Hendaklah kamu dalam
hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus
Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah
itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan
diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan
manusia. Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati
di kayu salib. – Filipi 2:5-8
Supaya kita
dapat hidup setiap hari dalam kasih karunia Allah, kita harus mau untuk
berjalan dalam kerendahan hati. “Allah menentang orang yang
congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (1 Pet 5:5). Alkitab memberikan pengajaran yang
mendalam mengenai hidup dalam kerendahan hati. Lebih dari itu, dari semua
pengajaran dalam Alkitab mengenai hal ini, kita tidak akan menemukan contoh yang
lebih baik dari pada yang Tuhan Yesus, teladan kerendahan hati yang paling
mulia.
Sebelum Ia
datang ke dunia sebagai manusia, Yesus sudah ada sejak kekekalan sebagai Allah,
Anak Allah yang Kekal. “Tetapi engkau, hai
Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan
bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah
sejak purbakala, sejak dahulu kala” (Mik 5:2). Karena Ia adalah Allah, mengaku sebagai
Allah adalah suatu kewajaran. Dan keberadaan-Nya sebagai Allah tidak akan pernah
berhenti, bahkan ketika Ia melayani di dunia ini sebagai manusia. Tetapi Ia
tidak mengumbar keilahian-Nya: “Walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri” Bukannya memanifestasikan kemuliaan-Nya,
sebaliknya Ia mengambil rupa sebagai seorang hamba: “Dan mengambil rupa
seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” Selama Ia melayani di dunia ini, Ia
mengedepankan peran-Nya sebagai hamba. “Anak Manusia datang
bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya
menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat 20:28).
Dalam misi
penyelamatan-Nya yang agung, Yesus, Anak Allah, mengambil jalan kerendahan hati.
“Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya
dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Kerendahan hati Yesus mencakup ketaatan
kepada Allah Bapa sepenuhnya, sehingga Ia rela untuk mengalami kematian yang
paling mengerikan, penyaliban yang menebus dosa. Dalam penderitaan-Nya, Ia
berdoa, “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari
pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang
Engkau kehendaki” (Mat 26:39). Penyerahan kepada kehendak Bapa ini adalah jalan
kerendahan hati yang Allah ingin kita lewati. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan
yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.”
Ya Allah, hatiku penuh dengan kerendahan hati ketika aku
merenungkan bagaimana Engkau menerima untuk direndahkan dengan datang sebagai
manusia ke dalam dunia yang penuh dosa ini. Sebagai Tuhan, Engkau layak
menerima kemuliaan dan kehormatan. Namun, untuk menyenangkan Bapa dan
menyelamatkan orang berdosa, Engkau rela untuk menjadi manusia dan hamba. Sedangkan
aku sering tergoda untuk menolak kerendahan hati, walaupun aku sebenarnya layak
untuk direndahkan. Aku memohon agar Engkau bekerja dalam hidupku agar aku
memiliki kerendahan hati, di dalam nama-Mu yang kudus, Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 05 Oktober - Pelayanan-pelayanan Yesus, Perumpamaan tentang seorang penabur
No comments:
Post a Comment