31 March 2014

31 Maret – Di dalam Kristus sebagai Ciptaan Baru

Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya. – Galatia 6:15

Dalam persekutuan kita dengan Allah melalui perjanjian baru kasih karunia, ada keintiman, kelimpahan hidup, kemenangan rohani dan banyak hal lainnya. Berkat-berkat ini (yang tidak tersedia bagi mereka yang masih dalam keturunan alamiah Adam) adalah aspek dari hidup baru yang diberikan kepada ciptaan baru di dalam Kristus.

Bagi “ciptaan baru di dalam Kristus” semua hal sangat berbeda dari pada ketika masih “di dalam Adam.” Bagi manusia, yang memiliki hidup alamiah dari Adam, sangat menentukan apakah seseorang lahir dari suatu suku atau bangsa tertentu. Seseorang yang lahir sebagai orang Yahudi akan memiliki konsekuensi yang sangat berbeda dari pada mereka yang lahir sebagai orang bukan Yahudi. Apakah seseorang cenderung agamawi atau duniawi sangat berbeda bagi manusia yang belum diselamatkan. Sebaliknya, bagi mereka yang sudah dipersatukan dalam tubuh Kristus melalui iman percaya kepada Yesus sebagai Tuhan, dapat belajar bahwa dalam pandangan Allah: “Bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya.”
Di dalam kerajaan Sorga, perbedaan lahiriah tidak ada artinya. Perbedaan lahiriah sebagai manusia tidak menentukan apakah kehendak Tuhan terlaksana atau tidak. Semua itu tidak ada artinya. Yang menentukan adalah apakah kita sudah “menjadi ciptaan baru” di dalam Kristus.

Ketika kita menjadi orang percaya karena kasih karunia melalui iman, Allah memberikan kelahiran baru kepada kita. “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali” (1 Pet 1:3). Kita diciptakan baru. Kita menjadi mahluk rohaniah yang baru di hadapan Allah. Kita “mengenakan manusia baru” (Kol 3:10). Bagi orang percaya di dalam kerajaan Sorga: “Tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu” (Kol 3:11). Yang utama adalah bahwa Tuhan Yesus Kristus hadir di dalam hidup anak-anak-Nya. Roh Kudus menjadi air kehidupan yang kita nikmati dan yang mempersatukan kita. “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh” (1 Kor 12:13). Setiap manusia yang berseru kepada Tuhan dalam iman akan menikmati kekayaan ilahi: “Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya” (Rom 10:12).

Ya Tuhan, yang mengaruniakan hidup yang baru bagiku, hatiku merayakan kebenaran agung bahwa aku adalah ciptaan yang baru di dalam Kristus. Aku bersukacita karena Engkau tidak melihat perbedaan lahiriah manusia untuk mencurahkan kasih karunia-Mu kepadaku. Aku memuji Engkau untuk kekayaan kasih karunia-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

30 March 2014

30 Maret – Berkuasa dalam Hidup melalui Kristus

Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. – Roma 5:17

Tuhan ingin agar kita hidup dan bertumbuh di dalam berkat kemenangan-Nya. Kita bisa berjalan dalam kemenangan pada saat kita mulai menjadi orang percaya kepada Kristus, karena kita hanya akan bisa “hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.”

“Oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu.” Karena dosa Adam, umat manusia mengalami kematian rohani. Iblis menggunakan kematian ini untuk menguasai dan merusak kehidupan manusia. Yesus mengambarkan iblis seperti seorang pencuri. “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan” (Yoh 10:10). Itulah sebabnya kehidupan manusia penuh dengan kekalahan, kegagalan dan kematian. “Maut” menguasai semua keturunan Adam.

Sebuah sumber kuasa yang lebih besar dapat ditemukan di dalam Kristus. “Lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.” Sumber daya sorgawi begitu besar sehingga dapat menggantikan kekalahan di dalam Adam dengan kemenangan di dalam Kristus. Sumber daya yang diberikan ada dua yaitu: “kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran.”

Di dalam Kristus setiap orang percaya menerima “anugerah kebenaran.” Yaitu kebenaran yang Tuhan Yesus berikan kepada kita melalui iman. Kebenaran ini memungkinkan kita untuk berdiri di hadapan Allah yang Kudus: “Dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan” (Flp 3:9). Semua orang percaya memiliki anugerah ini, namun tidak semua orang percaya hidup dalam kemenangan. Kuncinya adalah kesadaran bahwa mereka sebenarnya “telah menerima kelimpahan kasih karunia.” Setiap orang Kristen adapah penerima kasih karunia. Namun, banyak dari mereka yang tidak hidup di dalam kasih karunia dari hari ke hari. Mereka hidup berdasarkan daging mereka sendiri, artinya mengandalkan diri mereka sendiri yang merupakan keturunan jasmani Adam.

Ingatlah bahwa hidup di dalam kasih karunia berarti hidup di dalam iman dan dalam kerendahan hati. “Allah… mengasihani orang yang rendah hati” (Yak 4:6). Dan melalui Yesus, “kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah” (Rom 5:2).

Tuhan sumber kasih karunia, dahulu kuasa maut sudah menghancurkan hidupku, membawa kekalahan dan kegagalan. Ajar aku untuk mengalami kelimpahan kasih karunia-Mu, supaya aku dapat berkuasa dan berkemenangan di dalam hidup, melalui Anak-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

29 March 2014

29 Maret – Kematian dalam Adam atau Kehidupan dalam Kristus

Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. – 1 Korintus 15:21-22

Perjanjian baru kasih karunia adalah perjanjian mengenai persekutuan. Perjanjian baru ini diperlukan karena kematian rohani manusia yang terjadi melalui Adam. Kehidupan rohani melalui Kristus memungkinkan manusia untuk bisa memiliki hubungan yang intim dengan Allah. Semua manusia di dunia ini mewarisi hidup yang berdosa dari Adam: “Maut datang karena satu orang manusia.” Semua manusia yang menaruh iman kepada Yesus Kristus menerima hidup yang dibenarkan, dibangkitkan: “Kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia (yaitu Kristus).”

Adam memulai hidupnya dalam keintiman dengan Allah sang Pencipta. “Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup…TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kej 2:7,15). Di taman Eden, Adam melayani dan bersekutu dengan Tuhan saat “TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk” (Kej 3:8).

Adam dapat menikmati semua yang ada di dalam taman itu dengan bebas, kecuali untuk satu pohon. “Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kej 2:17). Bagi Adam dan seluruh keturunannya, “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rom 6:23). Pada hari Adam dan Hawa melanggar perintah Tuhan dan memakan buah yang terlarang itu, mereka mati secara rohani. “Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman” (Kej 3:8). Dahulu mereka menikmati hadirat Allah dengan bebas, tetapi sekarang mereka bersembunyi dari Dia. Sejak saat itu, semua keturunan Adam akan memulai hidup mereka “mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa” (Ef 2:1).

Satu-satunya jalan keluar dari kematian rohani yang dialami oleh keturunan manusia adalah dengan memiliki hubungan dengan nenek moyang yang baru. “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa… jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus” (Rom 5:12,15). Hanya ada dua kelompok keturunan manusia: Keturunan Adam atau keturunan Kristus. Manusia hanya berhubungan dengan salah satu dari dua kepala keluarga: Adam atau Kristus. Adam mewariskan kematian rohani kepada keturunannya. Oleh kasih karunia, Kristus memberikan hidup yang kekal kepada anggota keluarga-Nya.

Allah maha Pencipta, Bapaku yang kekal, aku menyadari bahwa aku lahir dalam keturunan Adam yang berdosa. Aku mengucap syukur karena Engkau sudah mengirimkan Anak-Mu untuk menolong dan memindahkan aku dari keturunan Adam menjadi keturunan Kristus. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

28 March 2014

28 Maret – Persekutuan yang Intim di dalam Kristus

Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus. – Efesus 2:13

Kita sudah melihat bahwa perjanjian baru kasih karunia adalah sebuah perjanjian mengenai persekutuan. Dalam kata-kata sederhana “di dalam Kristus” memperlihatkan kedekatan dan keintiman yang tersedia oleh karena kasih karunia. Secara rohani kita hidup “di dalam Kristus”. “Di dalam Kristus” juga berbicara bagaimana cara kita hidup. Sama seperti ikan yang hidup di dalam air dan hidup dari sumber daya yang tersedia di dalam air, kita hidup “di dalam Kristus” dan hidup dari sumber daya yang tersedia “di dalam Kristus.”

Kita yang sudah percaya kepada Yesus tidak saja “sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus.” Kita juga menjadi satu dengan Dia, sama seperti tubuh menjadi satu dengan kepala. “Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat” (Kol 1:18). Bahkan sebenarnya, kita dipersatukan dengan Tuhan Yesus lebih erat dari pada anggota tubuh fisik kita kepada kepala fisik kita. Kita dapat mengandalkan Yesus untuk mengarahkan dan mengatur kita. Kita dapat mengandalkan Dia untuk merancang dan memimpin seluruh hidup kita. Kita dapat mengandalkan Dia untuk mengawasi, memelihara dan menyesuaikan semua hal yang mempengaruhi kita.

Persekutuan dalam keintiman ini juga digambarkan seperti pokok anggur dengan ranting-rantingnya. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya” (Yoh 15:5). Kita dapat mengandalkan Dia untuk segala sumber daya kehidupan kita. Kita tidak dapat menghasilkan kehidupan sendiri. Yang kita harus lakukan adalah memusatkan perhatian kita untuk tinggal dan mengandalkan Dia, maka Ia akan membuat hidup kita berbuah dan buahnya dinikmati oleh banyak orang lain.

Keintiman yang Tuhan ingin tumbuhkan dengan kita juga digambarkan seperti hubungan antara seorang suami dan seorang istri. “Kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati” (Rom 7:4). Kita dapat mengandalkan kesetiaan Yesus untuk mengasihi kita dan bahkan berkorban bagi kita. Kita dapat tinggal dalam persekutuan yang kekal di dalam Dia, yang tidak akan pernah meninggalkan kita, untuk alasan apapun, sepanjang perjalanan kita di dunia ini.

Betapa luar biasa berkat yang tersedia bagi kita sekarang dan untuk selama-lamanya “di dalam Kristus.” Untuk selama-lamanya kita dipersatukan dalam keintiman dengan Dia. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih dan kebaikan-Nya: “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rom 8:38-39). “Supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus” (Ef 2:7).

Tuhan Yesus, aku sungguh terpesona oleh keintiman yang tersedia bagiku, saat aku sudah menjadi satu dengan Engkau. Tuhan, aku ingin mengandalkan Engkau sebagai pokok anggurku, mengikuti Engkau sebagai kepalaku, dan mengasihi Engkau sebagai mempelaiku. Tuhan, perlihatkan senantiasa kepadaku buah yang dihasilkan oleh karena persekutuan dengan Engkau dari sekarang sampai selama-lamanya. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

27 March 2014

27 Maret – Perjanjian Baru Kasih Karunia: Perjanjian Persekutuan

Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya… Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus. – Efesus 1:7; 2:13

Berkat terbesar dari perjanjian baru kasih karunia adalah manusia dapat memiliki persekutuan yang intim dengan Allah. Setiap manusia memulai hidupnya dalam keadaan terpisah dari Allah. “kamu, yang dahulu jauh.” Kita tidak dapat sepenuhnya mengerti betapa besarnya jurang dosa yang memisahkan kita dengan Allah. Kita tidak bisa berhubungan dengan Allah. Kita tidak bisa bercakap-cakap dengan Dia atau menikmati kehadiran-Nya. Dahulu kita “kamu tanpa Kristus… tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia” (Ef 2:12). Akibatnya kita dahulu “jauh dari hidup persekutuan dengan Allah” (Ef 4:18). Namun, “menurut kekayaan kasih karunia-Nya,” kita mendapatkan “pengampunan dosa,” karena “oleh darah-Nya kita beroleh penebusan.”

Sekarang, semuanya diubah total. “Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.” Kita tidak lagi terasing dari Allah. “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah” (Ef 2:19). Kita sekarang adalah anggota keluarga Allah. Kita adalah anak-anak yang dikasihi-Nya. “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"” (Gal 4:6). Oleh karena karya Roh Kudus dalam hati kita, kita bisa berseur kepada Tuhan sebagai “Ayah sorgawi” kita. “Tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah” (Rom 8:15-16). Saat kita memanggi “Abba,” Roh Kudus, yang tinggal di dalam kita, memberikan kepada kita sebuah keyakinan yang mendalam bahwa kita adalah benar-benar anak-anak Allah.

Bapa Sorgawi kita ingin membangun sebuah persekutuan yang erat dengan kita, anak-anak-Nya. Ia menghendaki kita untuk mengenal kasih-Nya. “Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita” (Rom 5:5). Tuhan juga menginginkan kita untuk menanggapi dengan kasih kepada Dia. Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (1 Yoh 4:19). Ia mau supaya kita berseru kepada Dia, dan Ia akan menjawab kita. “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau” (Yer 33:3). Ia ingin agar kita mencurahkan isi hati kita kepada Dia. “Curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya” (Mzm 62:9). Oleh karena kasih karunia-Nya, pintu menuju keintiman dengan Allah terbuka di hadapan kita.

Bapa kami yang di Sorga, terima kasih karena Engkau sudah menyucikan aku dari segala dosaku. Aku hendak bertumbuh dalam keintiman dengan Engkau. Ajar aku untuk melihat kasih-Mu lebih lagi agar aku dapat mengasihi Engkau lebih lagi. Ingatkan aku untuk selalu berseru kepada-Mu dan mencurahkan isi hatiku dengan tulus di hadapan-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

26 March 2014

26 Maret – Realitas Kebangkitan Yang Menghidupkan, Bukan Agama Yang Mematikan

Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati. – Kisah Para Rasul 4:1-2

Kebangkitan Kristus membedakan antara agama yang mematikan dan persekutuan yang menghidupkan. Hidup dalam kuasa kebangkitan membedakan antara berjuang dalam dunia ini dan hidup dalam kenyataan sorgawi. Perbedaan ini dapat terlihat dengan jelas di antara para pemuka agama Israel dengan murid-murid Yesus.

Para murid memberitakan pesan kebangkitan Tuhan Yesus yang ajaib kepada orang banyak. “Mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati.” Pesan tersebut membuat marah pada pemuka agama. “Mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. Orang-orang itu sangat marah.” Hari-hari ini, banyak pemimpin agama memperlihatkan tanggapan yang serupa. Agama-agama yang ada di dunia ini dipandang sebagai salah satu jalan menuju Tuhan. Sebagian besar dari mereka tidak menerima mujizat dan hal-hal yang ajaib. Akal dan logika manusialah yang paling berkuasa. Di dalam banyak lingkungan agamawi, kebangkitan Yesus Kristus dianggap sebagai mitos dan tidak masuk akal. Secara munafik mereka membahas kebangkitan walaupun sebenarnya tidak percaya.

Demikianlah juga orang-orang Saduki pada zaman dahulu. Mereka membicarakan mengenai kebangkitan, bahkan bertanya kepada Yesus seolah-olah setuju bahwa Tuhan dapat membangkitkan orang dari kematian. “Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia” (Mat 22:28). Pertanyaan ini mengikuti cerita mereka dimana ada tujuh laki-laki bersaudara menjadi suami dari satu istri melalui rangkaian tujuh kematian dan perkawinan. Pertanyaan ini sebenarnya sebuah kebodohan. Pertama, pertanyaan ini diajukan dalam kemunafikan. “Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan” (Mat 22:23). Kedua, mereka tidak sadar apa yang ditulis oleh Firman Tuhan mengenai kondisi sorgawi. “Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga” (Mat 22:30). Tuhan Yesus menjelaskan bahwa para pemikir agamawi ini membuat dua kesalahan dalam pernyataan mereka. “Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!” (Mat 22:29).

Kita yang sudah dilahirkan kembali melalui iman kepada Tuhan Yesus yang bangkit dapat jatuh dalam kesalahan yang sama melalui cara hidup kita setiap hari. Kita dapat berbicara mengenai Yesus yang bangkit, tetapi berperilaku seolah-olah hal tersebut bukan kebenaran yang nyata dalam hidup kita. Kita mungkin saja salah, “tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!”

Allah Bapa di Sorga, terima kasih untuk kesabaran-Mu saat aku memperlihatkan ketidak-percayaanku kepada kebangkitan, tetapi hidup dengan akal dan logikaku yang terbatas. Tolong aku untuk mengerti apa yang Alkitab katakan mengenai hidup setiap hari dalam kuasa kebangkitan Kristus. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

25 March 2014

25 Maret – Kebangkitan dan Pengudusan (5)

Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi. – 2 Korintus 1:8-10

Ayat kita hari ini sekali lagi berbicara tentang kuasa kebangkitan Kristus yang bekerja dalam kehidupan orang percaya setiap hari dalam proses pengudusan dan pendewasaan rohani. Cara Tuhan mengerjakan karya kebangkitan ini adalah ditengah-tengah ujian yang dialami oleh Paulus dan rekan-rekannya ketika melayani Tuhan.

Paulus tidak ingin orang tidak mengetahui kesulitan yang ia alami. “Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil.” Sering kali kita terdorong untuk menutupi pergumulan kita dari orang lain. Akibatnya, Allah tidak mendapatkan kemuliaan yang pantas Ia terima ketika Ia menolong kita. Kita juga menghalangi orang lain untuk belajar bagaimana Allah dengan setia menepati janji-Nya kepada orang percaya.

Pergumulan yang Paulus alami sangat berat. “Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami.” Secara rohani, pergumulan ini “mematikan” Paulus dan kelompok misinya. Mereka ditekan, tanpa daya, dan tanpa harap. Ketika kita ada dalam situasi tanpa pengharapan, penderitaan kita sepertinya tidak ada gunanya. Tetapi, masalah yang kita dan Paulus hadapi memiliki manfaat yang tidak ternilai: “Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.” Kita sudah berulang kali menemukan bahwa hidup dalam kasih karunia memerlukan iman dan kerendahan hati. Tuhan memberikan kasih karunia kepada mereka yang rendah hati, dan iman adalah jalan masuk ke dalam kasih karunia.

Ujian dan kesulitan hidup menjadi jalan untuk rendah hati di hadapan Allah. Kita didorong untuk berseru kepada Allah dalam ketidakberdayaan kita. Ujian juga memberikan kesempatan kepada kita untuk semakin mengandalkan Allah. Ketika ujian tersebut menjadi semakin berat, Tuhan membersihkan penghalang iman terbesar, yaitu pengandalan diri sendiri. “Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.” Saat kita menyadari bahwa kita tidak dapat menghadapinya dengan kekuatan sendiri, kita berseru kepada Tuhan, yang dengan setia akan membangkitkan kita dari situasi yang mematikan tersebut. “Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami.” Jadi, saat iman tumbuh, demikian pula keyakinan bahwa Ia telah dan akan selalu menyelamatkan kita.

Ya Tuhan, juru selamatku, tolong aku dalam ujian yang mengubur aku dalam keputus-asaan. Perlihatkan kepadaku ketika aku mengandalkan diriku sendiri. Aku merendahkan diriku di hadapan-Mu dan sepenuhnya percaya kepada-Mu. Bangkitkan aku ya Tuhan. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

24 March 2014

24 Maret – Kebangkitan dan Pengudusan (4)

Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. – Filipi 3:10-11

Saat kita semakin mengenal Allah melalui kebangkitan, yaitu mengenal dan mengambil bagian dalam kuasa kebangkitan, penderitaan dan keserupaan dalam kematian Kristus, hidup kita diubahkan. Kita “beroleh kebangkitan dari antara orang mati.”

Kalimat ini mengingatkan kita kepada kebangkitan orang percaya di akhir zaman. “Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar” (Luk 14:13-14). Memang semua orang benar akan dibangkitan pada hari terakhir dan akan masuk ke dalam hidup yang kekal. Namun, kebangkitan yang dimaksud dalam ayat renungan hari ini bukanlah kebangkitan di akhir zaman.

Pernyataan Paulus mengenai “beroleh kebangkitan dari antara orang mati” berbicara tentang sesuatu yang harus diraih sekarang, dimana kita dalam bertumbuh di dalamnya sementara kita hidup di dunia ini. Hal ini nampak pada ayat berikutnya: “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus” (Flp 3:12). Paulus mengatakan bahwa ia belum sepenuhnya mencapai kebangkitan yang dimaksud. Walaupun Paulus mengetahui bahwa ia sudah mendapatkan bagian dalam kebangkitan terakhir. Jadi Paulus sedang membicarakan hal yang lain.

Pada ayat-ayat sebelumnya Paulus menulis apa yang ia kejar. “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus… Yang kukehendaki ialah mengenal Dia” (Flp 3:8,10). Inilah hasrat terbesar Paulus. “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan” (Flp 3:13). Satu hal yang Paulus tuju adalah persekutuan yang semakin dalam dengan Kristus yang bangkit. Paulus ingin mengenal Yesus sedemikian rupa sehingga ia “beroleh kebangkitan dari antara orang mati.” Paulus menginginkan keintiman dengan Yesus untuk menghasilkan kehidupan yang bangkit dari kematian. Ia ingin menghadapi setiap situasi dalam hidup dengan sikap dan cara pandang kebangkitan ilahi, sebuah gaya hidup yang bertolak belakang dengan dunia sekitar yang sekarat dan mati.

Ya Tuhan Yesus yang bangkit, aku bersyukur karena Engkau telah menyediakan sebuah tempat bagiku dalam kekekalan. Aku berdoa sekarang supaya aku dapat mengenal Engkau lebih lagi sehingga aku dapat hidup dalam kebangkitan setiap hari. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

23 March 2014

23 Maret – Kebangkitan dan Pengudusan (3)

Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya. – Filipi 3:10

Hasrat terbesar dari Rasul Paulus adalah “mengenal Dia.” Paulus menulis bahwa dengan mengenal Allah, tiga hal akan tumbuh yaitu kuasa kebangkitan, persekutuan dalam penderitaan Kristus dan keserupaan dalam kematian-Nya. Kita sudah melihat dalam renungan sebelumnya bagaimana kuasa kebangkitan dan penderitaan dapat membuat kita semakin mengenal Allah. Sekarang kita menambahkan aspek lain dari persekutuan dengan Kristus: “menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.”

Ada beberapa aspek yang unik dari kematian Kristus di kayu salib, misalnya pengampunan dosa. Namun ada beberapa aspek dari kematian Kristus yang Tuhan ingin tumbuhkan dalam hidup kita. Pada saat Yesus tergantung di kayu salib, sepertinya adalah sebuah kekalahan. Tetapi sebenarnya Tuhan sedang membuat sebuah karya yang mulia. “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka” (Kis 2:23). Kadang kita ada dalam situasi dimana seolah-olah hanya ada satu hasil yaitu kekalahan yang mematikan. Namun kemudian Allah membuka rahasia rencananya kepada kita. Dengan membawa kita melewati sesuatu yang mustahil dan mengubah kekalahan menjadi sebuah kemenangan, Tuhan sebenarnya sedang membuat kita semakin mengenal Dia dan jalan-jalan-Nya.

Ketika Yesus sedang sekarat, Ia tergantung tidak berdaya di kayu salib. Ia menyerahkan hidupnya ke dalam tangan Allah Bapa. “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Luk 23:46). Allah Bapa memperlihatkan kesetian-Nya dan Yesus kemudian bangkit dari kubur. “Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa” (Rom 6:4). Kadang kita ada dalam situasi dimana hanya campur tangan Allah Bapa saja yang dapat menolong kita. Ketika Allah sebagai satu-satunya pengharapan kita menyatakan diri-Nya dan menjawab seruan kita, ,maka semakin dalam kita akan mengenal Dia dan jalan-jalan-Nya.

Ya Tuhan yang maha mulia, tolong aku supaya aku tidak menjadi takut dan bimbang saat aku mengalami keserupaan dengan kematian Anak-Mu. Ketika segala sesuatu terlihat sebagai kekalahan dan kematian, ingatkan aku agar memandang Engkau dan karya-Mu. Ketika aku tergantung tanpa daya dalam situasi yang tanpa pengharapan, ingatkan aku untuk menyerahkan diriku ke dalam tangan-Mu yang setia. Tuhan, aku ingin mengenal Engkau lebih dalam lagi. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

22 March 2014

22 Maret – Kebangkitan dan Pengudusan (2)

Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus… Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya. – Filipi 3:8,10

Pengudusan adalah proses dimana orang yang sudah ditebus sedikit demi sedikit dipisahkan untuk suatu tujuan yaitu memuliakan Tuhan. Kebangkitan Kristus dan kuasa kebangkitan tersebut dijalin ke dalam proses ini. Ayat firman Tuhan kita hari ini memberikan cara pandang lain dari kebenaran ini.

Kuasa kebangkian kembali terlihat. Namun, konteks dari ayat tersebut melebihi pemberdayaan kuasa ilahi: “Mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya.” Tema utama dari ayat tersebut adalah mengenal Tuhan. “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku.” Hasrat Paulus adalah untuk mengenal Kristus dengan lebih intim lagi. Paulus menyatakan bahwa hasrat ini “lebih mulia dari pada semuanya.” Paulus siap untuk kehilangan segalanya agar dapat bersekutu lebih dalam dengan Tuhan.

Persekutuan kita dengan Tuhan dimulai dengan “kuasa kebangkitan-Nya.” Dahulu kita sudah mati dalam dosa-dosa kita, kemudian Tuhan membangkitkan kita ke dalam hidup yang baru, yaitu saat kita percaya kepada-Nya. Betapa indah saat kita memulai persekutuan kita dengan Allah. Sukacita dan ucapan syukur merupakan hasil dari kebangkitan kita. Kuasa kebangkitan-Nya menimbulkan rasa kagum dan hormat kepada pribadi Dia, Allah yang maha kuasa.

Dengan berjalannya waktu, kita menemukan bahwa ada cara lain untuk mengenal Allah lebih dalam: yaitu “persekutuan dalam penderitaan-Nya.” Banyak orang yang menjadi pengikut Kristus terkejut, yaitu ketika mereka sudah percaya kepada Yesus ternyata menemui masalah dan penderitaan. Pada masa-masa awal sukacita persekutuan kita dengan Yesus, kita mungkin mengira bahwa kita tidak akan mengalami tantangan. Tetapi kemudian, kita akan menderita sama seperti Yesus, karena kita melakukan yang benar demi kebenaran. “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (1 Pet 1:21). Persekutuan kita dengan Dia justru akan semakin dalam ketika kita melalui ujian tersebut. Saat kita melalui jalan yang semakin menantang, kita akan melihat betapa setia dan baiknya Tuhan yang menjawab seruan kita. Sekali lagi, kasih kita kepada Allah akan tumbuh.

Ya Tuhan yang maha kuasa dan maha kasih, aku mengagungkan Engkau karena kuasa kebangkitan-Mu. Aku meninggikan Engkau oleh karena belas kasihan-Mu yang tiada tertandingi. Engkau mengizinkan aku untuk melalui tantangan supaya aku bertumbuh dalam pengenalan akan Engkau. Limpahkanlah kuasa-Mu dalam kelemahanku. Curahkanlah belas kasihan-Mu dalam penderitaanku. Biarkanlah aku mengenal Engkau lebih lagi. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

21 March 2014

21 Maret – Kebangkitan dan Pengudusan (1)

Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti... betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga. – Efesus 1:18-20

Sama seperti kebangkitan memiliki peran yang penting dalam pembenaran, yaitu saat kita mulai hidup baru dengan Allah, kebangkitan juga berperan penting dalam pengudusan kita, yaitu hidup berjalan bersama Allah setiap hari. Dalam perjanjian baru kasih karunia, kebangkitan terlibat dari awal hingga akhir dalam kehidupan orang Kristen.

Ayat renungan kita diambil dari doa Paulus untuk jemaat di Efesus. Dimulai dengan permohonan agar Tuhan memberikan pengertian rohani: “Menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti.” Tuhan ingin kita mengerti kebenaran penting ini, yaitu apakah sebagai orang percaya kita berjalan dalam hidup dengan kekuatan ilahi atau dengan kelemahan manusia daging.

Adalah penting untuk mengetahui sumber daya untuk kehidupan sebagai orang percaya: “Agar kamu mengerti... betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya.” Kita yang sudah dibenarkan melalui iman kepada Kristus seharusnya tidak lagi menggunakan kekuatan kita sendiri dalam menjalani kehidupan ini. Kita yang sudah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus harus hidup dalam kehidupan yang baru ini dengan kuasa Allah!

Kuasa Allah yang dinyatakan dalam doa ini adalah kuasa kebangkitan: “Sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.” Kuasa maha dahsyat yang menjadikan Yesus yang mati di salib sebagai Juru selamat bangkit menjadi Allah yang hidup, juga tersedia bagi kita.

Sedemikian luar biasa kuasa yang diperlihatkan dalam kebangkitan Yesus, namun masih ada hal yang lebih dahsyat tersedia bagi kita: “Dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga.” Kuasa Allah sanggup membangkitkan Yesus dari kematian dan juga mendudukan Yesus di sebelah kanan Allah Bapa di Sorga. Tentunya kuasa seperti ini cukup untuk mengangkat kita dari situasi yang seolah tanpa harapan.

Allah sumber kuasa kebangkitan, sudah banyak hari yang aku lalui tanpa mencari Engkau dan mengandalkan kuasa-Mu. Sering kali aku hidup hanya berdasarkan kekuatanku sendiri. Aku bertobat dari pengandalan diriku sendiri yang sangat terbatas. Tuhan, oleh karena kasih karunia-Mu aku dapat melihat dan mengerti kuasa kebangkitan yang tersedia bagiku, oleh karena itu bekerjalah dalam hidupku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
____

20 March 2014

20 Maret – Kebangkitan dan Pembenaran (2)

Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati. Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu... telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita. – Kolose 2:12-13

Ayat yang penuh dengan kebenaran yang mulia ini memperlihatkan peran kebangkitan Kristus sejak saat kita mulai percaya kepada Dia dan dibenarkan di dalam Kristus. Pekerjaan Allah di dalam kita dimulai dengan kita “dikuburkan dalam baptisan.” Dalam hal ini, baptisan berbicara mengenai bagaimana pengalaman kita sama seperti Kristus, bukan soal upacara baptisan air. Ketika kita pertama kali percaya kepada Tuhan Yesus, kita bersekutu dengan Dia, dijadikan satu dengan Dia, sama dengan Dia. “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya” (Rom 6:5). Dari sudut pandang Allah, kita yang percaya kepada Anak-Nya sudah mati disalibkan bersama dengan Dia dan dikuburkan bersama dengan Dia. Upacara baptisan air melambangkan hal tersebut. Sedangkan ayat ini mengatakan secara rohani kita sudah mengalami apa yang Yesus alami. Dipandangan Allah, hidup kita yang lama sudah disalibkan dan dikuburkan.

Melalui iman kepada Yesus Kristus dan bagaimana kita bersekutu dengan dia, kita juga sama seperti Kristus dibangkitkan dari kubur. “Dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.” Seperti kematian-Nya menjadi kematian kita, demikian pula kebangkitan-Nya menjadi kebangkitan kita. “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya” (Rom 6:5). Dipandangan Allah, kita sudah dibangkitkan kepada kehidupan yang baru di dalam Kristus. “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rom 6:4).

Kolose 2:13 juga menjelaskan kebutuhan lain dari kebangkitan rohani kita. Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu... telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia.” Sebelum kita dibenarkan melalui iman kepada Tuhan Yesus, kita tidak hanya dinyatakan bersalah dan terhukum, kita juga dalam keadaan mati secara rohani. Kita tidak memiliki hidup. Kita terpisah dari Allah dan tidak dapat bersekutu dengan Dia. Bagi kita yang sudah menerima pembenaran melalui iman, Allah bangkitkan bersama Kristus dari kematian rohani kita.

Tuhan yang maha mulia, terima kasih untuk mengingatkan aku betapa hidupku tanpa harapan sebelum Engkau menyelamatkan aku. Aku tidak saja membutuhkan keselamatan, aku sudah mati secara rohani. Aku bersyukur untuk kematian dan penguburan manusia lama ku bersama dengan kematian dan penguburan Anak-Mu Yesus. Aku memuji Engkau karena kebangkitan ku bersama Kristus ke dalam hidup yang baru. Aku bersukacita untuk kasih karunia-Mu yang luar biasa. Aku berdoa agar kuasa kebangkitan-Mu memimpin aku dalam hidup yang baru. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

19 March 2014

19 Maret – Kebangkitan dan Pembenaran (1)

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. – 1 Petrus 1:3

Kita memiliki banyak sekali alasan untuk menyembah Tuhan, untuk memuji Dia dengan ucapan syukur. “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus.” Allah Bapa kita di Sorga sudah melimpahkan banyak berkat sehingga kita menginginkan Dia untuk dipuji dan disembah. “Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu” (Mzm 86:5). Oleh karena kasih-Nya yang besar, Ia mengutus Anak-Nya untuk membayar hutang dosa kita. Melalui iman kepada nama-Nya, kita menerima pengampunan dan hidup yang baru. Dari hari ke hari Ia hadir bersama dengan kita, bekerja di dalam kita dan bekerja melalui hidup kita. Betapa kita sangat diberkati!

Dalam ayat renungan kita hari ini, hati Tuhan yang penuh dengan belaskasihan mengerjakan sesuatu yang luar biasa: “Yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali... kepada suatu hidup yang penuh pengharapan.” Rahmat Tuhan menyediakan sebuah jalan di mana dalam kebenaran-Nya yang kudus Ia menahan penghukuman kekal yang selayaknya kita terima. Rencana keselamatan ini menjadikan kita lahir baru. Tuhan sudah “melahirkan kita kembali.” Kita semua lahir ke dunia ini melalui orang tua jasmani kita, sebuah kelahiran yang membawa kita kepada kehidupan manusia di dunia yang sementara. Bagi kita semua yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat pribadi kita, kita diberikan sebuah hidup yang baru dari Allah yaitu hidup yang kekal di dalam Kristus. Inilah kebenaran sorgawi yang berhubungan dengan pembenaran, yaitu dinyatakan sebagai orang benar di hadapan Allah, sehingga dapat berjalan bersama-sama Allah.

Kelahiran kembali ini juga di sebut sebagai “suatu hidup yang penuh pengharapan.” Ketika kita lahir ke dalam keluarga Allah, kita memiliki sebuah pengharapan yang sejati. Pengharapan dalam Alkitab adalah sesuatu yang pasti akan terjadi di masa depan. Pengharapan yang Alkitabiah adalah sebuah jaminan yang kekal. Ini adalah sebuah hal yang sangat penting bagi semua orang. Jika tidak demikian, manusia akan putus asa, mereka hanya akan mengikuti arus dalam kesia-siaan.

Pengharapan dari Tuhan berbicara soal “hidup.” Pengharapan ini bersumber dari kebangkitan Kristus. “Tuhan... telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan.” Pengharapan karena kebangkitan Kristus ini mampu membangkitkan kita dari segala bentuk ‘kematian’ dalam hidup kita, baik itu kematian secara batin maupun kondisi hidup yang sepertinya tanpa jalan keluar.

Allah Bapa yang penuh dengan kasih karunia, aku memuji Engkau untuk kasih-Mu yang melimpah kepada ku. Aku bersyukur untuk kelahiran baru yang Engkau karuniakan kepadaku. Aku berterima kasih untuk hidup yang penuh pengharapan. Aku berdoa agar engkau bekerja dalam aspek-aspek hidupku yang mati. Aku mengakui ada bagian-bagian dalam hatiku yang mati. Aku menghadapi situasi-situasi yang sepertinya tanpa harapan. Bangkitkan dalam batinku kekuatan dan semangat yang baru. Angkat aku dari hidup yang tanpa pengharapan oleh karena Engkau sudah bangkit dari kematian. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___
Ayo Baca Alkitab: 19 Maret - Persembahansulung, persepuluhan, mengenai berkat dan kutuk 

18 March 2014

18 Maret – Kebangkitan dan Hubungannya Dengan Pembenaran dan Pengudusan

“Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya” – Yohanes 11:25-26

Kita akan menggunakan pola yang sudah kita gunakan sebelumnya, yaitu menerapkan topik kita saat ini, yaitu tentang kebangkitan, kepada bagaimana kita memulai bersama Allah dalam pembenaran, dan bagaimana kita hidup bersama Allah dalam pengudusan. Dengan mengulang kembali pola ini, kita akan terus diingatkan bahwa kasih karunia yang Tuhan mulai dalam hidup kita yang baru dalam Kristus adalah kasih karunia yang sama yang Tuhan curahkan dalam hidup selanjutnya bersama Kristus.

Ketika Yesus mengumandangkan kata-kata dalam ayat di atas, Ia sedang berdiri di depan kubur Lazarus. Marta, salah satu adik dari Lazarus, sedang bertemu Yesus. Marta sebenarnya berharap bahwa Yesus datang lebih awal, sehingga Lazarus tidak mati. “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati” (Yoh 11:21). Namun walaupun Lazarus sudah terbaring di dalam kubur, Marta tahu bahwa Yesus masih bisa melakukan sesuatu. “Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya” (ayat 22). Yesus menghibur Marta dengan meyakinkan dia bahwa Lazarus akan dibangkitkan. “Saudaramu akan bangkit” (ayat 23). Marta mengira bahwa Yesus sedang berbicara mengenai kebangkitan di akhir zaman. “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman” (ayat 24).

Pada titik ini, Yesus menyampaikan salah satu dari pewahyuan mengenai diri-Nya. “Akulah kebangkitan dan hidup.” Lalu Yesus menambahkan dua aplikasi. Pertama, iman kepada Dia yang dapat membangkitkan orang mati seperti Lazarus. “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” Kedua, iman kepada menjamin hidup yang kekal kepada mereka yang hidup. “Dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.”

Mari kita renungkan akibat yang dihasilkan oleh pernyataan Yesus tersebut. “Akulah kebangkitan dan hidup.” Marta menginginkan Lazarus segera dibangkitkan. Yesus menyatakan bahwa Dialah yang diperlukan Marta bagi saudaranya. Yesus adalah “kebangkitan dan hidup.” Yesus menyediakan kebangkitan dan hidup, karena Dialah kebangkitan dan hidup itu sendiri. Dialah kebangkitan yang kita perlukan bagi kematian kita, baik jasmani maupun rohani. Dialah hidup yang kita perlukan untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Mengenal Yesus dengan iman adalah cara agar kita dapat mengambil bagian dalam Dia sang “kebangkitan dan hidup.” Hal ini sangat penting untuk disadari, karena hidup sebagai orang Kristen adalah hidup dalam kebangkitan. Hidup seperti itu hanya dapat ditemukan dalam Tuhan yang bangkit dan hanya dapat dibangun dalam Tuhan yang bangkit.

Tuhan Yesus, aku merendahkan diri di hadapan-Mu sebagai Tuhan yang bangkit. Diluar Engkau aku hidup dalam kematian rohani sebagai orang berdosa. Di dalam Engkau aku mendapatkan kebangkitan rohani sehingga aku lahir baru. Sekarang aku akan bersekutu dengan Engkau setiap hari supaya hidup yang dibangkitkan ini akan bertumbuh di dalam Engkau. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

17 March 2014

17 Maret – Kemenangan Kebangkitan Untuk Hidup Orang Percaya

Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. – 1 Korintus 15:57-58

Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus membawa kemenangan rohani atas dosa dan maut kepada semua orang yang percaya kepada-Nya. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” Saat kita mengijinkan Tuhan untuk menuntun kita setiap hari, maka “Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya” (2 Kor 2:14). Saat proses ini berjalan, sebuah kehidupan kekristenan akan terbentuk karena kasih karunia Tuhan yang bekerja atas kita.

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh.” Adalah kehendak Allah supaya hidup kita ada dalam keteguhan. Paulus bersukacita kepada orang percaya yang demikian: “Aku melihat dengan sukacita tertib hidupmu dan keteguhan imanmu dalam Kristus” (Kol 2:5). Ia kemudian menuliskan juga bahwa mereka harus “Berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman” (Kol 2:7).

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, … jangan goyah.” Allah menghendaki agar kita tidak mudah diombang-ambingkan. Paulus adalah teladan yang baik dalam hal ini. Walaupun ia menghadapi ancaman, ia berkata: “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun” (Kis 20:24). Saat Paulus menulis kepada jemaat di Efesus, ia memperingatkan mereka agar jangan bimbang: “Sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran” (Ef 4:14).

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, … giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan.” Tuhan ingin agar kita sungguh-sungguh bekerja sama dengan Dia. Inilah salah satu tujuan dari karya penebusan Yesus bagi kita: “Yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik” (Tit 2:14). Hidup dalam kasih karunia akan menghasilkan hidup yang berlimpah dengan perbuatan baik. Yang luar biasa, perbuatan baik tersebut sebenarnya adalah karya Tuhan di dalam kita. “Giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan.” Saat Allah bekerja di dalam kita, kita dapat hidup dengan sebuah kebenaran bahwa: “Dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”

Sebagai catatan, kata kunci yang menjadi dasar dari semua karakteristik ilahi adalah: “Karena itu.” Hal ini berkaitan dengan kemenangan dalam kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Karena karya pengorbanan Yesus bagi manusia, siapapun yang percaya akan melihat karakter ilahi ini timbul di dalam hidup kita karena kasih karunia Allah.

Ya Tuhan, aku rindu untuk hidup dalam keteguhan rohani. Aku berdoa agar hidupku tidak goyah. Aku ingin bekerja bersama Engkau dengan giat. Aku memiliki keyakinan yang teguh karena Engkau sudah menang atas maut. Bekerjalah di dalam aku dengan kasih karunia-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

16 March 2014

16 Maret – Kemenangan Kebangkitan Oleh Kasih Karunia Allah

Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. – 1 Korintus 15:56-57

Dalam ayat di atas kita melihat dua masalah besar yang dijawab oleh kebangkitan Yesus. “Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.” Sengatan yang menyebabkan kematian baik secara fisik maupun secara rohani kepada manusia adalah dosa. “Sebab upah dosa ialah maut” (Rom 6:23). Adam berdosa dan seketika itu juga mati secara rohani. Kemudian pada akhirnya ia mati secara fisik. “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” (Rom 5:12). Sebagai keturunan Adam, kita mewarisi status orang berdosa. Namun, secara pribadi, kita juga hidup di dalam dosa dan kematian rohani sampai kita datang kepada Kristus.

Kuasa yang dosa gunakan dalam hidup adalah hukum Taurat. “Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah” (Rom 3:19). Dengan kekuatannya sendiri manusia tidak mungkin dapat lepas dari hukuman Allah atas dirinya. Kuasa hukum Taurat mengikat manusia berdosa untuk bertanggung jawab kepada Allah.

Kebangkitan Yesus Kristus menggenapi pengorbanan-Nya atas dosa manusia dan meniadakan sengat dosa. “Hai maut, di manakah sengatmu?” (1 Kor 15:55). Hidup kekal menggantikan sengat dosa bagi semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rom 6:23). Kemenangan kasih karunia akan menggerakan rasa syukur dalam hati orang yang sudah ditebus. “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”

Perhatikan bahasa kasih karunia yang digunakan untuk menjelaskan apa yang diterima lewat kebangkitan. “Karunia Allah ialah hidup yang kekal... Syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan.” Dua istilah ini (“karunia” dan “memberikan”) merupakan bahasa kasih karunia. Hidup kekal adalah sebuah hadiah, yaitu sebuah kemurahan Tuhan kepada kita yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Kemenangan yang kita terima adalah melalui kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Jadi kemenangan ini diberikan kepada kita, bukan merupakan upah kita, bukan juga karena kita berkenan kepada Dia dan bukan karena usaha kita. Tuhan rindu untuk membawa dan memimpin kita dalam kemenangan. “Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya” (2 Kor 2:14).

Allah Bapa yang di Sorga, aku mengakui bahwa aku sudah berdosa terhadap Engkau, sama seperti Adam. Tuhan, aku bergumul dengan kematian rohani akibat dosa. Hukum-Mu yang kudus mengikat aku dalam hukuman. Aku tidak dapat melakukan apapun untuk membebaskan diriku sendiri. Namun Engkau memberikan kepadaku hidup yang kekal saat aku percaya kepada Anak-Mu. Oleh karena kasih karunia-Mu, Engkau memberi aku kemenangan. Terima kasih Tuhan. Sekarang biarlah Engkau yang memimpin aku kepada kemenangan. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___