Semuanya itu terjadi atas raja Nebukadnezar; sebab setelah
lewat dua belas bulan, ketika ia sedang berjalan-jalan di atas istana raja di
Babel, berkatalah raja: "Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan
kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota
kerajaan?" Raja belum habis bicara, ketika suatu suara terdengar dari
langit: "Kepadamu dinyatakan, ya raja Nebukadnezar, bahwa kerajaan telah
beralih dari padamu. – Daniel 4:28-31
Allah kita yang
Mahatinggi dan Mahamulia menganugerahkan pemulihan hati kepada semua orang yang
berjalan dalam kerendahan hati. “TUHAN itu
tinggi, namun Ia melihat orang yang hina, dan mengenal orang yang sombong dari
jauh” (Mzm 138:6). Mereka yang berjalan dalam kesombongan akan
mengalami tanggapan yang sangat berbeda dari Allah. Apa yang dialami oleh raja
Nebukadnezar menjadi contoh dari penolakan Allah terhadap kesombongan.
Nebukadnezar
adalah seorang raja yang sangat berkuasa di Babel. Satu hari, ia sedang berada
di dalam istananya sambil mengagumi kemegahan kerajaannya. Ia menyimpulkan
bahwa semuanya itu bisa terjadi semata-mata karena pekerjaannya dan untuk
kemuliaannya sendiri. “Bukankah itu
Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan
kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?” Pengakuan yang
penuh dengan keangkuhan ini bertolak belakang dengan pengakuan Daud yang rendah
hati. “Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan
kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di
langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi
itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan
berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam
tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan
mengokohkan segala-galanya. Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu
dan memuji nama-Mu yang agung itu” (1 Taw 29:11-13).
Sebelum
Nebukadnezar menyelesaikan pernyataannya yang sombong itu, sorga
mengumandangkan penolakan Allah terhadap keangkuhannya. “Kepadamu
dinyatakan, ya raja Nebukadnezar, bahwa kerajaan telah beralih dari padamu.”
Akibat dari kesombongan Nebukadnezar juga sangat berat. “Engkau
akan dihalau dari antara manusia dan tempat tinggalmu akan ada di antara
binatang-binatang di padang; kepadamu akan diberikan makanan rumput seperti
kepada lembu; dan demikianlah akan berlaku atasmu sampai tujuh masa berlalu,
hingga engkau mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia
dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya!” (Dan 4:32).
Seorang penguasa angkuh yang lainnya juga mengalami akibat yang serupa pada
zaman gereja mula-mula. “Dan pada suatu
hari yang ditentukan, Herodes mengenakan pakaian kerajaan, lalu duduk di atas
takhta dan berpidato kepada mereka. Dan rakyatnya bersorak membalasnya:
"Ini suara allah dan bukan suara manusia!" Dan seketika itu juga ia
ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati
dimakan cacing-cacing” (Kis 12:21-23).
Allah yang Mahakuasa, Pencipta segalanya dan Penguasa atas
segalanya, aku bertobat dari saat-saat dimana aku sudah berbicara dengan
sombong, seperti Nebukadnezar. Aku ingin memiliki sikap seperti Daud yang
rendah hati, memuliakan Tuhan setiap hari sepanjang hidupku, Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 23 September - Pelayanan nabi Maleaki dan Yoel: Hari TUHAN
No comments:
Post a Comment