Akhirnya kita sampai pada renungan terakhir di tahun 2014.
Kami mengucapkan terima kasih untuk partisipasi anda dalam mengikuti dan mendukung program Ayo Saat Teduh. Kami mohon maaf bila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam penyajian renungan-renungan selama ini. Kami berharap anda diberkati dan semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus.
Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai kita semua!
31 December 2014
31 Desember – Bertumbuhlah Dalam Berbagai Kasih Karunia Allah
Layanilah seorang akan yang lain,
sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang
baik dari kasih karunia Allah. – 1 Petrus 4:10
Tetapi bertumbuhlah dalam kasih
karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. –
2 Petrus 3:18
Kasih karunia Tuhan kita Yesus
Kristus menyertai roh kamu, saudara-saudara! Amin. – Galatia 6:18
Bertumbuh dalam
berbagai kasih karunia Allah adalah kebenaran yang sesuai untuk akhir dari
renungan-renungan kita. Sungguh sebuah kehormatan dan penguatan iman untuk
diingatkan akan kemuliaan berbagai macam kasih karunia Allah.
Ada berbagai
kasih karunia Allah. Seperti sebuah intan yang terdiri dari banyak sisi. Setiap
sudut akan merefleksikan cara pandang yang berbeda dari sumber kasih karunia
Allah. Dari beberapa sumber Alkitab, kita dapat melihat kasih karunia Allah
yang membenarkan: “Dan oleh kasih karunia telah
dibenarkan dengan cuma-cuma” (Rom 3:24). Namun, renungan-renungan kita banyak membahas mengenai
kasih karunia yang menguduskan, kasih karunia untuk pertumbuhan rohani. “Bertumbuhlah dalam kasih karunia.” Banyak cara pandang alkitab yang memperlihatkan kasih
karunia yang menguduskan ini dalam berbagai cara yang indah. Kasih karunia
dapat dipandang sebagai yang mengokohkan manusia batiniah. “Sebab yang baik ialah, bahwa hati kamu diperkuat dengan kasih karunia”
(Ibr 13:9). Kasih
karunia dapat dipandang sebagai yang memberikan kekuatan: “Jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus” (2 Tim 2:1). Kasih
karunia juga dipandang memiliki peran untuk menghasilkan buah: “Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh
dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal
kasih karunia Allah dengan sebenarnya” (Kol 1:6). Kasih karunia
dapat dipandang dari fungsinya untuk membangun pelayanan: “Tetapi
karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih
karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah
bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan
kasih karunia Allah yang menyertai aku” (1 Kor 15:10). Kasih karunia
juga dipandang sebagai yang memberikan kekuatan disaat-saat harus menghadapi ‘duri
dalam daging’. “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu”
(2 Kor 12:9). Betapa luar biasa kekayaan sorgawi yang disediakan
bagi kita dalam hidup ini lewat berbagai kasih karunia Allah. “Kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus menyertai
roh kamu, saudara-saudara!” Pada
akhirnya dan pada dasarnya, kasih karunia hanya dapat ditemukan di dalam Yesus
Kristus, dan dapat kita nikmati melalui karya-Nya di dalam hati kita, yaitu
ketika kita dengan rendah hati mencari pengenalan akan Dia lebih dan lebih
lagi.
Doa berkat dalam
bagian penutup dari banyak surat-surat perjanjian baru sangat sesuai bagi akhir
dari renungan kita. “Tetapi
bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan
Juruselamat kita, Yesus Kristus.”
Ya Allah sumber berbagai kasih karunia, aku sungguh-sungguh
rindu untuk bertumbuh dalam setiap aspek dari kasih karunia-Mu. Dengan rendah
hati aku rindu lebih mengenal Engkau . Bekerjalah di dalam hatiku oleh kasih
karunia-Mu, dan nyatakanlah sepenuhnya melalui hidupku. Di dalam nama-Mu yang tiada
tara aku berdoa, Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 31 Desember - Kitab Wahyu (6)
30 December 2014
30 Desember – Berjalan Bersama Yesus Seperti Ketika Kita Menerima Dia (2)
Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu
hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun
di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan
kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. –Kolose 2:6-7
Dengan cara ketika
kita menerima Tuhan, demikian cara kita hidup bersama Dia. “Kamu
telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di
dalam Dia.” Kita menerima Dia dengan kasih karunia, maka kita harus
hidup dengan kasih karunia. Kita dilahirkan kembali oleh Roh, maka kita harus
hidup oleh Roh. Lebih dari itu, ketika kita pertama kali menerima Kristus, Ia
adalah satu-satunya pengharapan kita. Sekarang, kita harus hidup bersama Dia
dengan cara yang sama.
Adalah baik
untuk mengingat kembali bagaimana Yesus menjadi fokus dari awal kehidupan kita
bersama Dia. Ketika kita menerima Yesus dan pengampunan-Nya, kita tahu bahwa Ia
sudah memberikan semua yang kita perlukan untuk keselamatan kita. Kita percaya
dengan firman Allah bahwa tidak ada pengharapan lain selain dari pada Yesus. “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku"” (Yoh 14:6). “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun
juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain
yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis 4:12).
Kita tahu bahwa kita tidak dapat menghasilkan apapun dari diri kita sendiri.
Dahulu kita mati secara rohani, sama sekali tidak memiliki kebenaran apapun: “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran
dan dosa-dosamu” (Ef 2:1). “Segala kesalehan kami seperti kain kotor” (Yes
64:6). Lalu kita mendapatkan berkat yaitu menyadari kondisi rohani
kita yang miskin. “Berbahagialah orang yang
miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat
5:3).
Sekarang kita
harus berjalan bersama dengan Dia dengan kebutuhan yang sama dengan sewaktu
kita menerima Dia dan lahir baru. Untuk hidup pertumbuhan rohani, hidup dalam kemenangan
dan hidup yang berbuah, maka Yesus harus kembali menjadi satu-satunya pusat
perhatian kita. “Kamu telah menerima Kristus Yesus,
Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu
berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh
dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan
syukur.” Kita harus “berakar di
dalam Dia,” yaitu dengan iman kita mengandalkan Dia untuk memelihara
kita, sama seperti akar pohon yang tertanam di dalam tanah untuk mencari
makanan. Kita harus “dibangun di
atas Dia,” yaitu ketika Tuhan yang berkarya di dalam hidup kita. Kita
harus “bertambah teguh dalam iman,”
yaitu mengizinkan Dia untuk membangun kita lewat firman-Nya. Semua ini akan
membuat hidup yang “melimpah
dengan syukur.” Yang bersyukur bahwa “Kristus
adalah semua dan di dalam segala sesuatu” (Kol 3:11). Sungguh kita perlu
Tuhan Yesus untuk kehidupan kekristenan kita sekarang, seperti ketika kita
lahir baru di dalam Dia.
Tuhan Yesus, Engkau-lah pengharapanku satu-satunya untuk
memulai hidup yang baru bersama Engkau. Engkau adalah harapanku satu-satunya di
dalam hidupku. Tolong ingatkan aku bahwa aku memerlukan Engkau senantiasa.
Terima kasih untuk kesediaan-Mu, Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 30 Desember - Kitab Wahyu (5)
29 December 2014
29 Desember – Berjalan Bersama Yesus Seperti Ketika Kita Menerima Dia (1)
Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu
hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. – Kolose 2:6
Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh,
maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? – Galatia 3:3
Hal yang sangat
penting mengenai persekutuan yang benar dengan Allah, satu kesalahan yang umum
dilakukan adalah mencoba untuk membangun perjalanan kehidupan kekristenan kita
dengan cara yang berbeda dengan waktu kita memulainya. Ayat-ayat renungan kita
hari ini menunjukkan kepada kita cara yang benar. Kita harus membangun
kehidupan kita bersama dengan Tuhan dengan cara yang sama ketika kita memulai
kehidupan itu. “Kamu telah menerima Kristus Yesus,
Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.” Kita
harus hidup bersama Yesus dengan cara yang sama seperti waktu kita menerima
Dia.
Kita menerima
Tuhan dan karunia keselamatan-Nya sebagai pemberian kasih karunia. “Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak
terkatakan itu!” (2 Kor 9:15). “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan
oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (Ef 2:8).
Oleh karena itu, kita harus hidup di dalam Dia dengan mentalitas ‘menerima
kasih karunia.’ “Karena dari kepenuhan-Nya kita
semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia” (Yoh 1:16).
Kita tidak boleh mencoba memperlakukan hidup kekristenan sebagai sesuatu yang
dapat kita hasilkan sendiri atau sebagai suatu upah. Bapak-bapak jasmani manusia
yang berdosa saja diciptakan dengan keinginan untuk memberikan pemberian yang
berguna kepada anak-anak mereka. Apalagi Bapa kita yang di Sorga, yang memiliki
hati untuk memberikan semua yang diperlukan bagi mereka yang mau memintanya. “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian
yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan
yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Mat 7:11).
Ayat Galatia 3:3
menguatkan perlunya kita untuk memiliki pola hidup bersama Allah yang sama
dengan ketika kita memulainya: “Adakah kamu
sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di
dalam daging?” Pertanyaan retorika ini memperingatkan bahaya dari cara
hidup kekristenan yang berbeda dengan ketika kelahirannya. Manusia jasmani
tidak dapat melakukan apa-apa. “Apa yang
dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah
roh” (Yoh 3:6). Roh Kudus-lah yang akan memberikan pertumbuhan
rohani. Daging tidak dapat memberikan apa-apa. “Rohlah
yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna” (Yoh 6:63). Semua
perubahan antara kelahiran dan kehidupan adalah kebodohan. Pasti akan gagal.
Kita sudah mulai
dengan kasih karunia, maka kita harus meneruskan dengan kasih karunia. Kita
sudah mulai dengan Roh, maka kita harus meneruskan dengan Roh. Kita harus hidup
bersama Yesus dengan cara yang sama denga ketika kita menerima Dia.
Bapa sorgawi,
betapa Engkau adalah Pemberi yang murah hati. Engkau memberikan anak-Mu sebagai
anugerah kasih karunia. Engkau memberikan aku hidup yang baru oleh karya Roh
Kudus-Mu. Sekarang, aku ingin hidup di dalam Kristus dengan cara yang sama,
Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 29 Desember - Kitab Wahyu (4)
28 December 2014
28 Desember – Undangan Untuk Berdoa Di Tahta Kasih Karunia (2)
Sebab itu marilah kita dengan penuh
keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan
menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. – Ibrani
4:16
Dia yang duduk di
tahta yang memerintah alam semesta ini adalah yang berkuasa, yang kudus, Hakim
atas umat manusia. Ia juga “Allah sumber
segala kasih karunia” (1 Pet 5:10). Semua yang memiliki persekutuan
dengan Dia, yaitu melalui iman kepada Yesus Kristus, dapat menghampiri tahta
tersebut dengan keberanian ilahi, berdoa dengan penuh keyakinan Allah akan
menjawab dengan penuh kasih karunia.
Sungguh, Tuhan
Yesus adalah alasan sehingga kita dapat menjawab undangan-Nya untuk “dengan peunh keberanian menghampiri takhta kasih
karunia.” Kematian-Nya di kayu salib membuka jalan bagi kita untuk
dapat datang ke hadirat-Nya, sehingga kita dapat berbicara dengan Dia secara
langsung melalui doa. Tuhan adalah Bapa kita, yang rindu untuk bercakap-cakap
dengan anak-anak-Nya: “Jadi,
saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke
dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi
kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri” (Ibr 10:19-20). “Jalan yang baru
dan yang hidup” ini adalah perjanjian baru kasih karunia. Hanya
karena kasih karunia saja kita dapat datang menghampiri takhta kasih
karunia-Nya, sehingga kita dapat hidup dalam kasih karunia setiap hari.
Lewat undangan
ke takhta ini, “kita menerima rahmat.”
Rahmat adalah pasangan yang serasi dari kasih karunia. Rahmat adalah belas
kasihan, yaitu ketika Tuhan menahan hukuman yang selayaknya kita terima karena
dosa dan pemberontakan kita. “Baiklah orang
fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah
ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita,
sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya” (Yes 55:7). Setiap
hari, anak-anak-Nya dapat menikmati kesetiaan dan rahmat Tuhan. “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak
habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Rat
3:22-23).
Pada undangan takhta
Allah ini, kita “menemukan kasih karunia untuk
mendapat pertolongan kita pada waktunya.” Pertolongan kita yang
paling kita butuhkan pada awalnya adalah keselamatan kita oleh kasih karunia Allah,
yang memberikan pengampunan dan memberikan hidup yang kekal kepada kita “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh
iman” (Ef 2:8). Pertolongan kita selanjutnya adalah kasih karunia
untuk mengubah dan membentuk kehidupan yang saleh bagi kita di dunia ini. “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan
semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan
dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan
beribadah di dalam dunia sekarang ini “ (Tit 2:11-12). Dalam doa di
takhta kasih karunia, kita akan menemukan sumber kasih karunia Allah yang
melimpah-limpah. Kasih karunia ini tidak dapat digantikan dan cukup untuk
memelihara kita dalam segala situasi kita setiap hari di rumah, di tempat
kerja, di sekolah, di gereja – di manapun.
Ya Allah, sumber segala rahmat dan kasih karunia, aku
bersukacita karena rahmat-Mu baru setiap hari. Kasihanilah aku ya Tuhan! Aku
memuji Engkau untuk kasih karunia-Mu untuk segala hal yang tersedia melalui
iman dan kerendahan hati. Curahkanlah kasih karunia-Mu kepadaku Ya Tuhan! Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 28 Desember - Kitab Wahyu (3)
27 December 2014
27 Desember – Undangan Untuk Berdoa Di Tahta Kasih Karunia (1)
Sebab itu marilah kita dengan penuh
keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan
menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. – Ibrani
4:16
Jika kita ingin
hidup dengan kasih karunia, kita harus memiliki persekutuan yang benar dengan
Allah sumber segala kasih karunia: yaitu dengan berjalan dalam kerendahan hati
dan mengandalkan Dia. Senantiasa berdoa dengan dipimpin oleh Roh sebagai cara
paling mendasar untuk menyatakan kerendahan hati dan iman kepada Tuhan. Itulah
sebabnya sebuah hal yang sangat sesuai jika Allah mengundang kita untuk berdoa
di tahta kasih karunia.
Tahta di mana
kita diundang adalah tahta Allah, seperti yang diperlihatkan kepada Rasul
Yohanes. “Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah
takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang” (Why 4:2). Raja alam semesta yang diagungkan ini
adalah Pencipta dari segalanya, yang melaksanakan kehendak-Nya dengan kuasa-Nya
yang tak terbatas. “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau
layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan
segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan”
(Why 4:11). Tahta ini
adalah tahta kekudusan yang kekal, seperti yang dikumandangkan oleh para mahluk
sorgawi. “Dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada
dan yang ada dan yang akan datang" (Why 4:8). Namun bagi mereka yang tidak percaya,
tahta yang dimaksud adalah tahta penghakiman. “Lalu aku melihat
suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya… Dan aku melihat
orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu… Dan orang-orang
mati dihakimi menurut perbuatan mereka… Dan setiap orang yang tidak ditemukan
namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan
api itu” (Why 20:11-15).
Jika tahta ini
hanya memiliki karakter kekudusan, penghakiman dan kekuasaan, maka kita tidak
akan pernah dapat mendekatinya untuk mendapat berkat. Tetapi, bagi mereka yang
dengan rendah hati menerima hidup yang kekal melalui Yesus Kristus, tahta ini
adalah tahta kasih karunia. “Sebab itu marilah kita dengan penuh
keberanian menghampiri takhta kasih karunia.” Kita dapat menghampiri tahta ini dengan keberanian rohani
karena Tuhan Yesus sudah duduk di sana bersama dengan Allah Bapa. “Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di
tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih”
(Why 5:6). “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan
kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!”
(Why 5:12). Dia yang layak, yang mati karena dosa-dosa kita, telah membukakan
pintu supaya kita bisa memiliki persekutuan yang intim dengan Allah Bapa kita. “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang
membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan
kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"” (Rom
8:15). Ketakutan akan Tuhan digantikan dengan keberanian, oleh kasih
karunia Tuhan Yesus Kristus: “Di dalam Dia
kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan
oleh iman kita kepada-Nya” (Ef 3:12). Inilah altar bagi kita untuk
berdoa, tahta kasih karunia!
Abba Bapa, aku bersujud di hadapan
tahta-Mu, mengakui Engkau sebagai satu-satu-Nya Pencipta dan Hakim yang kudus.
Namun, dengan keberanian aku menghampiri Engkau sebagai Bapa-Ku yang terkasih!
Walaupun aku layak untuk menerima penghukuman, tetapi melalui Yesus, aku
menerima kasih karunia, Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 27 Desember - Kitab Wahyu (2)
26 December 2014
26 Desember – Teladan Alkitab Dari Berdoa Yang Dipimpin Roh (2)
Kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta,
supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui
kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan
kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang
baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, dan dikuatkan
dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu
dengan tekun dan sabar, dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang
melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk
orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. – Kolose 1:9-12
Dalam perenungan
kita sebelumnya, kita mempelajari contoh dari doa yang dipimpin oleh Roh. Pada
dasarnya doa yang demikian memohon untuk dapat mengetahui dan melakukan
kehendak Allah. “Kami tiada berhenti-henti berdoa
untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian
yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu
layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal.”
Sekarang, kita akan melihat contoh lain dari Alkitab mengenai doa yang dipimpin
oleh Roh.
Aspek penting
dari kehendak Allah adalah agar kita menghasilkan buah untuk Dia: “Kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik.”
Kelimpahan kasih karunia Allah dapat menghasilkan banyak pelayanan dalam
hidup kita. “Dan Allah sanggup melimpahkan
segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam
segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan” (2 Kor 9:8).
Inti dari
kehendak Allah adalah: “Bertumbuh
dalam pengetahuan yang benar tentang Allah.” Semakin mengenal Allah
adalah hal yang paling esensi dalam hidup ini. “Malahan
segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku,
lebih mulia dari pada semuanya” (Flp 3:8). Rasul Paulus menulis doa
ini di dalam surat kepada jemaat di Efesus: “Dan meminta
kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia
memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar” (Ef
1:17). Ayat inti dari pelajaran kasih karunia memperlihatkan adanya
hubungan antara kasih karunia Allah dengan pengenalan akan Dia. “Bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam
pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2 Pet 3:18).
Hal penting lain
dari kehendak Allah adalah kekuatan rohani: “Dikuatkan
dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya.” Dengan kasih
karunia-Nya sebagai kekuatan kita, tidak ada batas dari apa yang dapat kita
lakukan. “Segala perkara dapat kutanggung di
dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp 4:13). Ingatlah,
kekuatan tersebut seringkali diberikan untuk alasan yang tidak kita duga: “Untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan
sabar”
Aspek terakhir
dari kehendak Allah adalah ungkapan terima kasih. “Dan
mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk
mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam
kerajaan terang.” Karena semua kekayaan rohani ini adalah karena
kasih karunia Allah kepada mereka yang berdoa dengan rendah hati dan penuh
kepercayaan, tidak heran jika Allah mengingatkan agar kita senantiasa mengucap
syukur.
Ya Bapa, aku memiliki kerinduan yang mendalam untuk dapat
berbuah dalam pelayanan kepada-Mu. Aku sungguh-sungguh ingin mengenal Engkau
lebih lagi. Aku sangat membutuhkan
kekuatan yang dari pada-Mu. Dan hatiku melimpah dengan ucapan syukur kepada-Mu.
Di dalam iman dan kerendahan hati aku berseru kepada-Mu! Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 26 Desember - Surat Yudas, Kitab Wahyu (1)
25 December 2014
25 Desember – Teladan Alkitab Tentang Berdoa Yang Dipimpin Roh (1)
Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada
berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala
hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan
sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam
segala hal. – Kolose 1:9-10
Seperti telah
kita lihat, Tuhan memanggil kita lewat berbagai cara untuk berdoa dengan tidak
jemu-jemu. Setiap hari, setiap cara, setiap aspek hidup harus dihadapi melalui
doa yang dipimpin oleh Roh. “Dalam segala
doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh” (Ef 6:18). Sebagai
tambahan dari panggilan untuk berdoa ini, firman Tuhan juga memberikan kepada
kita teladan ilahi mengenai doa. Dua renungan kita selanjutnya akan membahas
contoh-contoh Alkitab perihal doa yang dipimpin Roh.
Rasul Paulus
selalu berdoa untuk orang-orang percaya di Kolose: “kami
tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu.” Kehendak Allah menjadi
pesan utama dari Roh Kudus yang harus didoakan oleh Paulus: “Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat
dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan.” Kehendak
Tuhan dinyatakan di dalam firman-Nya. “Karena inilah
kehendak Allah: pengudusanmu” (1 Tes 4:3). “Mengucap syukurlah dalam segala
hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1
Tes 5:18). Untuk sungguh-sungguh mengerti kehendak Allah dibutuhkan pengertian
ilahi: “Segala hikmat dan pengertian yang
benar.” Tentunya hal ini dikerjakan oleh Roh Kudus. “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia
akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (Yoh 16:13).
Tuhan memberitahukan
kepada kita kehendak-Nya bukan sekedar agar kita tahu. Mengetahui kehendak
Tuhan akan memimpin kita untuk tinggal di dalam kehendak-Nya. “Sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan
kepada-Nya dalam segala hal.” Tuhan ingin kita hidup sesuai dengan
kehendaknya. “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan
dengan Injil Kristus” (Flp 1:27). Ia ingin agar kita menyukai
hal-hal yang menyenangkan Dia, bukan yang menyenangkan diri sendiri: “Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan” (Ef 5:10).
Tuhan ingin berkarya agar hati kita seperti hati Daud. “Aku
suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku” (Mzm 40:9).
Mengisi hati kita dengan kehendak Allah adalah inti dari karya injil
kasih karunia. “Aku akan mengadakan perjanjian baru”
(Yer 31:31). “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya
dalam hati mereka” (Yer 31:33). “Ialah membuat kami juga sanggup menjadi
pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru” (2 Kor 4:6). Hidup dalam
doa dan pengandalan kepada kasih karunia Allah akan membuat kita menjadi “hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati
melakukan kehendak Allah” (Ef 6:6).
Ya Allah, aku ingin sepenuhnya hidup oleh karena
kehendak-Mu, menyenangkan Engkau dengan segala cara. Oleh karena firman-Mu,
berikanlah kepadaku pengertian akan kehendak-Mu. Ajar aku untuk berdoa dipimpin
oleh Roh Kudus, supaya kasih karunia-Mu menuntun aku melakukan kehendak-Mu.
Amin.
___
24 December 2014
24 Desember – Panggilan Yesus Untuk Berdoa Dengan Tidak Jemu-Jemu (2)
Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di
dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang
Kudus. – Efesus 6:18
Melalui
firman-Nya, Tuhan memanggil kita untuk memiliki kehidupan doa. “Tetaplah berdoa” (1 Tes 5:17). Yesus
memanggil kita untuk berdoa baik melalui pengajaran-Nya maupun teladan-Nya. “Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka
untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu” (Luk
18:1). “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar.
Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana” (Mar 1:35). Ayat
renungan kita hari ini juga merupakan panggilan untuk senantiasa berdoa.
Konteks ayat ini
adalah mengenai selengkap senjata Allah yang tersedia bagi kita. “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di
dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya
kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis” (Ef 6:10-11).
Perlengkapan senjata sorgawi ini dapat dikenakan dengan terus memandang Allah
melalui doa. Tuhan sudah mempersiapkan banyak bentuk doa seperti pengakuan,
pertobatan, permintaan, permohonan, ucapan syukur, bersuka cita, pujian,
pengagungan dsb. Namun perlu diingat bahwa semua bentuk doa tersebut harus
dilakukan “di dalam Roh.” Sama
seperti semua area lainnya dalam hidup, kita harus mengandalkan Roh Kudus, Maka
Ia akan memberikan tuntunan dan hikmat kepada kita.
Doa yang benar
mencakup kewaspadaan rohani: “berjaga-jagalah
di dalam doamu itu.” Ketika doa benar-benar dibutuhkan, kita lebih
tergoda untuk tidur. Di taman Getsemani, ketiga murid Yesus tidak waspada
terhadap kebutuhan yang besar untuk doa. “Berjaga-jagalah
dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan” (Mrk 14:38).
Sekali lagi, kisah tersebut mengingatkan kita untuk selalu dibimbing oleh Roh
Kudus. Lebih dari itu kebutuhan kita akan Roh Kudus karena dalam doa kita perlu
keteguhan hati. Berdoa membutuhkan kegigihan rohani. Berdoa adalah pekerjaan
rohani yang menuntut. Roh Kudus menjaga kita di dalam kekuatan kuasa Allah
supaya kita dapat berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan. Kadang kita diminta
untuk berdoa bagi orang lain: “dengan
permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus.” Tidaklah
salah berseru kepada Tuhan untuk permohonan pribadi kita. “Nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa” (Flp 4:6). Namun,
Allah ingin memakai kita di dalam hidup orang lain melalui syafaat.
Ya Allah, panggilan-Mu untuk berdoa menyadarkan aku. Aku
melihat masih banyak ruang untuk bertumbuh bagi kehidupan doaku. Namun aku
percaya bahwa aku bisa bertumbuh dalam doa oleh karena Roh kasih karunia-Mu yang
bekerja di dalam hidup ku. Jadikanlah aku pasukan doa-Mu, Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 24 Desember - Surat Yohanes yang Pertama (1)
23 December 2014
23 Desember – Panggilan Yesus Untuk Berdoa Dengan Tidak Jemu-Jemu (1)
Tetaplah berdoa. – 1 Tesalonika 5:17
Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk
menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu… Tidakkah
Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru
kepada-Nya? – Lukas 18:1, 7
Berdoa dengan
tidak jemu-jemu adalah cara untuk memiliki persekutuan yang benar dengan Allah
sumber segala kasih karunia. Yesus memanggil para pengikutnya untuk hidup dalam
doa ketika Ia menyampaikan sebuah perumpamaan yang membedakan antara hakim
manusia yang tidak takut Tuhan dengan Allah, hakim yang benar dan adil.
Pesan utama
Yesus dalam perumpamaan ini adalah agar kita tetap berdoa dengan tidak
jemu-jemu. “Yesus mengatakan suatu perumpamaan
kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak
jemu-jemu.” Perumpamaan yang Yesus sampaikan adalah mengenai seorang
janda yang diperlakukan dengan tidak benar yang meminta tolong kepada seorang
hakim yang jahat. Pada awalnya, hakim tersebut sama sekali tidak memiliki
keinginan sedikitpun untuk menolong janda ini. Namun, ketika janda ini terus
menerus meminta tolong, hakim ini akhirnya menyerah dan menolong janda ini. “Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak
menghormati seorangpun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku
membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku”
(Luk 18:4-5). Hakim yang jahat ini menolong bukan karena motivasi belas
kasihan atau karena takut kepada Tuhan. Ia melakukannya karena tidak ingin
terus menerus diganggu. Yesus kemudian membuat perbedaan dengan motivasi kudus
Allah yang maha kasih, yang pasti segera menolong umat-Nya yang tidak jemu-jemu
memanggil nama-Nya. “Tidakkah Allah
akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya?”
Oleh karena itu Tuhan Yesus menasihatkan agar kita tetap berdoa dengan tidak
jemu-jemu.
Panggilan Yesus
agar kita hidup dalam doa adalah berdasarkan teladan-Nya sendiri. “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia
bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana”
(Mar 1:35). Sejak awal dari catatan pelayanan Yesus, kebiasaan
doa-Nya sudah dicatat. Beberapa kali Yesus sudah bangun sebelum fajar untuk
berdoa kepada Bapa-Nya. Di saat lain, Yesus berdoa semalaman. “Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk
berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah” (Luk 6:12). Selain
itu, Yesus juga berdoa di muka umum. “Aku bersyukur
kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan
bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil”
(Mat 11:25). “Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia
menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu” (Luk
9:16). “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan
Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku” (Yoh 11:41-42).
Jika Yesus, Anak Allah saja senantiasa berdoa, demikian pula dengan kita, kita
harus memiliki kehidupan doa yang tidak jemu-jemu.
Yesus Tuhanku, aku ingin taat kepada panggilan-Mu untuk
tetap berdoa dengan tidak jemu-jemu. Aku ingin mengikuti teladan-Mu yaitu
senantiasa berdoa, baik secara pribadi maupun di muka umum.
___
Ayo Baca
Alkitab: 23 Desember - Surat Petrus yang Kedua
22 December 2014
22 Desember – Berdoa Dengan Tidak Jemu-Jemu Kepada Allah Sumber Segala Kasih Karunia
Allah, sumber segala kasih karunia. – 1 Petrus 5:10
Tetaplah berdoa. – 1 Tesalonika 5:17
Kedua istilah
ini memiliki keterkaitan yang erat. Satu-satunya jalan untuk dapat hidup sesuai
dengan kehendak Allah adalah dengan kasih karunia. Allah kita adalah sumber
dari segala kasih karunia. Kasih karunia Allah dapat kita terima melalui
kerendahan hati dan iman. Doa adalah ekspresi yang paling tepat dari kerendahan
hati dan iman. Kita berdoa karena kita perlu pertolongan Tuhan, ini merupakan
ekspresi kerendahan hati. Kita berdoa karena kita percaya Tuhan akan menolong
kita, ini merupakan ekspresi iman. Jadi, tetap berdoa dengan tidak jemu-jemu
adalah cara yang sederhana, namun bermakna, untuk bersekutu dengan Allah sumber
segala kasih karunia.
“Tetaplah berdoa.”
Perintah ini bukan berarti kita harus berulang-ulang mengucapkan sebuah doa.
Namun, sebuah panggilan kepada sebuah gaya hidup: “bertekunlah
dalam doa” (Rom 12:12). Berdoa dengan tidak jemu-jemu berbicara
mengenai sikap hati. Yaitu saat batin
kita dengan rendah hati senantiasa terarah kepada Tuhan, sambil dengan tekun
menyampaikan doa kita kepada Tuhan.
Paulus adalah
seorang yang hidup dalam doa. Tuhanlah yang menjadi pusat pengharapannya: “Kristus Yesus, dasar pengharapan kita” (1 Tim
1:1). Selain itu, Paulus senantiasa berdoa kepada Tuhan: “Dalam doaku aku selalu mengingat kamu” (Rom 1:9). “Akupun
tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam
doaku” (Ef 1:16). “Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik
siang maupun malam” (2 Tim 1:3). Perhatikan bahwa berulang-ulang doa
Paulus berisi permohonan untuk orang lain. Mereka yang hidup dalam kasih
karunia akan memiliki hati untuk bersyafaat, berdoa supaya orang lain juga dapat
menikmati kasih karunia Allah.
Banyak sekali
contoh dalam Alkitab mengenai orang yang hidup dalam doa. Daud jelas merupakah
seorang yang selalu berdoa. Sebagian besar dari mazmur-mazmurnya ditujukan
kepada Allah dalam doa. Beberapa berbicara mengenai kebiasaan doa Daud. “Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas
dan menangis; dan Ia mendengar suaraku” (Mzm 55:17). Yeremia juga
seorang yang hidup dalam doa. “Ya TUHAN,
kekuatanku dan bentengku, tempat pelarianku pada hari kesesakan” (Yer 16:19). “Sembuhkanlah
aku, ya TUHAN, maka aku akan sembuh; selamatkanlah aku, maka aku akan selamat”
(Yer 17:14). “Perhatikanlah aku, ya TUHAN, dan dengarkanlah suara pengaduanku!”
(Yer 18:19). Daniel juga orang yang hidup dalam doa. “Tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji
Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya” (Dan 6:10). Demikian pula
dengan kita, semua yang ingin hidup dalam kasih karunia akan semakin hidup
dalam doa.
Tuhan sumber segala kasih karunia, aku ingin hidup dalam
kerendahan hati dan pengandalan akan kasih karunia-Mu yang melimpah. Ajar aku
agar aku senantiasa mengekspresikan kerendahan hati dan iman. Di dalam nama
Tuhan Yesus Kristus, Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 22 Desember - Surat Petrus yang Pertama (2)
21 December 2014
21 Desember – Mengikut Yesus Sebagai Murid (3)
Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. – Lukas 9:23
Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal
mereka dan mereka mengikut Aku. – Yohanes 10:27
Seperti kita
sudah renungkan sebelumnya, mengikut Yesus sebagai seorang murid adalah satu
cara untuk memiliki persekutuan yang benar dengan Allah dalam kerendahan hati
dan iman. Syarat menjadi murid adalah menyangkal dan mematikan kedagingan. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari.” Kedagingan dan
kepentingan diri sendiri adalah hal yang paling mendasar yang menghalangi kita
mengikut Dia.
Tiga kata-kata
sederhana memperlihatkan pesan inti dari pemuridan: “dan
mengikut Aku.” Seluruh kehidupan kekristenan dapat dirangkum dan
digenapi dengan kerendahan hati dan mengandalkan Allah setiap hari. Tuhan
menghendaki agar kita dapat bertumbuh dalam kasih karunia-Nya. “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam
pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2 Pet 3:18).
Yesus datang membawa kelimpahan kasih karunia. “Firman
itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal
Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:14). Saat kita
mengikut Dia dalam kerendahan hati dan pengandalan akan Dia, maka Ia akan
mencurahkan kasih karunia-Nya ke dalam hidup kita.
Yesus memiliki
semua yang kita perlukan. Di dalam Dia, seluruh sumber daya Allah yang kita
perlukan untuk hidup yang berkenan kepada Dia. “Sebab
dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan, dan kamu
telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa” (Kol
2:9-10). Di dalam Dia, terdapat seluruh hikmat dan pengetahuan. “Di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan
pengetahuan” (Kol 2:3). Yesus adalah kehidupan yang kita perlukan: “Kristus, yang adalah hidup kita” (Kol 3:4). Yesus
adalah “Tetapi Kristus adalah semua dan di
dalam segala sesuatu” (Kol 3:11).
Kita membutuhkan
Tuhan Yesus seperti domba membutuhkan gembala. Bahkan, perjalanan kita sebagai
murid digambarkan di dalam alkitab seperti domba mengikuti gembala. Semua orang
berdosa yang masih ada di dunia ini adalah seperti domba yang kehilangan
gembala. “Melihat
orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka,
karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala” (Mat
9:36). Yesus adalah gembala agung kita. “Akulah
gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”
(Yoh 10:11). Setelah mati bagi kita, Ia ingin memimpin kita
sepanjang kehidupan kita di dunia ini. “Domba-domba-Ku
mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku.”
Jika kita dengan rendah hati mengandalkan Dia, maka kita dapat mendegar
suara-Nya melalui firman-Nya dan dipimpin oleh Roh Kudus. Dengan cara inilah
kita dapat masuk dalam kepenuhan kasih karunia yang Tuhan sediakan bagi kita
sepanjang hidup kita di unia ini.
Tuhan Yesus, gembalaku yang baik, aku perlu Engkau seperti
domba membutuhkan gembala. Dengan rendah hati aku percaya bahwa Engkau akan
menuntun aku melalui kehidupanku, mencurahkan aku dengan kepenuhan kasih
karunia-Mu, di dalam nama-Mu yang kudus, Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 21 Desember - Surat kepada orang Ibrani (5), Surat Petrus Yang Pertama
(1)
20 December 2014
20 Desember – Mengikut Yesus Sebagai Murid (2)
Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. – Lukas 9:23
Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam
salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan
aku bagi dunia. – Galatia 6:14
Mengikut Yesus
sebagai seorang murid adalah satu cara untuk memiliki persekutuan yang benar
dengan Allah dalam kerendahan hati dan iman. Aspek pertama dari mengikut Yesus
adalah menyangkal diri sendiri. “Setiap orang
yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya.” Dibutuhkan
kerendahan hati untuk mengakui bahwa Tuhan tidak berkenan kepada hidup yang
dibangun oleh usaha diri sendiri. Aspek berikutnya dari mengikut Yesus juga
membutuhkan kerendahan hati.
Aspek kedua
untuk menjadi murid Yesus adalah “Memikul
salibnya.” Saat berbicara soal salib, Yesus sedang berbicara soal alat
penghukuman mati yang paling mengerikan pada masa itu. Jadi setelah berbicara
soal menyangkal kedagingan diri sendiri, maka berikutnya berbicara soal
mematikan kedagingan diri sendiri. Cara untuk mematikannya adalah melalui salib
Kristus. Mereka yang ingin mengikut Yesus sebagai murid harus menjadikan salib
Kristus sebagai salib mereka sendiri. Artinya, mengaku kepada Allah bahwa
mereka layak untuk mati di atas kayu salib tersebut. “Sebab
upah dosa ialah maut” (Rom 6:23). Lebih dari itu, mereka menyetujui
pernyataan Alkitab bahwa Yesus mati di kayu salib untuk menggantikan mereka. “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai
dengan Kitab Suci” (1 Kor 15:3). “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam
tubuh-Nya di kayu salib” (1 Pet 2:24). Injil yang menyelamatkan ini
juga menyatakan kebenaran mengenai kebangkitan. “Dan
sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku
beritakan kepadamu… ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita,
sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah
dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (1 Kor 15:1-4).
Berkat agung
lain dari salib adalah bahwa kita yang percaya kepada Yesus juga mati bersama
dengan Dia. “Karena kita tahu, bahwa manusia
lama kita telah turut disalibkan” (Rom 6:6). Manusia lama kita yang
tumbuh di dalam Adam (1 Kor 15:22), telah dihukum mati di atas kayu salib
bersama dengan Kristus. Salib adalah jalan keluar dari kematian akibat dosa dan
kita dapat bermegah oleh kebenaran ini. “Tetapi aku
sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus,
sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.” Sementara
itu, perilaku dari manusia lama masih ada dalam kemanusiawian kita. Oleh karena
itu kita harus menyangkal diri dan mematikan kedagingan kita setiap hari: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari.”
Tuhan Yesus, aku mengakui salib-Mu sebagai salibku. Aku
layak mati di atas kayu salib itu, tetapi Engkau yang mati menggantikan aku.
Aku bermegah di salib itu, di mana aku juga mati bersama dengan Engkau.
Sekarang, melalui salib, aku keluar dari dunia yang mati ini. Aku memuji Engkau
karena kebenaran ini membuat aku rendah hati dan menumbuhkan iman percayaku!
Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 20 Desember - Surat kepada orang Ibrani (4)
19 December 2014
19 Desember – Mengikut Yesus Sebagai Murid (1)
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku. –
Matius 28:19
Ikutlah Aku! – Yoh 1:43
Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. – Lukas 9:23
Hidup dari hari
ke hari dengan kasih karunia Allah bergantung kepada pengenalan kita akan Dia
dan kemudian berjalan dalam kerendahan hati dan iman sebagai hasil dari
persekutuan yang semakin dalam dengan Dia. Kita sudah melihat empat cara untuk
bersekutu dengan Dia: Hidup dalam Roh, hidup dalam kuasa kebangkitan-Nya, hidup
dari kesanggupan-Nya dan hidup dalam janji-janji-Nya. Cara berikutnya adalah dengan
mengikut Yesus sebagai murid.
Ketika Yesus
hendak naik ke Sorga meninggalkan murid-murid-Nya, Ia memberikan mereka sebuah
amanat agung yang menjadi pedoman hidup bagi umat-Nya sampai Ia datang kembali.
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku.”
Yesus sudah memanggil orang-orang untuk mengikut Dia sebagai murid. Sekarang,
mereka akan meneruskan hal yang sama. Seorang murid adalah mereka yang
meneladani gurunya, yaitu yang membimbing dan membentuk hidup pengikutnya.
Yesus adalah guru yang terbesar, yang memberikan kepada kita hidup yang baru di
dalam Dia, yaitu hidup yang kekal. Undangan Yesus untuk menjadi murid adalah: “Ikutlah Aku!” Bersama dengan undangan
ini, Yesus memberikan syarat menjadi murid: “Setiap orang
yang mau mengikut Aku.” Artinya orang yang akan menjadi murid harus
memiliki kemauan dan kerinduan. Hal ini memperlihatkan pentingnya memiliki
kerendahan hati dan iman di hadapan Tuhan.
Hal pertama
untuk menjadi murid Yesus adalah menyangkal kehidupan yang mengandalkan diri
sendiri. Seorang murid “harus
menyangkal dirinya.” Artinya menolak untuk memiliki kehidupan yang
dibangun oleh usaha kedagingan manusia. Hal ini termasuk menolak pembenaran
diri sendiri, mengandalkan kemampuan diri sendiri, menolong diri sendiri, meninggikan
diri sendiri dan sebagainya. Kerinduan akan penyangkalan diri ini sesuai dengan
pernyatakan Alkitab yang lain. “Janganlah
merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya” (Rom 13:14). Mereka
yang menyangkal dirinya tidak ingin memuaskan kedagingan mereka. “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali
tidak berguna” (Yoh 6:63). Mereka yang menyangkal kedagingannya
mengakui ketidakberdayaan mereka. Mereka “tidak menaruh
percaya pada hal-hal lahiriah” (Flp 3:3). Mereka yang menolak
kedagingan tidak mau menaruh pengharapan apapun kepada kekuatan diri sendiri. “Supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan
diri di hadapan Allah” (1 Kor 1:29). Mereka yang menyangkal diri
sendiri mengetahui bahwa mereka tidak bisa menyombongkan diri di hadapan Allah .
Tuhan Yesus, aku ingin mengikut Engkau sebagai seorang
murid. Aku tidak ingin kedaginganku memuaskan keinginannya sendiri. Aku
mengakui ketidakberdayaanku. Aku tidak mau menaruh pengharapan apapun kepada kekuatanku
sendiri. Aku tahu bahwa dengan diriku sendiri aku tidak akan pernah bisa
bermegah di hadapan-Mu. Dengan rendah hati aku menyangkal diriku sendiri. Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 19 Desember - Surat kepada orang Ibrani (3)
18 December 2014
18 Desember – Persekutuan Yang Benar Dengan Allah Sumber Segala Kasih Karunia (3)
Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah
memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi,
meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu. – 1 Petrus 5:10
Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk
memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan
kami adalah pekerjaan Allah. – 2 Korintus 3:5
Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia,
yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi. – Ibrani 8:6
Jika kita ingin
hidup di dalam kasih karunia, kita harus mengenal “Allah
sumber segala kasih karunia.” Ketika kita mengenal Dia, kerendahan
hati dan iman akan tumbuh dalam hidup kita. Kedua hal itu akan menjadi semakin
nyata dalam hidup kita saat kita semakin mengenal dia. Saat kita berjalan
mengandalkan dia, kita hidup di dalam kasih karunia-Nya. Tuhan memberikan kasih
karunia kepada mereka yang rendah hati (1 Pet 5:5, Yak 4:6), dan iman adalah
jalan masuk kepada kasih karunia (Rom 5:2, Rom 4:16). Alkitab memperlihatkan
bahwa ada banyak cara untuk semakin mengenal Dia. Pada renugnan yang lalu kita
melihat bahwa hidup dalam Roh dan kuasa kebangkitan-Nya adalah dua dari
kebenaran ini. Sekarang kita akan melihat dua cara berikutnya.
Hidup dengan
kesanggupan yang dari Allah adalah sebuah kesempatan yang mulia untuk bersekutu
dengan Dia dalam kerendahan hati dan iman. Cara pandang sorgawi ini dimulai
dengan menyatakan ketidaksanggupan kita. “Dengan diri
kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah
pekerjaan kami sendiri.” Kita sebagai murid-murid Yesus tidak
memiliki kesanggupan apapun untuk menghasilkan karakter yang serupa dengan
Kristus dalam hidup kita. Yesus sendiri mengajarkan kebenaran ini. “Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh
15:5b). Jika kita menerima kebenaran ini, maka kita berjalan dalam
kerendahan hati di hadapan tuhan. Langkah berikutnya adalah dengan menyatakan
sumber kesanggupan yang kita butuhkan. “Kesanggupan
kami adalah pekerjaan Allah.” Hanya Allah-lah sumber kesanggupan
kita untuk dapat hidup menghasilkan buah seperti yang dikehendaki-Nya. Yesus
mengajarkan kebenaran ini juga. “Akulah pokok
anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku
di dalam dia, ia berbuah banyak” (Yoh 15:5a). Jika kita menerima
kebenaran ini, maka kita sedang berjalan dalam iman kepada Dia.
Hidup dalam
janji-janji Allah adalah juga jalan untuk hidup dalam kerendahan hati dan iman
kepada-Nya. “Ia menjadi Pengantara dari
perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi.”
Janji-janji dalam hukum Taurat perjanjian lama bergantung kepada kesanggupan
dan kesetiaan manusia. Janji-janji yang lebih baik dalam perjanjian baru kasih
karunia bergantung kepada kesanggupan dan kesetiaan Tuhan. Abraham “penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk
melaksanakan apa yang telah Ia janjikan” (Rom 4:21). Sara “menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia”
(Ibr 11:11). Dengan rendah hati kita mengakui bahwa kita tidak sanggup
untuk melakukan hukum Taurat. Sebaliknya, iman kita akan bangkit saat kita tahu
bahwa kita dapat mengandalkan Tuhan untuk menggenapi semua janji-janji kasih
karunia-Nya.
Allah sumber segala kasih karunia, dengan rendah hati aku
mengakui bahwa aku hanya dapat hidup oleh karena kesanggupan yang Engkau
berikan dan karena janji-janji-Mu. Dengan iman, aku menantikan Engkau untuk
melakukan bagiku dan di dalam aku apa yang hanya Engkau dapat lakukan, Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 18 Desember - Surat kepada orang Ibrani (2)
17 December 2014
17 Desember – Persekutuan Yang Benar Dengan Allah Sumber Segala Kasih Karunia (2)
Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah
memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi,
meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika
lamanya. – 1 Petrus 5:10
Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak
berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. –
Yohanes 6:63
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya.
– Filipi 3:10
Agar dapat hidup
setiap hari di dalam kasih karunia, kita harus memiliki persekutuanyang benar
dengan “Allah sumber segala kasih karunia.”
Yaitu dengan membangun hubungan pribadi dengan Tuhan. “Inilah
hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah
yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh 17:3).
Sebuah persekutuan yang bertumbuh dengan Allah akan menghasilkan kerendahan
hati dan iman. Oleh karena itulah kita bisa hidup dalam kasih karunia: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi
mengasihani orang yang rendah hati” (1 Pet 5:5). “Oleh Dia kita juga beroleh
jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia” (Rom 5:2).
Kita bertumbuh
semakin mengenal Allah lewat firman-Nya. Ada banyak cara untuk menyatakan
kerendahan hati dan iman kita kepada Allah. Kita sudah membahas beberapa dalam
renungan-renungan kita yang terdahulu. Hidup dalam Roh adalah salah satunya. “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali
tidak berguna.” Perjanjian baru kasih karunia menawarkan kehidupan
rohani yang hanya dapat diberikan oleh Roh Kudus. “Ialah
membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru,
yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang
tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan” (2 Kor 3:6). Saat
dengan rendah hari kita mengandalkan Roh Kudus, Allah dengan rahmat-Nya
mencurahkan kehidupan-Nya ke dalam kehidupan kita.
Kita akan
melihat cara berikutnya dalam perjalanan persekutuan kita dalam kerendahan hati
dan iman, yaitu dengan hidup dalam kuasa kebangkitan: “Yang
kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya.” Kuasa kebangkitan
tersedia bagi kehidupan kekristenan kita tiap-tiap hari. “Dan
supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah
yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang
ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang
percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus
dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah
kanan-Nya di sorga” (Ef 1:18-20). Tentunya untuk dapat mengalami
kuasa ini tergantung kepada kerendahan hati kita untuk mengakui bahwa kita sama
sekali tidak memiliki kuasa apapun dan sepenuhnya mengandalkan kuasa-Nya.
Hidup di dalam
Roh, dan hidup dalam kuasa kebangkitan-Nya adalah dua cara untuk dapat
bersekutu dengan Tuhan sumber kasih karunia. Keduanya hanya dapat dialami
melalui kerendahan hati dan pengandalan akan Dia. Keduanya akan membuat kasih
karunia Allah menjadi sumber kekuatan kita dari hari ke hari.
Allah sumber segala kasih karunia, aku perlu Roh Kudus-Mu
untuk memenuhi aku dengan kehidupan-Mu. Dagingku sama sekali tidak berguna. Aku
perlu kuasa kebangkitan-Mu setiap hari berkarya di dalam hidupku. Aku tidak
memiliki kuasa apapun dari diriku sendiri. Aku memuji Engkau karena semuanya
ini tersedia bagiku melalui kerendahan hati dan iman kepada-Mu, Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 17 Desember - Surat kepada orang Ibrani (1)
16 December 2014
16 Desember – Persekutuan Yang Benar Dengan Allah Sumber Segala Kasih Karunia (1)
Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah
memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal. – 1 Petrus 5:10
Supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang
dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. – Efesus 1:6
Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan
persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian. – 2 Korintus 13:13
Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas
dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian
yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia? – Ibrani 10:29
Tuhan kita
adalah “Sumber segala kasih karunia.”
Kasih karunia Allah yang menyeluruh dan tak terbatas adalah ciri dari Allah
Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Allah Bapa akan dimuliakan selamanya
karena kasih karunia-Nya, sehingga kita membaca “Supaya
terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia.” Allah Anak membuat kasih
karunia itu tersedia kepada setiap orang yang percaya, itulah sebabnya disebut
sebagai “kasih karunia Tuhan Yesus Kristus.”
Roh Kudus mengerjakan kasih karunia itu di dalam hati setiap orang yang
mengikut Yesus Kristus, maka Ia disebut “Roh kasih
karunia.” Kasih karunia hanya dapat ditemukan di dalam Tuhan. Itulah
sebabnya, seseorang harus memiliki hubungan yang benar dengan Allah sumber
kasih karunia agar dapat menerima semua yang Ia ingin berikan kepada kita
supaya kita memenuhi kehendak-Nya dan memuliakan nama-Nya.
Pada dasarnya untuk bisa berhubungan dengan Allah sumber kasih karunia adalah dengan
membangun persekutuan pribadi dengan Dia. Mengenal Allah adalah inti dari hidup
bersama-Nya. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu
bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus
Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh 17:3). Bahkan, mengenal Allah
adalah harta yang paling berharga di antara seluruh ciptaan. Semua hal lain harus
dianggap sebagai kerugian. “Tetapi apa
yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus,
Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah
melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus”
(Flp 3:7-8). Tidaklah mengherankan bahwa keintiman kita dengan Allah
adalah cara kasih karunia-Nya bekerja dalam hidup kita. “Kasih
karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan
Yesus, Tuhan kita” (2 Pet 1:2).
Saat kita
semakin mengenal Allah sumber kasih karunia, Ia akan membentuk hidup kita agar
memiliki dua hal yang penting: kerendahan hati dan iman. Kita sudah seringkali melihat
kedua karakter rohani ini dalam renungan-renungan kita. Tetapi adalah baik jika
kita terus mengingat-ingat akan kedua hal ini, karena mereka akan membawa kita
mengalami kasih karunia Allah dari hari ke hari. “Dan kamu semua, rendahkanlah
dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah
menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati"”
(1 Pet 5:5). Kasih karunia Allah diberikan kepada mereka yang “hidup dengan rendah hati di hadapan Allah” (Mik
6:8). Demikian juga iman adalah jalan masuk ke dalam kasih karunia. “Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman
kepada kasih karunia ini” (Rom 5:2). Berjalan dengan rendah hati
mengandalkan Tuhan adalah cara yang benar untuk bersekutu dengan Allah sumber
segala kasih karunia.
Ya Allah sumber segala kasih karunia, aku ingin bersekutu
dengan Engkau supaya aku dapat hidup dari hari ke hari di dalam kasih
karunia-Mu. Tolong aku untuk mengenal Engkau lebih lagi supaya kerendahan hati
dan iman dapat tumbuh dalam hidupku. Aku rindu untuk berjalan senantiasa mengandalkan
Engkau, Amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 16 Desember - Surat kepada Timotius yang kedua (2)
15 December 2014
15 Desember – Tuhan Memberi Dengan Cuma-Cuma, Manusia Menerima Dengan Rendah Hati
Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang
menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan
segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? – Roma 8:32
Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima?
Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri,
seolah-olah engkau tidak menerimanya? – 1 Korintus 4:7
Rencana Allah
untuk menolong dan mengubah hidup dengan kasih karunia-Nya dilakukan dengan
jalan Anak-Nya diberikan sebagai korban atas dosa kita: “Ia,
yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita
semua.” Anak Allah yang dianugerahkan kepada kita menjamin kita
bahwa Allah juga akan memberikan kepada kita semua yang kita perlukan di dalam
Kristus. “Bagaimanakah mungkin Ia tidak
mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”
Pemberian Tuhan harus disertai dengan penerimaan manusia. Saat Tuhan memberi
dengan cuma-cuma kepada manusia, Ia menghendaki agar manusia menerima dengan
rendah hati.
Setiap berkat
yang sudah kita terima datang dari Allah. “Dan apakah
yang engkau punyai, yang tidak engkau terima?” Tidak ada sumber lain
yang darinya kita dapat menerima berkat rohani yang sejati selain dari Allah. “Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu
bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga” (Yoh 3:27).
Sukacita memiliki Yesus dalam hidup kita sebagai anak-anak Allah dapat terjadi
karena kita menerima Dia. “Tetapi semua
orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah” (Yoh
1:12). Fakta bahwa sekarang kita sudah berdamai dengan Allah dan
bukan lagi menjadi musuhnya adalah karena kita menerima anugerah pendamaian. “Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus
Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu” (Rom
5:11). Kehormatan untuk
melayani Tuhan dalam pelayanan adalah sebuah anugerah kasih karunia yang harus
diterima: “pelayanan yang ditugaskan oleh
Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah”
(Kis 20:24). Karunia-karunia rohani yang kita perlukan untuk dapat
melayani adalah juga berkat yang kita terima dari Tuhan. “Layanilah
seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap
orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Pet 4:10)
Mulai dari
keselamatan hingga pertumbuhan rohani dan pelayanan, semua yang kita perlukan
harus kita terima dari Tuhan. Ini adalah sebuah kebenaran yang menguatkan.
Namun juga sebuah kebenaran yang membuat kita rendah hati. Tidak ada tempat
bagi kita untuk memegahkan diri. “Dan jika
engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah
engkau tidak menerimanya?”
Ya Allah, aku mengakui bahwa semua berkat yang pernah aku
terima adalah pemberian dari Engkau. Dengan rendah hati aku sujud di
hadapan-Mu, mengakui bahwa sebenarnya aku tidak layak untuk menerima satupun
dari berkat-berkat-Mu yang tak terhitung banyaknya. Aku memuji Engkau karena
Engkau memberikan semuanya dengan cuma-cuma kepadaku. Dengan rendah hati aku
mau menerima dari Engkau setiap hari, Amin.
___
Subscribe to:
Posts (Atom)