jadi, Yesus sebagai pemberi kasih karunia adalah imam yang lebih baik dari pada mereka yang melayani dalam hukum Taurat. “Demikian pula Yesus adalah jaminan dari suatu perjanjian yang lebih kuat.”

Saat ini, Dia yang sudah rela mati untuk menebus dosa-dosa kita, senantiasa berdoa bagi kita. “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.”
Tuhan Yesus, Imam Besar-ku. Aku merendahkan diri di hadapan-Mu raja yang Kekal, yang masa keimamatanya tidak akan berhenti. Aku merasakan damai sejahtera karena doa-doa syafaat-Mu bagiku, sehingga aku diluputkan dari segala sesuatu yang datang menghadang aku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

13 June 2014

13 Juni – Aspek Yang Lebih Baik Dalam Perjanjian Baru Kasih Karunia

Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi. Sebab, sekiranya perjanjian yang pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua. Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata: "Sesungguhnya, akan datang waktunya," demikianlah firman Tuhan, "Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda" – Ibrani 8:6-8

Ayat-ayat ini membandingkan antara kekurangan perjanjian pertama yaitu hukum Taurat dengan perjanjian yang kedua yaitu perjanjian baru kasih karunia. Hukum Taurat perjanjian lama itu baik, tetapi perjanjian baru kasih karunia jauh lebih baik. Hukum Taurat didirikan oleh Tuhan tetapi tidak dapat membawa manusia kepada Tuhan.

Hukum Taurat itu baik, tetapi jika digunakan sesuai dengan tujuannya. “Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan, yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa” (1 Tim 1:8-9). Penggunaan hukum Taurat yang tepat adalah untuk orang fasik dan pemberontak. Hukum Taurat tidak dirancang untuk membenarkan manusia di hadapan Allah. “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus” (Gal 2:16). Hukum Taurat jua tidak dimaksudkan untuk membangun hidup yang saleh bagi mereka yang ada di dalam Kristus. “Sebab hukum Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan” (Ibr 7:19). Penggunaan hukum Taurat yang benar adalah untuk membawa manusia kepada kasih karunia Allah yang tersedia di dalam Yesus Kristus. “Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman” (Gal 3:24).

Kasih karunia jauh lebih baik dari pada hukum Taurat. Jika hukum Taurat perjanjian lama tidak memiliki kekurangan, maka Tuhan tidak akan mengirim Anak-Nya untuk mati di kayu salib dan menegakkan perjanjian yang baru. “Sebab, sekiranya perjanjian yang pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua.” Karena hukum Taurat memiliki cacat, maka Tuhan mendirikan perjanjian baru kasih karunia. “Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata: "Sesungguhnya, akan datang waktunya," demikianlah firman Tuhan, "Aku akan mengadakan perjanjian baru".” Dalam perjanjian baru kasih karunia, Yesus, pemberi hidup, menjadi Pengantara. “Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia.” Perjanjian yang baru ini juga memiliki janji yang lebih mulia dari pada hukum Taurat: “Perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi.” Dalam renungan-renungan berikutnya, kita akan belajar mengenai aspek-aspek kasih karunia yang lebih mulia ini.

Ya Tuhan, aku mengakui bahwa Hukum Taurat-Mu itu baik. Menuntun aku untuk sampai kepada kasih karunia-Mu. Ajar aku untuk mengetahui lebih lagi mengenai kasih karunia-Mu, supaya aku benar-benar hidup sesuai dengan kehendak-Mu bagi hidupku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

12 June 2014

12 Juni – Ketaatan Oleh Kasih Karunia (2)

Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? – Galatia 3:3
Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. – 2 Korintus 3:5

Kita akan kembali melihat bagaimana ketaatan kepada Allah berhubungan erat dengan kasih karunia-Nya. Ayat dari Galatia 3:3 sesuai dengan pelajaran kita hari ini.

Permulaan kehidupan kita bersama Allah dikerjakan oleh Roh Kudus. “Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus” (Titus 3:5). Dengan rendah hati kita mengakui semua dosa-dosa kita, menyerahkan diri kita kepada belaskasihan Allah. Roh Kudus memberikan kepada kita kelahiran baru, hidup yang baru. Karya Roh Kudus ini berkaitan dengan kasih karunia Allah: “supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita” (Tit 3:7). Jadi, memulia dengan Allah adalah karya kasih karunia Roh Kudus kepada kita.

Sekarang, setelah mengalami kelahiran rohani oleh Roh, apakah kita akan begitu bodoh untuk berpikir bahwa kita dapat mengalami pertumbuhan rohani dengan daging, dengan kekuatan manusia saja? “Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?” Satu-satunya jalan untuk pertumbuhan rohani adalah kelanjutan dari karya Roh Kudus, yaitu kasih karunia Allah yang terus menerus memperbaharui hidup kita. Hal yang sama merupakan penjelasan dari pertumbuhan hidup dalam ketaatan bagi anak-anak Allah. Hanya karena karya kasih karunia Roh Kudus di dalam hati kita. “Sebab yang baik ialah, bahwa hati kamu diperkuat dengan kasih karunia” (Ibr 13:9).

2 Korintus 3:5 adalah ayat lainnya yang berbicara mengenai hal yang sama tentang ketaatan. “Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.” Kita diingatkan bahwa orang Kristen bukanlah sumber dari kesalehan yang harus ditimbulkan dalam hidup mereka, termasuk di dalamnya ketaatan. Kita tidak memiliki kekuatan apapun yang bisa memampukan kita untuk hidup dalam ketaatan. Namun, kita memiliki sumber daya yang tersedia bagi kita setiap saat untuk hidup berkenan kepada Allah dan melakukan kehendak-Nya. Tuhan-lah yang senantiasa harus menjadi sumber kekuatan rohani kita. Bagaimana cara agar kita dapat mendapatkan kemampuan dari Allah tersebut? Dengan rendah hati mengandalkan Dia. Tuhan memberikan kasih karunia kepada mereka yang rendah hati (Yak 4:6), iman yang mengandalkan Tuhan akan mendatangkan kasih karunia (Rom 5:2).

Allah Bapa di Sorga, kiranya Engkau menumbuhkan ketaatan di dalam hidup ku, seperti Engkau memberikan hidup yang baru kepadaku oleh Roh Kudus-Mu, oleh kasih karunia-Mu. Sekali lagi aku mengakui bahwa aku memerlukan kuasa-Mu yang memampukan aku untuk hidup dalam ketaatan dan aku mengandalkan hanya Engkau saja. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

11 June 2014

11 Juni – Ketaatan Oleh Kasih Karunia (1)

Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. – Roma 6:14
Supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. – Roma 8:4

Mari kita melihat hubungan antara ketaatan dan kasih karunia Allah. Beberapa ayat firman Tuhan dapat menolong kita mengerti mengenai hal ini.

Dalam Roma 6:4 kita mengetahui bagaimana caranya keluar dari pengaruh dosa. “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa.” Siapapun yang dikuasai oleh dosa hidup dalam ketidaktaatan. Dosa dan ketikdaktaatan adalah hal yang sama. Kasih karunia adalah jalan keluar dari ketidaktaatan. “Karena kamu tdiak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.” Dosa adalah pelanggaran terhadap hukum Allah. Hukum Taurat menuntut kita untuk memenuhi standar kudus Allah, tetapi hukum Taurat tidak dapat membantu kita untuk melakukan standar yang sempurna tersebut. “Sebab hukum Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan” (Ibr 7:19). Kasih karunia adalah kuasa Allah bagi kita untuk menerima pengampunan dosa, dan membebaskan kita dari hukuman dosa. “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya” (Ef 1:7). Kasih karunia adalah juga kuasa Allah bagi kita untuk hidup dari hari ke hari di dalam kemenangan atas dosa, dan membebaskan kita dari pengaruh kuasa dosa. “Jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus” (2 Tim 2:1).

Roma 8:4 adalah ayat lain yang memperlihatkan hubungan antara ketaatan dan kasih karunia. Ayat tersebut dibuka dengan alasan utama mengapa Kristus mati di kayu salib: “Supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita.” Adalah kehendak Tuhan supaya tuntutan kekudusan hukum Taurat semakin nyata di dalam hidup kita. Ini artinya hidup dalam penuh ketaatan. Hukum Taurat sendiri tidak dapat menghasilkan hidup seperti itu. “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging” (Rom 8:3). Apa yang hukum Taurat tidak dapat lakukan karena ketidakmampuan manusia untuk melakukannya, Tuhan lakukan lewat Anak-Nya. Sekarang, oleh karena semua yang Tuhan Yesus sudah sediakan bagi kita, ketaatan mampu kita lakukan. Siapakah yang dapat menikmati kemampuan ini? Yaitu mereka “yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.” Orang Kristen yang setiap hari hidup menurut daging hanya akan memiliki kemampuan manusia saja. Sebaliknya, mereka yang setiap hari hidup mengandalkan Roh Kudus akan memiliki kemampuan kuasa kasih karunia dari Allah yang maha kuasa.

Allah Bapa yang kudus dan penuh kasih, aku memuji Engkau karena kasih karunia-Mu adalah jalan menuju ketaatan. Tidak ada jalan lain yang dapat memberikan kemampuan kepadaku untuk hidup sesuai kehendak-Mu. Sekali lagi aku menolak untuk hidup menurut daging dan mengandalkan karya Roh-Mu saja, supaya aku hidup sesuai kebenaran-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___