Karena iman maka Ishak, sambil
memandang jauh ke depan, memberikan berkatnya kepada Yakub dan Esau. Karena
iman maka Yakub, ketika hampir waktunya akan mati, memberkati kedua anak Yusuf.
– Ibrani 11:20-21
Ketika menyatakan sebuah nubuat berkat bagi keturunannya, Ishak dan
Yakub menjadi teladan orang-orang yang memandang masa depan dengan iman.
Teladan yang pertama, Ishak, sebenarnya terjadi pada saat ia ditipu oleh
salah seorang anaknya sendiri. Ishak berniat untuk memberkati anak sulungnya,
Esau. “Ketika Ishak sudah tua, dan matanya
telah kabur, sehingga ia tidak dapat melihat lagi, dipanggilnyalah Esau, anak
sulungnya, serta berkata kepadanya:… olahlah bagiku makanan yang enak, seperti
yang kugemari, sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan, agar aku
memberkati engkau, sebelum aku mati” (Kej 27:1,4). Yakub, yang
namanya berarti “penipu,” menyamar menjadi seperti kakaknya dan menipu ayahnya,
berusaha untuk mencuri berkat tersebut. “Kata Yakub
kepada ayahnya: "Akulah Esau, anak sulungmu. Telah kulakukan, seperti yang
bapa katakan kepadaku. Bangunlah, duduklah dan makanlah daging buruan masakanku
ini, agar bapa memberkati aku" (Kej 27:19). “Jadi Ishak tidak mengenal
dia, karena tangannya berbulu seperti tangan Esau, kakaknya. Ishak hendak
memberkati dia” (Kej 27:23). Ketika kemudian Ishak mengetahui
tentang penipuan itu, Ishak tidak mencabut berkat tersebut. Tuhan menyatakan
bahwa hal tersebut terjadi karena iman kepada rencana Allah.
Teladan yang kedua, Yakub, juga terjadi dalam situasi yang tidak biasa. Anak
dari Yakub, yaitu Yusuf, membawa kedua cucunya, Efraim dan Manasye, kepada
Yakub untuk diberkati. “Adapun mata
Israel telah kabur karena tuanya, jadi ia tidak dapat lagi melihat. Kemudian
Yusuf mendekatkan mereka kepada ayahnya: dan mereka dicium serta didekap oleh
ayahnya” (Kej 48:10). Yusuf membawa Efraim, anak yang bungsu,
mendekat kepada tangan kiri Yakub dan Manasye, anak yang sulung, mendekat
kepada tangan kanan Yakub. Namun, Yakub menyilangkan tangannya sehingga menukar
berkat yang utama. “Katanya kepada
ayahnya: "Janganlah demikian, ayahku, sebab inilah yang sulung,
letakkanlah tangan kananmu ke atas kepalanya." Tetapi ayahnya menolak,
katanya: "Aku tahu, anakku, aku tahu; ia juga akan menjadi suatu bangsa
dan ia juga akan menjadi besar kuasanya; walaupun begitu, adiknya akan lebih
besar kuasanya dari padanya” (Kej 48:18-19).
Kedua tindakan ini sepertinya tidak terlalu penting bagi kita. Tetapi,
Tuhan mencatatnya sebagai langkah iman yang berarti bagi Dia. Berkat-berkat ini
mencerminkan aspek kedaulatan rencana Allah, walaupun bertentangan dengan
kebiasaan dan menggunakan cara-cara yang tidak wajar.
Ya Allah yang berkuasa, aku
menundukkan diri dalam iman kepada rencana dan tujuan-Mu yang sempurna. Aku
dihibur oleh kenyataan bahwa kehendak-Mu tidak dapat digagalkan oleh ketidak
wajaran ataupun oleh tradisi dan kebiasaan. Ajar aku untuk memandangk masa
depan dalam iman kepada kebijaksanaan dan kedaulatan-Mu, Amin.
___
No comments:
Post a Comment