Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah,
aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain. –
Lukas 18:11
Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa
merendahkan diri, ia akan ditinggikan. – Lukas 18:14
Pentingnya pengajaran Tuhan Yesus yang ada dalam ayat renungan kita hari
ini dapat terlihat dalam banyak peristiwa di Alkitab (Mat 23:12 dan Luk 14:11).
Perintah Yesus ini menjadi hukum universal terhadap meninggikan diri sendiri
dan kerendahan hati. “Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa
merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Pernyataan Yesus
ini disampaikan dalam sebuah perumpamaan yang memperingatkan kita terhadap
membenarkan diri sendiri dan mendorong kita untuk merendahkan hati kita. “Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan
memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini” (Luk
18:9). Contoh yang sangat kontras dalam perumpamaan ini adalah doa
dari pemimpin agama yang begitu percaya kepada dirinya sendiri dan seorang
pemungut cukai yang sadar akan dosanya. “Ada dua orang pergi
ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut
cukai” (Luk 18:10). Ketika orang Farisi yang merasa benar ini berdoa,
ia sebenarnya sedang berbicara kepada dirinya sendiri, walaupun seolah-olah ia
sedang berbicara kepada Allah. “Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya” (Luk 18:11). Pada awalnya
ia berdoa secara alkitabiah, dengan mengucap syukur. “Nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan
syukur” (Flp 4:6). Namun, ucapan syukurnya didasarkan kepada asumsi
yang salah bahwa ia pada dasarnya lebih baik dari pada orang lain, terutama
dibandingkan dengan pemungut cukai di sebelahnya. “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama
seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan
bukan juga seperti pemungut cukai ini” (Luk 18:11). Lalu ia
melanjutkan dengan menjabarkan kebaikan-kebaikannya sendiri dengan menyebutkan
perbuatan-perbuatan agamawinya, yang terlihat sangat mengesankan bagi dirinya
sendiri. “Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari
segala penghasilanku” (Luk 18:12).
Orang Farisi
yang angkuh ini sangat yakin bahwa ia dipandang baik oleh Allah. Namun, ia
sedang menilai dirinya dengan ukurannya sendiri dan dibandingkan dengan orang
lain. Kitab Suci yang ia akui menjadi penuntunya, sebenarnya menentang sikap
membenarkan diri sendiri. “Ada keturunan yang
menganggap dirinya tahir, tetapi belum dibasuh dari kotorannya sendiri” (Ams
30:12). Walaupun manusia dapat terkesan dengan perilaku yang
terlihat dari luar, Tuhan melihat kekejian yang ada di dalam hati mereka. “Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui
hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah” (Luk 16:15).
Ya Allah, aku sangat bersyukur karena darah Kristus sudah membasuh
semua dosaku yaitu ketika aku berbicara atau berpikir atau bahkan berdoa,
seperti orang Farisi yang sombong ini. Tolong aku agar dengan rendah hati
memiliki cara pandang-Mu, bukan cara pandang manusia. Di dalam nama Tuhan
Yesus, Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 03 Oktober - Khotbah di Bukit: Pengajaran-Pengajaran Yesus
No comments:
Post a Comment