Sebab itu marilah kita dengan penuh
keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan
menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. – Ibrani
4:16
Jika kita ingin
hidup dengan kasih karunia, kita harus memiliki persekutuan yang benar dengan
Allah sumber segala kasih karunia: yaitu dengan berjalan dalam kerendahan hati
dan mengandalkan Dia. Senantiasa berdoa dengan dipimpin oleh Roh sebagai cara
paling mendasar untuk menyatakan kerendahan hati dan iman kepada Tuhan. Itulah
sebabnya sebuah hal yang sangat sesuai jika Allah mengundang kita untuk berdoa
di tahta kasih karunia.
Tahta di mana
kita diundang adalah tahta Allah, seperti yang diperlihatkan kepada Rasul
Yohanes. “Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah
takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang” (Why 4:2). Raja alam semesta yang diagungkan ini
adalah Pencipta dari segalanya, yang melaksanakan kehendak-Nya dengan kuasa-Nya
yang tak terbatas. “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau
layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan
segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan”
(Why 4:11). Tahta ini
adalah tahta kekudusan yang kekal, seperti yang dikumandangkan oleh para mahluk
sorgawi. “Dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada
dan yang ada dan yang akan datang" (Why 4:8). Namun bagi mereka yang tidak percaya,
tahta yang dimaksud adalah tahta penghakiman. “Lalu aku melihat
suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya… Dan aku melihat
orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu… Dan orang-orang
mati dihakimi menurut perbuatan mereka… Dan setiap orang yang tidak ditemukan
namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan
api itu” (Why 20:11-15).
Jika tahta ini
hanya memiliki karakter kekudusan, penghakiman dan kekuasaan, maka kita tidak
akan pernah dapat mendekatinya untuk mendapat berkat. Tetapi, bagi mereka yang
dengan rendah hati menerima hidup yang kekal melalui Yesus Kristus, tahta ini
adalah tahta kasih karunia. “Sebab itu marilah kita dengan penuh
keberanian menghampiri takhta kasih karunia.” Kita dapat menghampiri tahta ini dengan keberanian rohani
karena Tuhan Yesus sudah duduk di sana bersama dengan Allah Bapa. “Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di
tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih”
(Why 5:6). “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan
kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!”
(Why 5:12). Dia yang layak, yang mati karena dosa-dosa kita, telah membukakan
pintu supaya kita bisa memiliki persekutuan yang intim dengan Allah Bapa kita. “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang
membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan
kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"” (Rom
8:15). Ketakutan akan Tuhan digantikan dengan keberanian, oleh kasih
karunia Tuhan Yesus Kristus: “Di dalam Dia
kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan
oleh iman kita kepada-Nya” (Ef 3:12). Inilah altar bagi kita untuk
berdoa, tahta kasih karunia!
Abba Bapa, aku bersujud di hadapan
tahta-Mu, mengakui Engkau sebagai satu-satu-Nya Pencipta dan Hakim yang kudus.
Namun, dengan keberanian aku menghampiri Engkau sebagai Bapa-Ku yang terkasih!
Walaupun aku layak untuk menerima penghukuman, tetapi melalui Yesus, aku
menerima kasih karunia, Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 27 Desember - Kitab Wahyu (2)
No comments:
Post a Comment