Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan
kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh
kami yang fana ini. – 2 Korintus 4:11
Harta yang hidup
di dalam kita yang akan menerima kemuliaan dan kehormatan yaitu saat kita
mengandalkan Dia untuk hidup di dalam dan melalui bejana tanah liat manusia
kita. “Tetapi harta ini kami punyai dalam
bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu
berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2 Kor 4:7). Renungan kita
sebelumnya mengingatkan kita bahwa kita harus memiliki sikap mematikan
kepentingan diri kita sendiri. “Kami
senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus
juga menjadi nyata di dalam tubuh kami” (2 Kor 4:10). Sebagai
tambahan, ada tindakan yang dilakukan terhadap bejana tanah liat yang juga
menggenapi rencana agung Tuhan. Tindakan ini adalah juga mengenai mematikan
sesuatu supaya mendapatkan kehidupan.
Tindakan ini
dilakukan kepada bejana tanah liat: “Kami, yang
masih hidup ini.” Kita yang sudah mendapatkan hidup yang baru di
dalam Kristus adalah mereka yang “terus-menerus
diserahkan kepada maut.” Tuhan menaruh kita (atau mengijinkan kita)
ada di dalam situasi yang melebihi dari kesanggupan kita untuk menanggungnya.
Bahkan Rasul Paulus juga harus mengalami situasi ini. “Sebab
kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di
Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu
berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa,
seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya
kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada
Allah yang membangkitkan orang-orang mati” (2 Kor 1:8-9). Hal ini
bukanlah kejadian yang terjadi sekali saja. Paulus mengalaminya berkali-kali. “Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat
puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan
batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di
tengah laut” (2 Kor 11:24-25).
Seperti inilah
hidup ini berlangsung bagi kita bejana-bejana tanah liat. Bejana tanah liat
memang memiliki sifat yang lemah. Akibatnya, situasi-situasi yang Tuhan
perhadapkan kepada kita adalah seperti “terus-menerus
diserahkan kepada maut.” Namun, tindakan terhadap kita ini dilakukan
“karena Yesus.” Di dalam kondisi yang
terus menerus menghadapi situasi yang mustahil, Yesus mendapatkan kesempatan
seluas-luasnya untuk menyatakan diri-Nya. Allah Bapa kita di Sorga menempatkan
kita di dalam situasi yang tidak mungkin kita atasi dengan kekuatan kita
sendiri. Kita berseru kepada Tuhan, menaruh pengharapan dan pengandalan diri
kita kepada Dia. Dan karena kesetian-Nya, Ia akan bekerja di dalam kita.
Hasilnya adalah: “Supaya juga hidup Yesus menjadi
nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.”
Allah Bapa di Sorga, ampuni aku karena sering kali aku
menolak Engkau menempatkan aku kepada maut. Aku lebih memilih dapat mengatasi
situasi yang ada di hadapanku. Ingatkan aku untuk memandang situasi mustahil
dihadapanku sebagai kesempatan bagi Yesus untuk menyatakan diri-Nya di dalam
dan melalui hidupku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa, amin.
___
No comments:
Post a Comment