31 May 2014

31 Mei – Respon Bangsa Israel Terhadap Tuntutan Hukum Taurat

Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan." – Keluaran 24:7
Engkau telah menerima janji dari pada TUHAN pada hari ini, bahwa Ia akan menjadi Allahmu, dan engkaupun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya. – Ulangan 26:17

Taurat Allah menuntut ketaatan sepenuh hati. “Pada hari ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu” (Ul 26:16). Ketika bangsa Israel mendengar perintah ini, mereka menyatakan dengan penuh kepercayaan diri bahwa mereka akan taat dan melakukannya. “Engkau telah menerima janji dari pada TUHAN pada hari ini, bahwa Ia akan menjadi Allahmu, dan engkaupun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya.” Empat puluh tahun sebelumnya mereka juga menyatakan hal yang serupa. “Mereka berkata: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan."”

Niat mereka tentunya sangat baik. Namun, pelaksanaannya sangat mengecewakan. Bahkan sebelum mereka pergi dari gunung tempat hukum Taurat diberikan, mereka sudah jatuh dalam ketidaktaatan. “Segera juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban” (Kel 32:8). Segera sesudah Yosua yang sudah memimpin bangsa Israel masuk ke dalam Tanah Perjanjian meninggal dunia, berulang-ulang mereka memberontak melawan Allah. Kitab Hakim-Hakim mencatat hal ini dengan jelas: “Tetapi orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN” (Hak 3:12). “Orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN” (Hak 4:1). “Tetapi orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN” (Hak 6:1). “Orang Israel itu melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN” (Hak 10:6).

Seribu dua ratus tahun kemudian, Stefanus merangkum sejarah ketidaktaatan bangsa Israel. “Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu” (Kis 7:51). Betapa sebuah kesimpulan yang menyadarkan bagi mereka yang merasa mampu mentaati hukum Taurat dengan kemampuan mereka sendiri.

Ya Bapa, dengan rendah hati aku tunduk di hadapan-Mu, mengakui bahwa sering kali aku seperti bangsa Israel. Dengan percaya diri aku berjanji untuk hidup dalam ketaatan kepada kehendak-Mu. Namun segera aku menjauh dari jalan-Mu dan hidup dalam keinginan dagingku sendiri. Terima kasih untuk kasih karunia-Mu yang mengampuni aku. Tetapi lebih dari itu aku memohon agar kasih karunia-Mu juga mengubah batinku supaya aku hidup semakin taat kepada-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

30 May 2014

30 Mei – Perjanjian Lama Menuntut Ketaatan

Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu. – Ulangan 10:12-13
Pada hari ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu. – Ulangan 26:16

Seperti kita sudah melihat dalam renungan sebelumnya, kasih karunia Allah menyediakan apa yang kita butuhkan untuk hidup dalam ketaatan. Sekarang kita akan melihat bagaimana Taurat Tuhan menuntut ketaatan yang sepenuh hati, tetapi tidak menyediakan kuasa rohani yang diperlukan untuk melaksanakannya.

Ketika bangsa Israel akan memasuki Tanah Perjanjian, Musa mengulang kembali tuntutan hukum Taurat Allah. “Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari … hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya … berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN … melakukan ketetapan dan peraturan ini… dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu.” Ingatlah bahwa perintah-perintah Allah mengharuskan kita untuk hidup dalam kekudusan. “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus” (Im 19:2). Ukuran kekudusan yang digunakan adalah Allah sendiri. Hal ini merupakan sebuah standar yang sangat tinggi, jauh di atas kemampuan manusia.

Sebagai tambahan, Tuhan tidak menuntut hal-hal tersebut sebagai sikap ibadah lahiriah, tetapi sesuatu yang muncul dengan segenap hati dan segenap jiwa kita: “Melakukan ketetapan dan peraturan ini… dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu.” Orang Israel harus taat kepada Allah dari dasar hati mereka yang paling dalam. Mereka harus melakukannya dengan ketulusan dan kemurnian. Tidak boleh ada hambatan atau keraguan di dalam hati mereka.

Apa yang dituntut oleh hukum Taurat adalah baik. “Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik” (Rom 7:12). Namun, hukum Taurat tidak memberikan kuasa yang diperlukan untuk melaksanakannya. Manusia tidak mungkin bisa melakukannya sendiri. “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rom 3:23). Lebih dari itu, hukum Taurat yang sempurna ini tidak memberikan pertolongan untuk mengubah orang agar bisa menjadi seperti yang dituntut. “Sebab hukum Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan” (Ibr 7:19). Hanya kasih karunia Allah satu-satunya harapan manusia.

Allah yang maha kudus, aku tahu bahwa Taurat Kudus-Mu itu baik dan benar. Aku ingin untuk hidup sesuai dengan tuntutan hukum-Mu. Namun aku mengakui kegagalanku, juga ketidak-mampuanku untuk mengubah diriku sendiri agar bisa melakukan tuntutan hukum-Mu. Aku bersuka cita untuk pengharapan yang lebih baik. Biarlah kasih karunia-Mu mengubah hatiku untuk hidup semakin taat kepada-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

29 May 2014

29 Mei – Ketaatan Dibawah Perjanjian Baru Kasih Karunia

Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. – Roma 6:14

Ketaatan adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang percaya. Di sepanjang Alkitab kita melihat bahwa Allah menghendaki agar anak-anak-Nya hidup di dalam ketaatan. Musa menulis kebenaran ini. “Sebab itu engkau harus mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan perintah dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini” (Bil 27:10). Samuel mengkonfirmasi kebenaran ini. “Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan” (1 Sam 15:22). Demikian juga Rasul Petrus menyatakan bagaimana anak-anak Allah harus hidup. “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu” (1 Pet 1:14).

Kita seharusnya hidup di bawah otoritas kehendak Allah seperti yang tertulis di dalam firman-Nya. Jika kita tidak taat kepada kehendak Allah, maka hidup kita ada di bawah otoritas dosa. Tentunya Tuhan ingin kita bebas dari otoritas dosa dan hidup dalam ketaatan kepada Dia. Satu-satunya jalan untuk merdeka adalah kasih karunia Allah. “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.” Manusia mungkin berpikir bahwa hukum Taurat dapat membebaskan kita dari pengaruh kuasa dosa. Jika memang ada suatu aturan dengan standar yang sempurna dan ancaman hukuman yang berat bagi yang melanggar, seharusnya manusia tidak akan terus menerus melanggar aturan tersebut. Namun pada kenyataannya cara tersebut tidak akan berhasil. Tidak ada aturan yang lebih tinggi standarnya dari pada hukum Taurat. Tidak ada ancaman hukuman yang lebih berat dari pada hukum Taurat. Namun, manusia masih tetapi dikuasai oleh dosa. Jalan keluarnya adalah kasih karunia Allah.

Ada reaksi kekhawatiran yang bisa muncul terhadap kemerdekaan melalui kasih karunia. Beberapa orang berpikir bahwa memproklamirkan kasih karunia sebagai jalan keluar hanya akan mendorong orang untuk tetap berdosa dan bahkan membuat asumsi keliru bahwa semakin besar dosa akan menghasilkan semakin besar kasih karunia. Justru sebaliknya yang benar. Ketika kita sebagai anak-anak Allah menerima keajaiban yang disediakan oleh kasih karunia Allah (yaitu diselamatkan dari dosa lewat percaya kepada kematian dan kebangkitan Kristus), kita akan melihat bahwa tetap melakukan dosa sebagai kebodohan. “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rom 6:1-4). Lewat karya kuasa kasih karunia Allah di dalam hidup kita, hidup sebagai ciptaan baru artinya hidup di dalam ketaatan.

Ya Tuhan pembebasku, aku ingin tumbuh di dalam ketaatan. Aku rindu untuk semakin merdeka dari pengaruh dosa. Aku sadar bahwa usaha ku sendiri untuk hidup kudus tidak akan cukup. Kuatkan aku dengan kuasa kasih karunia-Mu untuk hidup di dalam kehendak-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

28 May 2014

28 Mei – Hal-hal Sementara Yang Kelihatan, Hal-Hal Kekal Yang Tidak Kelihatan

Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. – 2 Korintus 4:17-18

Allah kita yang penuh kasih karunia ingin menggunakan ujian dalam hidup kita (“penderitaan ringan yang sekarang ini”) untuk mengasilkan berkat yang kekal bagi kita (“kemuliana kekal yang melebihi segala-galanya”). Ia ingin menggunakan masalah yang setiap hari kita hadapi untuk memperbesar kapasitas rohani kita agar kita dapat mengalami kemuliaan yang sempurna saat kita mengenal, menyembah dan melayani Tuhan di sorga kekal nanti! Tuhan menghendaki kita menerima warisan yang penuh: “Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2 Petrus 1:11).

Hanya karena kita mengalami kesulitan yang hebat di dunia ini tidak berarti kita dijamin mengalami kepenuhan kemuliaan di sorga nanti. Proses untuk menghasilkan berkat-berkat sorgawi ini tidak berlangsung otomatis bagi anak-anak Tuhan. Ayat ke 18 menuliskan kapan proses ini terjadi: “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan.” Kesulitan hidup ini bisa diubah menjadi berkat-berkat sorgawi jika kita menaruh perhatian kepada hal-hal yang tidak kelihatan.

Dalam menghadapi ujian hidup, banyak orang percaya menyianyiakan kesempatan untuk bisa menerima berkat-berkat sorgawi karena mereka menaruh perhatian kepada hal-hal yang kelihatan. Pikiran mereka hanya kepada diri mereka sendiri, kepada masalah mereka atau kepada nasihat manusia biasa. Sikap seperti ini hanya akan menghasilkan rasa frustrasi, bukan berkat-berkat rohani. Untuk memperoleh hal-hal yang kekal dari hal-hal yang sementara, kita harus mengarahkan pandangan kita kepada hal-hal yang tidak kelihatan, karena “yang tak kelihatan adalah kekal.”

Apakah hal-hal yang tidak kelihatan itu? Kuasa kasih karunia Allah! Termasuk di dalamnya kasih karunia untuk penghiburan dan pengharapan: “Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita” (2 Tes 2:16). Termasuk di dalamnya kasih karunia untuk bertahan dan bertekun: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu” (2 Kor 12:9). Bahkan termasuk di dalamnya “kasih karunia demi kasih karunia” (Yoh 1:16).

Semua ini senantiasa tersedia saat kita mengandalkan Tuhan. “Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat” (2 Kor 5:7). Hidup orang Kristen dijalani dengan iman kepada Tuhan, bukan dengan keahlian untuk mengatasi masalah. Umat Allah masuk ke dalam berkat-berkat-Nya dengan mengandalkan Dia. Dengan memandang kepada kasih karunia Allah maka kesulitan hidup kita akan diubah menjadi “kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya.”

Allah sumber kasih karunia, aku mengakui bahwa aku sering menyia-nyiakan kesempatan yang muncul di dalam kesulitan yang aku hadapi dengan memusatkan perhatianku kepada hal-hal yang sementara. Tolong aku agar selalu melihat kepada kuasa kasih karunia-Mu, supaya ujian hidup yang aku hadapi akan menghasilkan kemuliaan sorgawi yang kekal. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

27 May 2014

27 Mei – Penderitaan Sementara Yang Ringan, Kemuliaan Kekal Yang Besar

Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. – 2 Korintus 4:17

Orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus adalah “pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru” (2 Kor 3:6). Kita melayani Tuhan dengan kasih karunia-Nya, mengalami dan meneruskan kasih karunia itu kepada orang lain. “Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah” (2 Kor 4:15). Satu kehormatan luar biasa yang diperoleh karena hidup dan melayani dengan kasih karunia adalah penderitaan kita yang ringan dapat menghasilkan kemulian kekal yang melebihi segala-galanya!

Kebenaran bahwa penderitaan kita yang sementara itu mengerjakan sesuatu di dalam kita adalah sebuah cara pandang ilahi yang baru terhadap penderitaan. Biasanya orang menganggap penderitaan sebagai sesuatu yang merugikan kita, bukan menguntungkan kita. Namun aniaya dapat bekerja untuk kebaikan bahkan untuk kekekalan! Betapa agung pekerjaan Tuhan yang dinyatakan dalam kebenaran ini: “penderitaan ringan yang sekarang” dan “kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya.”

Pertama-tama, mari renungkan bahwa kita dapat menikmati kemuliaan Allah sebagai hasil dari penderitaan kita. Kesulitan yang kita alami di dunia sekarang ini akan menyiapkan kita untuk dapat mengalami kelimpahan kemuliaan dalam persekutuan, penyembahan dan pelayanan kepada Tuhan di sorga.

Lalu, renungkanlah bahwa penderitaan kita ini “ringan” dibandingkan dengan kemuliaan yang “melebihi segala-galanya.” Ini bukan berarti masalah yang kita hadapi di bumi ini sepele. Ingatlah “penderitaan ringan” yang dialami oleh Rasul Paulus: “Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat” (2 Kor 11:26-28). Namun, Paulus menganggap semua ini ringan jika dibandingkan dengan betapa besarnya kemuliaan yang menanti di Sorga.

Akhirnya, renungkanlah bahwa penderitan-penderitaan ini hanya kita alami “sekarang.” Sedangkan kemuliaan yang dihasilkan adalah “kekal.” Ujian hidup dapat terasa seperti tidak ada habis-habisnya. Namun, semua itu pada akhirnya akan berlalu. Justru kemuliaan sorgawi yang dihasilkanlah yang tidak akan berhenti sampai selama-lamanya.
Betapa mulia rencana Tuhan! Ia ingin memakai ujian dalam hidup kita untuk memperluas kapasitas rohani kita untuk mengalami kemuliaan yang lebih lagi ketika kita bersekutu dengan Dia, menyembah Dia dan melayani Dia di sorga untuk selama-lamanya!

Bapa yang kekal, ajar aku untuk selalu memandang penderitaan dengan cara pandang ini. Tolong aku untuk melihat masalah sebagai kesempatan untuk mempersiapkan kemuliaan yang kekal. Ingatkan aku bahwa ujian hidupku hanya untuk sementara dan ringan, dibandingkan dengan kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

26 May 2014

26 Mei – Manusia Lahiriah Merosot, Manusia Batiniah Diperbaharui

Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. – 2 Korintus 4:16

Mereka yang belajar untuk hidup di dalam kasih karunia Allah akan semakin dilindungi dari semangat yang patah. “Sebab itu kami tidak tawar hati.” Kebenaran ini sudah dinyatakan dalam ayat pertama dari pasal ini. “Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati” (2 Kor 4:1). Perlindungan ini ada karena kasih karunia Allah, karena kita melayani Allah dengan kasih karunianya, artinya bukan dengan kekuatan kita sendiri. Kita memiliki sumber kekuatan yang senantiasa tersedia bagi kita setiap hari.

Dalam ayat renungan hari ini, kekuatan didapatkan dari perbedaan yang terjadi antara “manusia lahiriah” dan “manusia batiniah.” Manusia lahiriah adalah aspek fisik dari seseorang, yaitu yang dapat dilihat oleh mata jasmani manusia. Aspek lahiriah ini yang biasanya jadi pusat perhatian dari orang-orang yang belum ditebus, dan juga bagi orang percaya yang hidup di dalam daging. Aspek manusia ini sedang menuju kepada kebinasaan sebagai akibat dari dosa. “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” (Rom 5:12). Manusia dimulai dari debu. “TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah” (Kej 2:7). Oleh karena dosa, manusia lahiriah ini akan kembali ke asalnya. “Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu” (Kej 3:19). Bagi mereka yang tidak mengenal Allah, ini adalah kebenaran yang membuat tawar hati. Dan manusia berlomba-lomba untuk mencari cara untuk menghindari proses ini.

Di pihak lain, pelayan-pelayan perjanjian baru kasih karunia tidak akan menjadi tawar hati karena kebenaran ini. “Sebab itu kami tidak tawar hati.” Memang manusia lahiriah kita sedang menuju kepada kebinasaan. Namun, kita memandang hal yang lebih jauh dari pada itu. “Meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Ketika manusia lahiriah kita merosot, kita tetap dikuatkan, karena manusia batiniah kita sedang dalam proses pembaharuan: “Dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kol 3:10). Saat dengan rendah hati kita mencari Tuhan dalam firman-Nya, kita diubah menjadi semakin seperti Kristus: “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar” (2 Kor 3:18).

Ya Tuhan, walaupun tubuh jasmaniku semakin merosot, ingatkan aku akan kebenaran yang menguatkan bahwa manusia batiniahku dapat diperbaharui. Tolong agar aku lebih merindukan proses pembaruan rohani dari pada penguatan jasmani. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.

___

25 May 2014

25 Mei – Kekuatan Bagi Banyak Orang, Kemuliaan Bagi Tuhan

Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu… Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah. – 2 Korintus 4:12, 15)

Kita yang hidup di dalam perjanjian baru kasih karunia adalah bejana-bejana tanah liat. Kita tidak memiliki kehidupan rohani sendiri. “Kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu” (Yoh 6:53). Yesus, harta sorgawi yang tinggal di dalam kita adalah sumber kehidupan rohani kita: “Kristus, yang adalah hidup kita” (Kol 3:4). Artinya, kita harus selalu ‘mati’ supaya bisa hidup. Kita harus mengandalkan Tuhan sebagai sumber kesanggupan kita.

Tuhan menolong kita melalui proses ini dengan menempatkan kita dalam situasi yang sulit yang membuat kita hanya bisa berharap kepada Dia. Tuhan dengan setia akan menjawab pengandalan kita kepada Dia dan menyatakan diri-Nya melalui kita. “Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini” (2 Kor 4:11). Orang lain yang melihat proses ini dalam hidup kita akan mendapatkan semangat untuk mencari Tuhan sebagai jawaban terhadap masalah dalam hidup mereka. Itulah sebabnya Rasul Paulus menulis kepada jemaat di Korintus yang menyaksikan proses ini dalam hidup Paulus: “Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.”

Setiap masalah yang Tuhan ijinkan untuk datang dalam hidup kita bukan hanya untuk kepentingan kita saja, tetapi juga memberi dampak kepada orang-orang yang kita layani. “Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu.” Betapa pentingnya kita untuk menyadari bahwa hidup ini adalah mengenai Allah yang bekerja di dalam kita supaya Ia dapat menjangkau orang lain. Inilah cara pandang Rasul Paulus terhadap hidup dan pelayanan. “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu” (Kol 1:24). “Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian” (Flp 2:17). “Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu” (Ef 3:13).

Ketika Tuhan mengerjakan kasih karunia-Nya di dalam dan melalui hidup kita, kasih karunia itu akan menyentuh hidup orang lain: “Supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya.” Ketika kasih karunia Allah bekerja di dalam hati manusia, maka muncul ucapan syukur sebagai hasilnya. Ucapan syukur ini akan membawa kemuliaan dan kehormatan kepada Allah: “Menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah.”

Ya Tuhan dan Bapa ku, ajar aku untuk menghadapi setiap ujian hidup sehingga memberikan semangat dan kekuatan kepada orang-orang supaya percaya kepada Engkau. Aku ingin memberikan dampak kepada hidup orang lain, saat aku mati terhadap kepentingan diriku sendiri. Biarlah aku menjadi bejana yang Engkau pakai sebagai saluran kasih karunia-Mu kepada banyak orang, sehingga mereka mengucap syukur kepadamu. Segala kehormatan dan kemuliaan hanya bagi-Mu saja. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

24 May 2014

24 Mei – Tindakan yang Dilakukan Terhadap Bejana Tanah Liat

Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. – 2 Korintus 4:11

Harta yang hidup di dalam kita yang akan menerima kemuliaan dan kehormatan yaitu saat kita mengandalkan Dia untuk hidup di dalam dan melalui bejana tanah liat manusia kita. “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2 Kor 4:7). Renungan kita sebelumnya mengingatkan kita bahwa kita harus memiliki sikap mematikan kepentingan diri kita sendiri. “Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami” (2 Kor 4:10). Sebagai tambahan, ada tindakan yang dilakukan terhadap bejana tanah liat yang juga menggenapi rencana agung Tuhan. Tindakan ini adalah juga mengenai mematikan sesuatu supaya mendapatkan kehidupan.

Tindakan ini dilakukan kepada bejana tanah liat: “Kami, yang masih hidup ini.” Kita yang sudah mendapatkan hidup yang baru di dalam Kristus adalah mereka yang “terus-menerus diserahkan kepada maut.” Tuhan menaruh kita (atau mengijinkan kita) ada di dalam situasi yang melebihi dari kesanggupan kita untuk menanggungnya. Bahkan Rasul Paulus juga harus mengalami situasi ini. “Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati” (2 Kor 1:8-9). Hal ini bukanlah kejadian yang terjadi sekali saja. Paulus mengalaminya berkali-kali. “Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut” (2 Kor 11:24-25).

Seperti inilah hidup ini berlangsung bagi kita bejana-bejana tanah liat. Bejana tanah liat memang memiliki sifat yang lemah. Akibatnya, situasi-situasi yang Tuhan perhadapkan kepada kita adalah seperti “terus-menerus diserahkan kepada maut.” Namun, tindakan terhadap kita ini dilakukan “karena Yesus.” Di dalam kondisi yang terus menerus menghadapi situasi yang mustahil, Yesus mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk menyatakan diri-Nya. Allah Bapa kita di Sorga menempatkan kita di dalam situasi yang tidak mungkin kita atasi dengan kekuatan kita sendiri. Kita berseru kepada Tuhan, menaruh pengharapan dan pengandalan diri kita kepada Dia. Dan karena kesetian-Nya, Ia akan bekerja di dalam kita. Hasilnya adalah: “Supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.”

Allah Bapa di Sorga, ampuni aku karena sering kali aku menolak Engkau menempatkan aku kepada maut. Aku lebih memilih dapat mengatasi situasi yang ada di hadapanku. Ingatkan aku untuk memandang situasi mustahil dihadapanku sebagai kesempatan bagi Yesus untuk menyatakan diri-Nya di dalam dan melalui hidupku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

23 May 2014

23 Mei – Sikap yang Senantiasa Dimiliki Oleh Bejana Tanah Liat

Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. – 2 Korintus 4:10

Sebagai bejana tanah liat, kita harus hidup mengandalkan harta sorgawi yang tinggal di dalam kita, yaitu Yesus Kristus: “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat” (2 Kor 4:7a). Kita juga harus memberikan semua hormat dan pujian kepada Dia yang memampukan kita setiap hari melalui ujian hidup: “Supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2 Cor 4:7b). Sebagai tambahan, untuk menolong kita mengagungkan harta sorgawi yang hidup di dalam kita, ada sikap yang harus kita miliki sebagai bejana tanah liat.

Sikap ini adalah pandangan kita terhadap kematian Kristus: “Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami.” Sikap ini adalah mengenai mematikan sesuatu untuk mendapatkan hidup. Yesus mengajar kepada kita: “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya” (Luk 9:24). Mereka yang mempertahankan hidup yang diwariskan oleh Adam justru akan kehilangan hidup itu. Mereka tidak akan menemukan kehidupan yang sejati. Namun, mereka yang sudah meninggalkan kehidupan alamiah mereka yang berdosa dan percaya kepada Yesus menerima hidup yang baru dari Dia. Inilah sikap yang harus dimiliki oleh pengikut Kristus. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk 9:23). Setiap hari, pandangan kita terhadap hidup adalah menolak segala bentuk kehidupan yang berdasarkan keinginan kita sendiri (“menyangkal dirinya”). Kita setuju dengan Tuhan bahwa setiap hari kita harus menyalibkan kedagingan kita (“memikul salibnya setiap hari”).  Sehingga kita selalu mencari Yesus untuk mendapatkan kehidupan yang Ia sediakan (“dan mengikut Aku”).

Pengakuan ini selaras dengan apa yang sudah terjadi kepada kita di kayu salib dan kebangkitan Yesus Kristus. “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rom 6:4). Ketika kita menaruh pengandalan diri kita kepada Tuhan, kematian dan kebangkitan-Nya menjadi kematian dan kebangkitan kita. Inilah yang menjadi jaminan kita setiap saat. “Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (Rom 6:11).

Ketika kita memiliki sikap ini, kita sedang mengandalkan Tuhan Yesus untuk hidup di dalam dan melalui kita: “Supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.”

Ya Tuhan, aku rindu untuk senantiasa membawa kematian-Mu dalam hidupku. Aku menginginkan semua yang Salib-Mu nyatakan dan sediakan bagiku. Terima kasih untuk kematian-Mu menggantikan aku. Aku bersukacita karena aku sudah mati bersama Engkau. Sekarang aku memohon agar Engkau hidup di dalam dan melalui aku setiap hari. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

22 May 2014

22 Mei – Proses yang Memuliakan Harta Sorgawi

Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;  kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. - 2 Korintus 4:7-9

Pelayan-pelayan perjanjian baru, yaitu pengikut Kristus, adalah "bejana tanah liat" biasa. Namun, dalam wadah alamiah manusia tersebut tinggal harta sorgawi yang luar biasa, Yesus Kristus Anak Allah. Pengaturan ini membuat Yesus sang harta Sorgawi sebagai pusat kepercayaan kita dan fokus penyembahan kita: "Supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami." Sejalan dengan hal tersebut, Tuhan juga sudah menyiapkan sebuah proses yang akan memuliakan harta tersebut.

Proses ini melibatkan tekanan hidup kita setiap hari, yang datang dari berbagai aspek hidup kita. "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit." Sebuah bejana tanah liat biasa tidak akan dapat menahan terlalu banyak beban, tetapi harta sorgawi di dalam bejana tersebut dapat membuatnya tidak sampai terjepit dan hancur. "Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus" (2 Tim 2:1).

Proses ini juga akan membuat kita "habis akal, namun tidak putus asa." Kita akan menghadapi situasi yang sulit dan terlihat mustahil untuk diselesaikan, namun Penasehat kita yang ajaib akan melindungi kita dari keputus-asaan: "Sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).

Aniaya juga termasuk di dalam proses ini: "Dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian." Orang-orang akan menuduh kita, salah mengerti kita, atau menipu kita. Namun, kita tahu bahwa kita tidak akan ditinggalkan oleh Tuhan yang tinggal di dalam kita. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau" (Ibr 13:5).

Bahkan bencanapun akan menjadi bagian dari proses yang memuliakan harta yang di dalam kita: "Kami dihempaskan, namun tidak binasa." Situasi yang tidak menentu serta luka batin bisa terjadi, namun Allah akan memelihara jiwa kita sehingga kita tidak jatuh sampai tergeletak menanggung beban yang berat. "Mereka menghadang aku pada hari sialku, tetapi TUHAN menjadi sandaran bagiku" (Mzm 18:19).

Hidup akan menghampiri kita seperti serbuan pasukan perang, siap untuk melindas kita. Secara alamiah tidak ada harapan bagi kita, karena bejana tanah liat tidak akan bertahan melawannya. Namun, setelah debu pertempuran reda, bejana tanah liat hidup kita tetap utuh karena kita mengandalkan kekuatan Yesus Kristus, harta sorgaw yang berharga yang tinggal di dalam hati kita. Karena tidak ada sesuatupun di dunia ini yang dapat mengalahkan Tuhan Yesus Kristus. "Sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia" (1 Yoh 4:4).

Tuhan Yesus, Engkaulah harta sorgawi yang tinggal di dalam aku. Ketika tekanan, kemustahilan, aniaya atau bencana datang, ajar aku untuk mengandalkan Engkau. Ketika orang lain bertanya bagaimana aku dapat bertahan di dalam kesulitan ini, ingatkan aku untuk memberikan semua pujian dan penghormatan hanya kepada Engkau saja. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___
Ayo Baca Alkitab: 22 Mei - Istana Salomo, Perabotan Bait Suci 

21 May 2014

21 Mei – Kuasa Dalam Bejana Tanah Liat Yang Sudah Ditebus

Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. - 2 Korintus 4:7

Dalam renungan kita yang sebelumnya, dari ayat yang sama kita melihat bahwa Allah menaruh sebuah harta sorgawi yang sangat berharga di dalam sebuah bejana tanah liat biasa. "Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat." Ini adalah hal yang berlaku bagi semua orang yang sudah ditebus oleh darah Kristus. Tuhan mengatur sedemikian rupa sehingga bejana tersebut (anda dan saya) harus mengandalkan diri kepada harta sorgawi tersebut (Yesus Kristus), bukan kepada diri sendiri: "Supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami." Hal ini akan mengakibatkan perhatian dan kehormatan tertuju kepada Allah, bukan kepada kita.

Yesuslah harta di dalam bejana tanah liat, yaitu kita yang sudah ditebus. Dialah yang menjadi "kekuatan yang berlimpah-limpah" dalam hidup kita. Dialah yang kita andalkan sebagai kekuatan kita untuk kehidupan kita setiap hari. Ketika pertempuran dalam hidup kita menjadi sengit, percayalah kepada Allah. "Engkau telah mengikat pinggangku dengan keperkasaan untuk berperang" (Mzm 18:39). Ketika kita memerlukan kesabaran dan ketekunan, percayalah kepada Allah. "Dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar" (Kol 1:11). Ketika kita memerlukan kekuatan di dalam masa-masa lanjut kita, percayalah kepada Allah. "TUHAN telah memelihara hidupku... telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini, pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa" (Yos 14:10-11). Bahkan ketika mengalami kelemahan, kuasa-Nya justru menjadi nyata. "Terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku... sebab jika aku lemah, maka aku kuat" (2 Kor 12:9-10).

Kita akan tergoda untuk mengandalkan kekuatan bejana tanah liat kita. Sumber daya manusiawi tidak akan sanggup, tetapi Tuhan yang tinggal di dalam hati kita lebih dari sanggup. "Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya" (Mzm 73:26). Dunia dengan segala kekayaannya mengundang kita untuk menaruh kepercayaan kita kepada sumber daya duniawi. Tuhan memperingatkan bahwa kepercayaan seperti itu akan menjadi kejatuhan kita. "Celakalah anak-anak pemberontak... yang berangkat ke Mesir... untuk berlindung pada Firaun... Tetapi perlindungan Firaun akan memalukan kamu" (Yes 30:1-3).

Kita harus percaya dan mengandalkan Tuhan saja sebagai kekuatan kita. "TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku" (Mzm 28:7a). Dan kita harus memuliakan Tuhan untuk kekuatan yang Ia berikan. "Kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyian aku bersyukur kepada-Nya" (Mzm 28:7b).

Ya Tuhan kekuatan hidupku, ampuni aku karena aku mengandalkan diriku sendiri dan karena aku mengandalkan sumber daya dunia ini. Aku ingin menaruh semua kepercayaanku kepada Yesus, harta sorgawi yang hidup di dalam aku. Biarlah segala kemuliaan hanya bagi-Mu saja. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

20 May 2014

20 Mei – Harta Sorgawi Dalam Bejana Tanah Liat

Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. – 2 Korintus 4:7

Kita yang melayani Tuhan di dalam perjanjian baru kasih karunia hidup dengan harta sorgawi di dalam bejana tanah liat. Kita adalah “bejana tanah liat.” Meskipun kita dilahirkan kembali melalui iman kepada Kristus, kita masih memiliki tubuh jasmani yang kita warisi dari Adam. “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia” (2 Kor 5:1). Walaupun kita adalah ciptaan baru di dalam Kristus, kita masih hidup di dalam keterbatasan hidup manusia alamiah. “Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah” (Gal 2:20).

Benar, kita adalah “bejana tanah liat.” Kita rapuh, lemah, penuh dengan kekurangan. Pada dasarnya kita dibuat dari tanah. “Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah” (Kej 2:7). “Ingatlah, bahwa Engkau yang membuat aku dari tanah liat” (Ayub 10:9). Kita ini seperti vas bunga dari tanah liat. Hal ini seharunya membuat kita rendah hati. Namun, adalah baik jika kita merasa rendah hati karena “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (Yak 4:6). Lebih lagi, Tuhan sangat mengerti kondisi kita. “Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu” (Mzm 103:14). Juga merupakan hal yang memerdekakan jika kita menyadari bahwa kita adalah bejana tanah liat. Tuhan tidak akan menuntut kita untuk menjadi lebih dari pada sebuah bejana tanah liat. Ia ingin agar kita menjadi seperti tujuan sebuah bejana dibuat, yaitu menjadi tempat menampung sesuatu.

Sesuatu yang ditampung oleh bejana tersebut adalah harta sorgawi. “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat.” Beberapa ayat berikutnya menyebutkan apa harta tersebut. Yaitu Kristus sendiri: “Supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini” (2 Kor 4:11). Allah menghendaki agar Kristus datang dan tinggal di dalam dan melalui bejana tanah liat hidup kita. “Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!” (Kol 1:27). Tuhan Yesus ingin menjadi bunga sorgawi yang mekar di dalam bejana tanah liat hidup kita. “Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa” (2 Kor 2:15). Rencana Allah adalah untuk menaruh harta sorgawi yang luar biasa di dalam bejana tanah liat yang biasa, supaya perhatian tertuju kepada hartanya, bukan kepada bejananya. “Supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.”

Ya Allah maha pencipta, Engkau sudah menjadikan aku bejana di mana Kristus dapat tinggal dan terlihat. Ingatkan aku senantiasa akan rencana-Mu ini. Tolong aku untuk mengingat bahwa harta sorgawi yang seharusnya menjadi fokus dan pengharapan dari hidupku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

19 May 2014

19 Mei – Ajaibnya Pelayanan Kita

Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. – 2Korintus 4:6

Sebagai pelayan-pelayan perjanjian baru, kita mengabarkan “cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus” (2 Kor 4:4). Kita juga berdoa dengan sungguh-sungguh supaya Tuhan mempersiapkan hati yang gelap untuk menerima cahaya penebusan kasih karunia-Nya. Setiap orang yang menjawab akan mengalami sebuah mujizat yang berbeda dengan cahaya yang pertama kali bersinar pada saat kegelapan penciptaan.

Pada hari pertama penciptaan, bumi dalam keadaan gelap gulita. “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya” (Kej 1:1-2). Kemudian Tuhan menciptakan terang di kegelapan itu. “Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi” (Kej 1:3). Dengan perkataan mulut-Nya, Ia menyebabkan terang untuk bercahaya ketika terang belum ada. Betapa mujizat yang mulia.

Ketika Yesus datang ke dunia ini, terang sedang menerangi kegelapan. “Bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang” (Mat 4:16). Ketika terang injil diberitakan, terang tersebut menyinari mereka yang hatinya gelap. “Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap” (Rom 1:21). Saat hati yang gelap menerima terang tersebut, mereka diberikan hidup yang baru. “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh 8:12).

Inilah yang terjadi kepada mereka yang mengikut Yesus. Allah pencipta, yang dengan firman-Nya menciptakan cahaya fisik di dalam kegelapan fisik, juga menciptakan cahaya rohani ke dalam kegelapan rohani manusia. “Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita.” Terang ini bersinar melalui Injil. Kabar baik dari kasih karunia Allah memperlihatkan gambaran Tuhan Yesus Kristus. Pada gambar firman tersebut, kita melihat kemuliaan Allah dan keselamatan-Nya yang besar. Dengan iman kita melihat “terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.” Sekarang, kita dipanggil untuk memberitakan injil kasih karunia supaya orang lain juga bisa keluar dari kegelapan ke dalam terang-Nya yang ajaib. “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1 Pet 2:9).

Ya Tuhan sumber terangku, aku memuji Engkau karena Engkau sudah membawa aku keluar dari kegelapan ke dalam terang-Mu yang mulia. Berikanlah aku anugerah untuk memberitakan kebaikan-Mu. Terangilah hati dari mereka yang ingin aku jangkau. Berikanlah kepada mereka mujizat kelahiran baru. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

Ayo Baca Alkitab: 19 Mei - Mazmur-mazmur Asaf 

18 May 2014

18 Mei – Pesan Kita Dalam Pelayanan

Sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah. Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus. – 2 Korintus 4:4-5

Musuh dari jiwa manusia ingin agar mereka yang sedang menuju kebinasaan tetap mengalami kebutaan rohani. “Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini” (2 Kor 4:3-4). Ilah palsu ini bekerja di dalam setiap orang yang tidak percaya, seperti ketika kita belum percaya. “Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka” (Ef 2:2). Pengaruhnya sangat luas. Ia bekerja melalui semua area (politik, ekonomi, pendidikan, dll.) di dunia ini. “Seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat” (1 Yoh 5:19). Tujuan utama dari pekerjaan Iblis untuk membutakan manusia adalah supaya mereka yang berada di dalam kegelapan tidak melihat terang Allah. “Sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.”

Ke dalam dunia yang gelap dan buta inilah kita datang dengan pesan kebenaran “cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus.” Tuhan Yesus sendiri menyatakan: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh 8:12). Ketika cahaya Yesus menerangi kegelapan manusia, kemerdekaan akan datang ke dalam hidup mereka. Rasul Paulus diutus untuk memberitakan kabar baik ini: “Untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah” (Kis 26:18).
Kita juga diutus sebagai pembawa terang. “Kamu adalah terang dunia” (Mat 5:14). Kita adalah terang karena Yesus, terang sejati, tinggal di dalam kita dan bercahaya melalui kita. “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang” (Ef 5:8). Saat kita mengikut Yesus, terang kemuliaan-Nya bersinar melalui kita. Saat kita berbicara mengenai Kristus, kita menyatakan kemulian-Nya yang megah.

Ingat, terang dari injil adalah mengenai kemuliaan Yesus: “Cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus.” Isi pesan injil bukanlah tentang kita. “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan.” Kita adalah hamba-hamba-Nya. Dia adalah isi pesan injil, Ia adalah Tuhan di atas segala tuhan, dan Ia sanggup untuk memerdekakan kita dari kebutaan dan perhambaan.

Ya Tuhan yang maha mulia, aku memuji Engkau karena kemuliaan-Mu. Aku berterimakasih karena Engkau sudah menuntun aku menuju cahaya terang kehidupan-Mu. Hendaknya terang kemuliaan-Mu terpancar dalam tindakan dan perkataanku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, amin.
___

Ayo Baca Alkitab: 18 Mei - Mazmur-mazmur Asaf http://ayo-baca-alkitab.blogspot.com/2014/05/18-Mei.html

17 May 2014

17 Mei – Yang Ingin Kita Jangkau Lewat Pelayanan

Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini. – 2 Korintus 4:3-4

Melalui pelayanan kasih karunia yang Tuhan berikan kepada kita, Ia ingin menjangkau orang-orang di dunia ini. Mereka ada di dalam situasi rohani yang mengkhawatirkan. Mereka yang ingin kita layani sedang menuju kebinasaan, buta secara rohani dan tidak percaya.

Mereka yang tidak mengenal kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus sedang menuju kebinasaan. Seperti kita dahulu, sekarang mereka mati secara rohani. “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu” (Ef 2:1). Lebih parah lagi, mereka sedang menuju kematian kekal. “Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.” (Why 20:14-15). Mereka yang mati rohani, yang menghadapi kematian kekal, adalah orang-orang yang tersesat. Mereka seperti domba yang mengembara keluar dari kandang domba Allah, berjalan di dalam jalan kepentingan diri sendiri. “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri” (Yes 53:6). Harus ada gembala yang pergi mencari mereka. “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?” (Luk 15:4). “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk 19:10).

Mereka yang menuju kebinasaan ini juga mengalami kebutaan rohani. Inilah sebabnya mengapa mereka tidak dapat melihat kebenaran yang kita sampaikan kepada mereka. “Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa…  yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini.” Ilah zaman ini, yaitu Iblis, membutakan pikiran manusia terhadap kebenaran dengan menyampaikan dusta dan tipu daya. Iblis selalu menawarkan filosofi palsu dan pesan-pesan agamawi untuk mencegah mereka menerima kebenaran.

Akhirnya, mereka yang buta dan menuju kepada kebinasaan ini adalah mereka “tidak percaya.” Akibatnya, mereka ada dalam penghukuman. “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah” (Yoh 3:18). Namun, Allah yang penuh kasih sudah memberikan jalan keluar. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Oleh karena kasih karunia Allah, kita dapat mengabarkan kabar baik yang agung ini.

Ya Tuhan, aku berterima kasih untuk semua yang sudah Engkau lakukan untuk menyelamatkan aku dari kebinasaan, kebutaan dan ketidakpercayaan. Sekarang aku bersukacita di dalam imanku kepada-Mu. Buka mataku agar aku dapat melihat kondisi yang menyedihkan dari orang-orang di sekitarku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

16 May 2014

16 Mei – Sikap Kita Terhadap Pelayanan

Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. – 2 Korintus 4:2

Tuhan sudah menjadikan kita pelayan perjanjian baru kasih karunia-Nya. “Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru” (2 Kor 3:6). Mereka yang rindu untuk melayani Tuhan dengan kasih karunia memiliki sikap yang berbeda terhadap pelayanan. “Kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah.”

Sangat menyedihkan bahwa banyak pelayanan di dalam gereja-gereja di dunia ini memiliki motivasi dan metode pelayanan yang bersifat tersembunyi, karena tujuan sebenarnya memalukan. Beberapa cara pelayanan yang tidak terhormat ini termasuk “berlaku licik” (misalnya memanipulasi jemaat melalui janji akan kenikmatan duniawi). Bentuk lain adalah “memalsukan firman Allah” (misalnya mengkhotbahkan apa yang orang ingin dengar, bukan apa yang sesungguhnya ditulis di dalam firman Allah). Jika kita ingin melayani Tuhan dengan kasih karunia, kita harus menolak cara-cara seperti ini.

Sebaliknya, kita ingin melayani Tuhan dengan “menyatakan kebenaran.” Kita melayani dengan memberitakan kebenaran firman dengan tulus, bukan dengan menggunakan cara-cara manusia yang menipu. Kita juga rindu agar hidup kita sesuai dengan pesan yang kita sampaikan, bukan sebaliknya. “Kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.” Saat kita menyampaikan pesan kebenaran Allah, dengan rendah hati kita meminta kepada Tuhan agar kebenaran tersebut berdampak di dalam hidup kita, supaya menjadi contoh dan teladan dari apa yang kita sampaikan. Tuhan akan menggunakan hidup kita agar menyentuh hidup orang lain.

Adalah kehendak Allah supaya pelayanan kita memiliki dampak lebih jauh dari pada pikiran manusia (yang dapat dijangkau dengan pengetahuan, konsep atau sistem pendidikan). Ia juga ingin agar kesaksian hidup kita memiliki dampak lebih jauh dari pada perasaan manusia (yang dapat dijangkau dengan cerita yang emosional, sindiran yang menghakimi atau ide-ide yang inspiratif). Dan pastinya Allah tidak ingin membuat orang menjadi sombong (“Tuhan membuat orang lain iri kepada keberhasilanmu”) atau membuat orang menjadi serakah (“Berikan persembahanmu, maka Tuhan akan menggantikannya sepuluh kali lipat”). Sesungguhnya, Tuhan ingin menyentuh hati nurani mereka: “Isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela” (Rom 2:15).

Allah sumber kebenaran dan kekudusan, aku rindu untuk melayani Engkau dalam kasih karunia. Aku menolak segala bentuk manipulasi dan pemalsuan firman-Mu. Jadikan hidupku bejana kemuliaan-Mu yang menyatakan kebenaran-Mu. Saat aku melayani orang lain, sentuh hati mereka yang terdalam dengan kuasa kasih karunia-Mu, agar mereka datang mencari Engkau. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

Ayo Baca Alkitab: 16 Mei - Mazmur-mazmur Daud 

15 May 2014

15 Mei – Pelayanan Kemurahan dan Kasih Karunia


“Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.” - 2 Korintus 4:1 

Selain kemerdekaan rohani, Allah ingin memberikan karakteristik rohani lain ke dalam hidup kita. Salah satunya adalah semangat ilahi yang datang dari hidup dalam pelayanan kemurahan dan kasih karunia.

Pelayanan yang kita lakukan untuk Tuhan didasarkan oleh kemurahan Tuhan: “Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini.” Seharusnya kita menerima penghukuman oleh Allah dan hidup terpisah dari Dia selama-lamanya. Namun sebaliknya, Tuhan berbelaskasihan kepada kita dan mengampuni dosa-dosa kita. “Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya” (Tit 3:5). Lebih lagi, oleh karena kemurahan-Nya ia memanggil kita untuk melayani Dia. “Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku--aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya” (1 Tim 1:12-13). Pelayanan kita juga berdasarkan kasih karunia. “Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah” (Ef 3:7).

Pelayanan kita berdasarkan kemurahan dan kasih karunia Allah, “Karena itu kami tidak tawar hati.” Jika kita dipanggil untuk melayani Tuhan berdasarkan kemampuan manusiawi kita, maka kita akan tawar hati. Pengalaman rasul Paulus dalam pelayanan juga dirasakan oleh hamba-hamba Tuhan sepanjang sejarah. “Bahkan ketika kami tiba di Makedonia, kami tidak beroleh ketenangan bagi tubuh kami. Di mana-mana kami mengalami kesusahan: dari luar pertengkaran dan dari dalam ketakutan.” (1 Kor 7:5). Kadang-kadang kita juga dikelilingi oleh situasi dan masalah yang sepertinya mustahil diselesaikan dan membuat kita putus asa. Apa yang harus kita lakukan jika kita berada dalam situasi seperti itu? “Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.” (Ibr 12:3). Tidak ada seorangpun yang pernah mengalami pergumulan lebih berat dari pada Tuhan Yesus. Juga tidak ada seorangpun yang melayani lebih setia dari pada Yesus. Dari pergumulan yang satu ke pergumulan yang Lain, Allah Bapa membawa Yesus di jalan kemenangan. Kita dapat mengandalkan Tuhan dan percaya bahwa Dia memiliki belas kasihan kepada kita semua. Ia akan mengalirkan kasih karunia-Nya kepada kita dan membawa kita menuju kemenangan.

Ingatlah bahwa pelayanan kita kepada Tuhan didasarkan kepada kemurahan dan kasih karunia Tuhan. “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibr 12:3).  

Ya Tuhan maha pemurah dan penuh kasih karunia, Engkau mengetahui betapa sering tawar hati melanda kehidupanku. Ingatkanlah aku bahwa pelayananku di dasarkan oleh kemurahan hati dan kasih karunia-Mu, bukan kemampuan dan kekuatan diriku sendiri. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___
Ayo Baca Alkitab: 15 Mei - Mazmur-mazmur Daud 

14 May 2014

14 Mei – Keterikatan atau Kemerdekaan (3)

Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak... Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan… dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita… Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka. Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. – Galatia 4:22-5:1

Dalam ayat-ayat renungan hari ini, kita melihat dua anak-anak Abraham. “Abraham mempunyai dua anak.” Walaupun kedua anak lelaki ini (Ismail dan Ishak) adalah dua orang yang pernah hidup dalam sejarah, mereka juga melambangkan kiasan rohani: “Ini adalah suatu kiasan.” Kedua anak ini menggambarkan ilustrasi yang jelas mengenai hukum Taurat dan kasih karunia. “Itu adalah dua ketentuan Allah.”

Ismail, putra pertama dari Abraham, menggambarkan hidup dalam kesanggupan diri sendiri di dalam hukum Taurat: “Yang satu berasal dari gunung Sinai.” Cara hidup seperti ini akan menghasilkan keterikatan rohani: “Dan melahirkan anak-anak perhambaan.” Penduduk dari Yerusalem yang ada di bumi juga diberikan sebagai contoh: “Dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya.” Ketika Paulus menulis surat Galatia, Kekaisaran Romawi sedang menguasai kota Yerusalem di dalam perhambaan. Abraham dan Sarah mengandalkan kebijaksanaan manusia, menggunakan Hagar hamba perempuan mereka, untuk mengandung anak mereka. Sehingga lahirlah Ismail, anak dari perhambaan.

Seperti itulah hidup kita jika kita mencoba untuk menghasilkan kehidupan kekristenan dengan usaha kita sendiri. Kita menaruh diri kita sendiri di bawah hukum Taurat (hidup berdasarkan kesanggupan kita). Ini adalah jalan menuju perhambaan rohani. Kita hanya akan menghasilkan “Ismail - Ismail.”

Ishak, anak kedua dari Abraham, adalah gambaran dari hidup dalam kasih karunia. Kesanggupan Tuhan menjadi sumber daya kita. Ishak lahir dari kesetiaan Tuhan terhadap janji-Nya sendiri. Mengandalkan diri kepada kesetiaan Tuhan akan menghasilkan kemerdekaan rohani. Yerusalem sorgawi yang diberikan sebagai contoh. “Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita.” Kita yang mengikut Yesus sudah dilahirkan kembali dengan hidup yang baru dari sorga. Yerusalem baru adalah “tempat lahir” kita, di mana kita akan kembali ke sana. Kemerdekaan rohani menjadi ciri dari warga sorga. “Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka.” Tuhan memanggil kita untuk hidup di dalam kasih karunia Allah yang memerdekakan, menolak semua kecenderungan terhadap perhambaan kepada kesanggupan diri sendiri. “Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.”

Ya Tuhan yang maha setia, ampuni aku untuk semua “Ismail -Ismail” yang aku lahirkan karena mengandalkan diri sendiri. Semuanya hanya menghasilkan perhambaan. Aku ingin hidup di dalam kasih karunia-Mu, mengandalkan kesetiaan-Mu dan berjalan di dalam kemerdekaan rohani yang sejati. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

Ayo Baca Alkitab: 14 Mei - Mazmur-mazmur Daud