Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu
tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. – Roma 6:14
Ketaatan adalah
hal yang sangat penting bagi setiap orang percaya. Di sepanjang Alkitab kita melihat
bahwa Allah menghendaki agar anak-anak-Nya hidup di dalam ketaatan. Musa
menulis kebenaran ini. “Sebab itu
engkau harus mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan perintah dan
ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini” (Bil 27:10).
Samuel mengkonfirmasi kebenaran ini. “Apakah TUHAN
itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada
mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada
korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan”
(1 Sam 15:22). Demikian juga Rasul Petrus menyatakan bagaimana
anak-anak Allah harus hidup. “Hiduplah
sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu
pada waktu kebodohanmu” (1 Pet 1:14).
Kita seharusnya
hidup di bawah otoritas kehendak Allah seperti yang tertulis di dalam
firman-Nya. Jika kita tidak taat kepada kehendak Allah, maka hidup kita ada di
bawah otoritas dosa. Tentunya Tuhan ingin kita bebas dari otoritas dosa dan
hidup dalam ketaatan kepada Dia. Satu-satunya jalan untuk merdeka adalah kasih
karunia Allah. “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi
oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah
kasih karunia.” Manusia mungkin berpikir bahwa hukum Taurat dapat
membebaskan kita dari pengaruh kuasa dosa. Jika memang ada suatu aturan dengan
standar yang sempurna dan ancaman hukuman yang berat bagi yang melanggar,
seharusnya manusia tidak akan terus menerus melanggar aturan tersebut. Namun
pada kenyataannya cara tersebut tidak akan berhasil. Tidak ada aturan yang
lebih tinggi standarnya dari pada hukum Taurat. Tidak ada ancaman hukuman yang
lebih berat dari pada hukum Taurat. Namun, manusia masih tetapi dikuasai oleh
dosa. Jalan keluarnya adalah kasih karunia Allah.
Ada reaksi
kekhawatiran yang bisa muncul terhadap kemerdekaan melalui kasih karunia.
Beberapa orang berpikir bahwa memproklamirkan kasih karunia sebagai jalan
keluar hanya akan mendorong orang untuk tetap berdosa dan bahkan membuat asumsi
keliru bahwa semakin besar dosa akan menghasilkan semakin besar kasih karunia.
Justru sebaliknya yang benar. Ketika kita sebagai anak-anak Allah menerima
keajaiban yang disediakan oleh kasih karunia Allah (yaitu diselamatkan dari
dosa lewat percaya kepada kematian dan kebangkitan Kristus), kita akan melihat
bahwa tetap melakukan dosa sebagai kebodohan. “Jika
demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa,
supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita
telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau
tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah
dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama
dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita
akan hidup dalam hidup yang baru” (Rom 6:1-4). Lewat karya kuasa
kasih karunia Allah di dalam hidup kita, hidup sebagai ciptaan baru artinya
hidup di dalam ketaatan.
Ya Tuhan pembebasku, aku ingin tumbuh di dalam ketaatan.
Aku rindu untuk semakin merdeka dari pengaruh dosa. Aku sadar bahwa usaha ku
sendiri untuk hidup kudus tidak akan cukup. Kuatkan aku dengan kuasa kasih
karunia-Mu untuk hidup di dalam kehendak-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus
aku berdoa, amin.
___
Ayo Baca
Alkitab: 29 Mei - Amsal-amsal Salomo mengenai hikmat
No comments:
Post a Comment