Therefore it is of faith that it might be according to
grace, so that the promise might be sure to all the seed. (Romans 4:16)
Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan
kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan. – Roma 4:16
Tuhan
menghendaki agar kita memiliki keyakinan yang teguh akan janji-janji-Nya. Tuhan
tidak ingin kita ragu-ragu bahwa Ia pasti akan memenuhi janji-janji-Nya. Dalam
semua yang Tuhan sudah janjikan, Ia ingin agar kita berdiri di atas batu karang
kepastian: “Sehingga janji itu berlaku bagi
semua keturunan.” Kepastian ini berdasarkan dua kebenaran yang
saling berkaitan: pertama antara janji-janji-Nya dengan kasih karunia-Nya, yang
kedua antara kasih karunia-Nya dengan iman kepada Dia.
Dua kebenaran
pertama yaitu antara janji-janji-Nya dan kasih karunia-Nya, membuat janji-janji
Allah menjadi suatu kepastian. Hidup di dalam janji-janji Allah membuat kita
dapat berjalan di dalam kelimpahan kasih karunia Allah. Kasih karunia merupakan
penggerak dibalik janji-janji Allah. Supaya janji-janji Allah dapat menjadi
suatu kepastian dalam hidup kita, kita harus menanggapinya sebagai kasih
karunia: “Karena itulah kebenaran berdasarkan
iman supaya merupakan kasih karunia.” Jika kita mengharapkan
janji-janji itu berdasakan hal yang lain selain kasih karunia, maka kita tidak
akan pernah dapat berdiri dalam kepastian akan pemenuhan janji-janji Allah.
Jika janji-janji Tuhan berdasarkan kepada usaha kita, kita tidak akan pernah
berjalan di dalam keyakinan yang teguh. Jika janji-janji-Nya berdasarkan kepada
kemampuan kepada orang lain, kita tidak akan bisa benar-benar yakin akan
janji-janji Allah. Pemenuhan janji-janji Allah sepenuhnya bergantung kepada
kasih karunia-Nya.
Lalu, bagaimana
caranya kita menanggapi janji-janji Allah dengan cara yang tidak mengabaikan
kasih karunia yang menjadi pendorongnya? Satu-satunya cara yang berkenan adalah
dengan iman. “Karena itulah kebenaran berdasarkan
iman supaya merupakan kasih karunia.” Semua cara lain tidak akan
sesuai dengan kasih karunia. Inilah kesalahan terbesar dari Abraham dan Sara
ketika mereka ada di awal perjalanan mereka bersama Tuhan. Ketika mereka
mengandalkan cara berpikir mereka sendiri, yaitu menggunakan Hagar, seorang
hamba perempuan, untuk melahirkan keturunan yang Tuhan janjikan, mereka tidak
mengandalkan Tuhan. Pada dasarnya mereka beriman kepada diri mereka sendiri.
Dibalik semua
janji-janji Injil adalah janji akan Juru Selamat, yang akan mati di kayu salib
untuk dosa-dosa kita. Jika kita mencoba menjadikan karya keselamatan Tuhan
sebagai hasil dari usaha kita, kita sedang menyingkirkan kasih karunia-Nya.
Kita sedang mengatakan bahwa kematian-Nya bagi kita tidak cukup atau tidak
diperlukan. “Aku tidak menolak kasih karunia
Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah
kematian Kristus” (Gal 2:21).
Allah Bapa, betapa agung rencana-Mu bagi anak-anak-Mu!
Engkau menyatakan kehendak-Mu melalui janji-janji-Mu yang besar. Engkau menaruh
kasih karunia-Mu yang luar biasa dibalik setiap janji-janji-Mu. Dan Engkau
meminta agar kami menaruh iman kami kepada Engkau untuk menepati semua yang
sudah Engkau janjikan. Betapa keyakinan kami sangat diteguhkan oleh kebenaran
ini! Amin.
___
No comments:
Post a Comment