29 May 2014

29 Mei – Ketaatan Dibawah Perjanjian Baru Kasih Karunia

Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. – Roma 6:14

Ketaatan adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang percaya. Di sepanjang Alkitab kita melihat bahwa Allah menghendaki agar anak-anak-Nya hidup di dalam ketaatan. Musa menulis kebenaran ini. “Sebab itu engkau harus mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan perintah dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini” (Bil 27:10). Samuel mengkonfirmasi kebenaran ini. “Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan” (1 Sam 15:22). Demikian juga Rasul Petrus menyatakan bagaimana anak-anak Allah harus hidup. “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu” (1 Pet 1:14).

Kita seharusnya hidup di bawah otoritas kehendak Allah seperti yang tertulis di dalam firman-Nya. Jika kita tidak taat kepada kehendak Allah, maka hidup kita ada di bawah otoritas dosa. Tentunya Tuhan ingin kita bebas dari otoritas dosa dan hidup dalam ketaatan kepada Dia. Satu-satunya jalan untuk merdeka adalah kasih karunia Allah. “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.” Manusia mungkin berpikir bahwa hukum Taurat dapat membebaskan kita dari pengaruh kuasa dosa. Jika memang ada suatu aturan dengan standar yang sempurna dan ancaman hukuman yang berat bagi yang melanggar, seharusnya manusia tidak akan terus menerus melanggar aturan tersebut. Namun pada kenyataannya cara tersebut tidak akan berhasil. Tidak ada aturan yang lebih tinggi standarnya dari pada hukum Taurat. Tidak ada ancaman hukuman yang lebih berat dari pada hukum Taurat. Namun, manusia masih tetapi dikuasai oleh dosa. Jalan keluarnya adalah kasih karunia Allah.

Ada reaksi kekhawatiran yang bisa muncul terhadap kemerdekaan melalui kasih karunia. Beberapa orang berpikir bahwa memproklamirkan kasih karunia sebagai jalan keluar hanya akan mendorong orang untuk tetap berdosa dan bahkan membuat asumsi keliru bahwa semakin besar dosa akan menghasilkan semakin besar kasih karunia. Justru sebaliknya yang benar. Ketika kita sebagai anak-anak Allah menerima keajaiban yang disediakan oleh kasih karunia Allah (yaitu diselamatkan dari dosa lewat percaya kepada kematian dan kebangkitan Kristus), kita akan melihat bahwa tetap melakukan dosa sebagai kebodohan. “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rom 6:1-4). Lewat karya kuasa kasih karunia Allah di dalam hidup kita, hidup sebagai ciptaan baru artinya hidup di dalam ketaatan.

Ya Tuhan pembebasku, aku ingin tumbuh di dalam ketaatan. Aku rindu untuk semakin merdeka dari pengaruh dosa. Aku sadar bahwa usaha ku sendiri untuk hidup kudus tidak akan cukup. Kuatkan aku dengan kuasa kasih karunia-Mu untuk hidup di dalam kehendak-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___

No comments:

Post a Comment