Dan kalau sekiranya dalam hal itu
mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup
mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ. Tetapi sekarang mereka merindukan
tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak
malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi
mereka. – Ibrani 11:15-16
Abraham dan keluarganya tinggal sebagai “orang
asing dan pendatang di bumi ini” (Ibr 11:13). Ia hidup dengan taat
sebagai orang asing di bumi ini, mengandalkan Tuhan untuk memimpin hidupnya.
Abraham juga hidup dengan sabar sebagai orang yang melakukan perjalanan
sorgawi, mengandalkan Tuhan untuk memipin hidupnya agar tiba di tanah air yang
kekal yang tersedia bagi semua orang yang memiliki iman yang menyelamatkan
kepada Allah. Kita memiliki panggilan yang serupa dari Tuhan. “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati
kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari
keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa” (1 Pet 2:11).
Abraham mengerti bahwa secara rohani ia juga sebagai orang asing dan
dalam perjalanan sorgawi, sehingga ia harus menjauhkan diri dari keinginan- keinginan
duniawi yang dapat melemahkan imannya. “Dan kalau
sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka
tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.” Abraham
dan keturunannya mengalami banyak ujian dan cobaan sepanjang perjalanan mereka
bersama Tuhan. Jika mereka memusatkan perhatian mereka kepada negeri yang
mereka tinggalkan, mereka pasti akan tergoda untuk kembali ke sana. Musuh
rohani kita juga berusaha menjebak kita untuk kembali ke dunia yang sudah kita
tinggalkan: “Kamu dahulu… hidup di dalamnya,
karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan
angkasa” (Ef 2:1-2). Semua orang rentan terhadap serangan tersebut.
Bahkan salah satu rekan pelayanan Paulus jatuh ke dalam godaan ini. “Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan
aku” (2 Tim 4:10). Oleh karena itu, Tuhan memperingatkan kita untuk
menjauhi segala toleransi dengan keinginan duniawi. “Janganlah
kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia,
maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu” (1 Yoh 2:15).
Sebaliknya, kita harus memiliki kerinduan seperti Abraham dan keturunannya.
“Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang
lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi.” Walaupun tanah perjanjian
suatu saat akan mereka warisi, mereka merindukan tanah air yang sebenarnya di
sorga nanti. Iman yang tertuju kepada sorga inilah yang berkenan kepada Tuhan. “Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka,
karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.” Dalam kota
sorgawi ini, “kota Allah yang hidup” (Ibr 12:2),
kita akan tinggal dalam hadirat dan kemuliaan Tuhan untuk selama-lamanya.
Ya Allah, satu-satunya Allah yang
benar dan yang hidup, aku menyesali saat-saat di mana dunia sudah menarik
perhatianku menjauh dari tanah air sorgawiku. Aku berseru kepada-Mu, tambatkan
hatiku kepada tanah air sorgawi, supaya aku menyenangkan Engkau dalam
perjalananku di bumi ini, Amin.
___
No comments:
Post a Comment