Karena iman maka Yusuf menjelang
matinya memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan
tentang tulang-belulangnya. – Ibrani 11:22
Ketika Yusuf memberi pesan kepada keluarganya bahwa suatu saat ia akan
dikuburkan di tanah perjanjian, ia memandang masa depan dengan iman.
Perjalanan Yusuf hingga menjadi pemimpin di Mesir ditandai dengan
pergumulan dan kemenangan yang datang silih berganti. Kakak-kakaknya
mengkhianati dia dan menjual dia menjadi budak. “Ketika
ada saudagar-saudagar Midian lewat, Yusuf diangkat ke atas dari dalam sumur
itu, kemudian dijual kepada orang Ismael itu dengan harga dua puluh syikal
perak. Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir” (Kej 37:28). Kemudian,
Yusuf mendapat berkat ketika ia dibeli oleh seorang Mesir bernama Potifar yang
merawat dan mempekerjakan Yusuf di rumahnya. “Setelah
dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat
berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya, maka Yusuf mendapat kasih tuannya,
dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan
segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf” (Kej 39:3-4).
Namun, datang pergumulan yang lain. Yusuf dimasukan ke dalam penjara
karena fitnah istri Potifar, yang membenci Yusuf karena menolak untuk
berselingkuh dengan dia. “Dipanggilnyalah
seisi rumah itu, lalu katanya kepada mereka: "Lihat, dibawanya ke mari
seorang Ibrani, supaya orang ini dapat mempermainkan kita. Orang ini mendekati
aku untuk tidur dengan aku, tetapi aku berteriak-teriak dengan suara keras"
… Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat
tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana” (Kej 39:14,
20). Namun berkat-berkat kembali datang ketika Tuhan membuat Yusuf
disukai oleh kepala penjara. “Sebab itu
kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan
segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya. Dan
kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf,
karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil”
(Kej 39:22-23). Namun sekali lagi sebuah pergumulan harus dialami
oleh Yusuf ketika pelayan Firaun melupakan jasa-jasa Yusuf ketika mereka berada
di penjara. “Tetapi Yusuf tidaklah diingat oleh
kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya. Setelah lewat dua tahun lamanya,
bermimpilah Firaun” (Kej 40:23 – 41:1). Dua tahun kemudian, sesudah
Yusuf menafsirkan mimpi Firaun, ia diberikan kedudukan dan kekuasaan yang
tinggi di Mesir. “Engkaulah menjadi kuasa atas
istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah
kelebihanku dari padamu” (Kej 41:40).
Adalah karena iman kepada Allah yang membuat Yusuf bertahan dan
membawanya ke tempat yang Tuhan inginkan. Namun, ayat renungan kita hari ini
memperlihatkan bahwa keinginan dasar Yusuf bukanlah kelimpahan atau kemajuan
dirinya sendiri. Yusuf memiliki hati yang melekat kepada rencana dan tujuan
Allah. Ketika ia memandang masa depan, ia yakin bahwa suatu saat, Tuhan akan
membawa umat-Nya kembali ke tanah perjanjian. Ia meminta agar jasadnya suatu
saat akan dikuburkan di tanah perjanjian ketika ia menyatakan imannya kepada
janji-janji Tuhan. “Tentu Allah
akan memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu harus membawa tulang-tulangku dari
sini” (Kej 50:25).
Allah yang kekal, ketika aku
menghadapi pergumulan dan berkat yang datang silih berganti dalam hidup ku,
tolong aku untuk memandang masa depan dengan iman. Ingatkan aku bahwa tujuan-Mu
yang abadi dapat menuntun dan membentuk aku melalui situasi ini. Di dalam nama
Tuhan Yesus Kristus, Amin.
___
No comments:
Post a Comment